[Esai] Awal Kemunculan Covid-19 Si Virus Misterius dan Aplikasi EndCorona yang Sangat Berguna

November 06, 2023

Foto: Arya Ananda Indrajaya Lukmana saat mempresentasikan aplikasi EndCorona. (doc.SIA)

Sebulan Sebelum Covid-19 Singgah ke Indonesia
Terhitung sejak tanggal 20 Januari 2020 sampai tanggal 08 Februari 2020 menjadi awal tahun yang berkesan bagi saya. Untuk pertama kalinya, orang kampung Cibeber ini terlibat syuting film layar lebar yang berlokasi di Provinsi Banten. Ketika pertama kali dihubungi oleh Mang Qizink, teman di Komunitas Rumah Dunia, saya sempat meremehkan: “Paling cuma bikin film pendek,” pikir saya. Namun sejujurnya saya tak menolak tawaran itu, saya malah langsung menyetujuinya tanpa bertanya perihal terkait honorarium atau semacamnya lebih dahulu─padahal setelah sekarang serius menjalani profesi menulis, hal ini adalah hal pertama yang perlu kita bahas sebelum mulai bekerja. 

Saat itu saya dihubungi untuk membantu para aktor dan aktris berdialek bahasa Jawa Serang (Jaseng) dan Sunda Banten. Mang Qizink saat itu memang pendiri sekaligus pengurus Komunitas Bahasa Jawa Serang. Ia dihubungi PH untuk mencari tim Pelatih Bahasa (Dialect Coach). Alasan utamanya kenapa mengajak saya kala itu lantaran ia pernah menonton Youtube komunitas film saya, RSM Production, membuat film pendek berbahasa Jaseng. Selain itu tentu saja karena saya seorang penulis yang lahir dan besar di Cilegon, salah satu kota di Banten.

Tibalah hari di mana semua kru dari departemen masing-masing berkumpul untuk memulai syuting keesokan harinya. Tanggal 19 Januari 2020 kami saling bertemu, untuk berdoa dan memotong tumpeng. Saya dikenalkan oleh Mang Qizink ke Mbak Kamila Andini, selaku sutradaranya, dan Mas Ifa Isfansyah, produser dari Fourcolours Films (sekarang Forka Film) sekaligus suami dari Mbak Dini. Film yang akan diproduksi saat itu berjudul “Yuni” film yang 95% berbahasa daerah Banten─yang di kemudian hari skenarionya diadaptasi ke dalam bentuk novel dan dipercayakan kepada saya sebagai penulisnya (barangkali bagian ini akan saya ceritakan di lain kesempatan).

Awal Kemunculan Covid-19 Si Virus Misterius
Ketika itu, saya ingat betul isu yang sedang hangat di media cetak maupun digital, yakni tentang kemunculan virus “misterius”. World Health Organization (WHO) pertama kali menyebutkan coronavirus disease yang ditemukan pertama kali di wuhan, China pada akhir Desember 2019 dengan novel coronavirus 2019(2019-nCoV) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Mengutip Wikipedia, konon awalnya virus corona ini ditemukan pada hewan seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan. Namun, dengan adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa corona virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa ditularkan lewat droplet, yaitu partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin. Apabila droplet tersebut terhirup atau mengenai lapisan kornea mata, seseorang berisiko untuk tertular penyakit ini.

Kami, yang saat itu belum paham tentang penyakitnya, menganggap sepele belaka. Bahkan kami sempat meremehkan dan menjadikan virus Covid-19 sebagai bahan bercandaan. 

“Orang Banten, mah, kebal-kebal. Jago debus! Virus begitu doang moal mempan!”

Kurang lebih begitu kalimat yang muncul diikuti kalimat serupa lainnya dan ditanggapi dengan tawa bersama. Kami tak sungguh-sungguh paham apa yang sedang menimpa dunia, karena saat itu hanya terjadi di China. Sampai kemudian hari itu tiba. Hari-hari berkesan saya tak bertahan lama di awal tahun 2020. Setelah syuting film selesai, tepat tanggal 02 Maret 2020, untuk pertama kalinya, pemerintah Indonesia melaporkan 2 kasus positif Covid-19 terjadi di Depok. Pemerintah menyarankan masyarakat untuk tidak panik, tetapi sebetulnya saat itu perasaan kami campur aduk. Beberapa bulan kemudian, bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia, kehidupan manusia berubah total.

Semua orang mencoba beradaptasi, aktivitas luar rumah sempat dibatasi bahkan dilarang. Manusia yang satu dan yang lainnya bila ingin bertemu mesti menggunakan masker, sekolah dan para pegawai kerja dari rumah atau Work From Home (WFH), hampir semua kegiatan secepat kilat beralih ke media daring.

Arya Ananda Indrajaya Lukmana Si Inisiator Aplikasi EndCorona
Sementara itu, para ilmuwan dan dokter di seluruh dunia berlomba-lomba mencari tahu obat penawarnya, sedangkan satu demi satu “korban” terinfeksi virus Corona terus berjatuhan, sebagian bertahan sebagian lainnya meninggal dunia. Jujur, saat itu saya betul-betul ketakutan virus itu bakal menyerang keluarga saya, beruntungnya, sampai hari ini kami baik-baik saja.

Barangkali, karena berawal ketakutan itulah Arya Ananda Indrajaya Lukmana, yang juga berasal dari Cilegon, kota yang sama dengan tempat kelahiran saya membuat aplikasi EndCorona, sebuah alat digital yang berfungsi sebagai pendeteksi risiko Covid-19. Selain itu ia merasa perlu turut andil sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hingga akhirnya menginisiasi terciptanya aplikasi ini.

Ia berkolaborasi dengan rekannya sesama mahasiswa lintas jurusan dan disupervisi oleh tim dosen-dokter dari FKUI-RSCM. EndCorona sendiri adalah aplikasi penyedia asesmen gratis yang dapat mendeteksi risiko terkena Covid-19 sehingga masyarakat bisa mengetahui apakah dirinya masuk ke dalam kategori risiko “Rendah”, “Hati-hati”, “Rentan”, atau “Sangat Rentan”.

Aplikasi yang ditemukannya tahun 2020 itu, tentu sangat berguna. Sebab, masyarakat benar-benar tak tahu harus bagaimana karena media simpang-siur memberitakannya. Berita hoaks berseliweran di mana-mana. Lewat aplikasi EndCorona mereka berupaya untuk mencegah penyebaran dan perkembangan kasus lebih jauh, mengedukasi masyarakat sekaligus membantu fasilitas kesehatan di Indonesia.

Selain fitur utamanya yaitu asesmen pendeteksi gejala dan risiko, EndCorona juga dapat digunakan untuk mengakses informasi dan edukasi mengenai Covid-19 mulai dari situasi terkini penyakit, hotline darurat provinsi, hingga pembasmi hoaks seputar Covid-19 yang disusun berdasarkan jurnal, literatur dan referensi yang terpercaya. Fitur WhatsApp helpline yang disambungkan dengan Tim Dokter FKUI-RSCM juga disediakan untuk memberikan informasi lebih lanjut bagi pengguna yang mendapatkan hasil risiko “Rentan” atau “Sangat Rentan”.

Pembentukan program pengabdian masyarakat melalui EndCorona murni bertujuan untuk sosial tanpa mengejar keuntungan ekonomi. Mereka merasa bahagia hanya dengan melihat karyanya dapat bermanfaat untuk mewujudkan Indonesia yang sehat dan segera pulih dari Pandemi Covid-19. Mereka bahkan mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mewujudkan keinginan mencegah membludak dan kolapsnya fasilitas kesehatan yang bisa membahayakan banyak pihak.

Berkat ketulusan dan inisiasinya membantu sesama inilah Arya Ananda Indrajaya Lukmana diganjar penghargaan dan menerima apresiasi dari SATU Indonesia Awards 2020 yang diprakarsai oleh Astra Group. Pemuda seperti Arya inilah yang dibutuhkan Indonesia di hari depan. Kita bisa menyiapkan diri, tidak ada kata terlambat untuk menyambut Indonesia Emas 2045.

Tahun 2045 merupakan momentum bersejarah, karena Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad Indonesia. Hal ini yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045. Indonesia 2045 masih 22 tahun lagi dari sekarang. Namun, pada dasarnya bibit-bibit unggul seperti Arya sudah ada dari sekarang, dan SATU Indonesia Award merangkumkan nama-nama yang berperan aktif dari tahun ke tahun untuk kemajuan Indonesia, dan mencatatkannya menjadi semacam ensiklopedia orang-orang keren yang lewat gagasan dan bakatnya akan menjadikan Indonesia negara yang bermartabat!

Cilegon, 06 November 2023

You Might Also Like

0 komentar