Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    Official poster by Illumination

    Score: 8/10.


    Sejak trailernya pertama kali ditayangkan, saya langsung penasaran ingin menonton animasi produksi Illumination ini. Sore tadi, saya baru selesai menontonnya. Tidak mengecewakan, tetapi tidak begitu memuaskan juga. 


    Migration bercerita tentang proses migrasi keluarga bebek jenis Mallard dari New England, ke daerah tropis Jamaika. Keluarga tersebut terdiri dari kepala keluarga bernama Mack Mallard, istri Pam, dan anak jantan Dax, serta bungsu betina Gwen. 


    Saat keluarga Mallard bermigrasi ke Selatan untuk menghindari musim dingin, rencana mereka yang telah disusun dengan baik, ternyata menjadi kacau. Pengalaman itu menginspirasi untuk memperluas wawasan mereka, membuka diri terhadap teman-teman baru, dan mencapai lebih dari yang mereka bayangkan.


    Banyak hal-hal di luar dugaan mereka yang terjadi. Termasuk petualangan menegangkan ketika dikejar oleh koki bengis. 


    Plotnya sejak awal jelas dan tujuan keluarga Mallard terjaga hingga akhirnya berhasil sampai ke Jamaika. Porsi komedinya cukup berimbang, hanya saja konfliknya kurang greget.


    Alasan ayahnya begitu protektif kepada anak-anaknya kurang digali sebagai motivasi jalannya cerita. Saya membayangkan ayahnya memiliki trauma tentang bermigrasi—seperti ketakutan yang dialami ayah di film Moana, misalnya. 


    Saya curiga film ini ditulis oleh seorang vegetarian, terlihat dari cara mereka menggambarkan betapa kejamnya manusia yang suka memakan daging hewan.


    Upaya pembebasan burung-burung pun memberi kesan dan pesan yang kuat bahwa hewan liar sudah sepantasnya kembali ke habitatnya. Kita akan dibuat merasa bersalah jika memiliki peliharaan di rumah. 


    Film ini mengajak kita untuk "terbang" bebas dan keluar dari kekangan hidup atau sesuatu yang kita anggap sebagai zona nyaman selama ini. Kita ditantang untuk mengejar impian kita meskipun terkesan mustahil. 


    Selain itu, pesan tentang pentingnya keluarga sangat jelas sejak awal adegan. Barangkali nilai ini yang dijadikan menu utama filmnya, sehingga cocok ditonton sekeluarga. Selamat berlibur! 


    Cilegon, 27 Desember 2023

    Continue Reading

    Official Poster by TMS Entertainment
    Score: 7,5/10

    Film ke-26 dari serial anime Detective Conan adalah Detective Conan: Black Iron Submarine. Film ini dirilis di Jepang pada 14 April 2023 dan di Indonesia pada 26 Juli 2023. Film ini diproduksi oleh TMS Entertainment dan didistribusikan oleh Toho Company, Ltd.

    Seperti biasanya, movie Conan selalu menjadikan background story yang berasal dari dunia nyata. Soal visual tak perlu diragukan lagi, selalu memanjakan mata.

    Kemunculan Organisasi Hitam di anime Conan mungkin mirip kemunculan Shanks dan kru di anime One Piece. Apalagi Gin dkk memiliki kaitan dengan asal-usul penyusutan tubuh Shinichi Kudo menjadi Edogawa Conan.

    Kasus kali ini pun relate dengan apa yang sedang terjadi di dunia nyata belakangan ini. Tentang penyalahgunaan Artificial Intelligent (AI) dan peretasan keamanan Interpol.

    Gila banget geng Organisasi Hitam ini, dia bisa membobol komputer dan keamanan Interpol negara Eropa yang super ketat itu. Beruntungnya, identitas Conan belum terungkap oleh Gin—sebab dia masih percaya Shinichi sudah tewas.

    Detective Conan: Black Iron Submarine disutradarai oleh Yuzuru Tachikawa dan naskahnya ditulis oleh Takeharu Sakurai. Film ini berdurasi 109 menit dan berhasil meraup $106 juta.

    Sayangnya, plot dan konfliknya terasa terlalu biasa seperti episode mingguan. Berbeda dari movie-movie sebelumnya yang grande dan memainkan perasaan dan emosi penonton. Di sini kurang berasa diaduk-aduk, lebih banyak berdecak kagumnya. Padahal pertemuan Conan dan Gin aka Organisasi Hitam paling ditunggu di anime ini.

    Yang mungkin rada mengganggu adalah cara berpakaian Gin dan Vodka. Dalam keadaan ruwet di bawah air dan udara, mereka tetap memakai jubah hitam yang rada nggak mungkin di dunia nyata memakai pakaian seribet itu. Tapi kalian 'kan pasti bakal bilang "Namanya juga kartun". Iya udah deh ~

    Cilegon, 12 Desember 2023
    Continue Reading

    Official poster by Netflix Animation

    Score: 9/10

    "Hidup berarti bangun tidur dan melakukan hal-hal yang tak kau suka, atau kau tak perlu bangun."

    Berkisah tentang Mizu (Maya Erskine), seorang samurai berdarah campuran dan bermata biru. Dia anak dari seorang Ibu asal Jepang dan ayah dari salah satu 4 orang ras Kaukasian (Eropa) yang datang ke Jepang pada abad ke-16. Karena hal itulah Mizu dan ibunya hidup nelangsa lantaran sering dirundung dan jadi olok-olok masyarakat Jepang bahkan dianggap aib di lingkungannya.

    Mizu akhirnya tumbuh menjadi manusia pendendam. Di hati dan tangannya hanya ada bara api yang ia rawat hingga dewasa menjadi seorang master samurai. Ia ingin mencari tahu, di mana 4 orang Kaukasian yang merudapaksa ibunya secara bergiliran. Siapa pun yang berani menghalanginya, ia harus berhadapan dengan pedang terbaiknya.

    Film animasi original Netflix ini digarap oleh pasangan suami-istri Michael Green dan Amber Noizumi. Disutradarai oleh Jane Wu, animasi berlatar Jepang periode Edo ini dikerjakan oleh studio Prancis, Blue Spirit dan diproduksi oleh Netflix Animation. 

    Jepang digambarkan dengan sangat epik dan menawan. Estetika kebudayaan Jepang yang divisualkan berhasil membawa kita seolah berada di sana. Ditambah setiap karakter yang muncul, sekecil apa pun perannya, meninggalkan kesan yang kuat.

    Karakter Mizu sejak kecil sudah terbangun sangat kokoh; egois, pendiam, pendendam, dan bengis. Pertemuannya dengan Master Eiji (Cary-Hiroyuki Tagawa), seorang pengrajin pedang yang buta, menjadikan dia memahami seni pedang sekaligus menemukan filosofi hidup di dalamnya. Dia belajar bagaimana hidup sebagai seniman sejati dari Master Eiji.

    "Jadi seniman berarti hanya melakukan satu hal. Seorang seniman memberikan semua yang dimiliki demi seni, seluruhnya; kekuatan dan kelemahanmu, cinta dan rasa malumu."

    Pada masanya, orang Kaukasian disebut sebagai ‘iblis dari barat’, membuat Mizu kerap dijuluki sebagai anak iblis. Dia berusaha menyembunyikan mata birunya dengan memakai kacamata berwarna dan topi jingasa yang tersampir rendah. Bahkan ia mengubah suara dan merahasiakan identitas sesungguhnya.

    Sepanjang perjalanan balas dendamnya, ia bertemu dengan banyak sosok yang semula musuh, malah akan menjadi teman perjalanan.

    "Bertarunglah dalam batasanmu, bukan melawan batasan itu."

    Saya secara tidak langsung belajar sejarah Jepang di masa periode Edo atau shogun. Alasan kenapa Jepang di abad ke-16 terjawab di serial ini. Saya jadi mengaitkannya dengan Wano-kuni, salah satu latar yang dipakai Eiichiro Oda di manga One Piece. Keduanya memiliki benang merah yang sama, tentang alasan Jepang menutup diri pada dunia luar. Bahkan ada dialog "Kamu tidak akan menemukan orang kulit putih selain orang Jepang" yang diulang-ulang di beberapa episode. 

    Film ini cukup triggered untuk orang-orang yang memiliki trauma kekerasan seksual atau yang pernah mengalami perundungan. Ditambah bertebarannya adegan pembunuhan, darah, dan hubungan seksual yang berlebihan membuat saya sedikit tidak nyaman, meskipun tidak mengurangi keindahan cerita, dialog, dan nilai visualnya sama sekali.

    Official Poster
    Animasi ini total ada 8 episode, dan di setiap episode rata-rata memiliki durasi yang bervariasi, 50 menit hingga 1 jam. Namun percayalah, durasi sepanjang itu tidak akan terasa lama, justru akan terasa kurang, karena di setiap akhir episode, Blue Eye Samurai menaruh cliffhanger yang berhasil membuatmu penasaran dan ingin menonton episode berikutnya sesegera mungkin.

    Mizu sebenar-sebanarnya tak sedang mencari musuhnya, dia sejatinya sedang melewati proses menemukan jati dirinya.

    Isu gender, perang, prostitusi, pengkhianatan hingga perebutan wilayah kekuasaan dan segala macam hal dapat kita temukan di animasi ini. Saya sungguh tidak sabar menunggu season keduanya!

    "Untuk menguasai cara berperang, seseorang harus mengenal semua seni."

    Cilegon, 04 Desember 2023

    Continue Reading

    Official Poster by Imajinari Pictures
    "Berduka itu bukan seperti apa yang selama ini ditunjukkan di film-film. Hal yang berat dari berduka itu adalah hidup kita harus terus berjalan. Padahal kita lagi enggak mau jalan."

    Score: 9/10

    Akhir tahun 2023 ini Yandy Laurens kembali dengan karya teranyarnya. Setelah tahun lalu berhasil membuat benchmark tinggi untuk serial Indonesia lewat “Yang Hilang dalam Cinta” (Disney+, 2022), kali ini ia merilis film panjang keduanya berjudul “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JESEDEF)” sekaligus meyakinkan saya bahwa dia adalah sutradara dan penulis muda yang akan membawa angin segar di film-film Indonesia di masa depan.

    Bagaimana tidak, film dengan durasi 1 jam 58 menit ini, 85%-nya didominasi oleh warna hitam putih. Sebuah keputusan yang berani sebagai film komersil. Namun, setelah saya tonton rupanya tidak untuk gaya-gayaan atau ingin beda belaka, ia memiliki tujuan tersendiri yang berkesinambungan dengan alur cerita yang disuguhkan.

    Bila kita tengok serial dan film pendek yang digarap sebelumnya, Yandy memang tak pernah lepas “pamer skill filmmaking” dengan memainkan banyak simbol. Nyaris karya yang dibuatnya tak bicara secara gamblang, namun memiliki makna yang bisa ditemukan lewat simbol-simbol yang dimunculkan.

    Film ini berkisah tentang Bagus (Ringgo Agus Rahman), seorang penulis skenario film yang bertemu lagi dengan Hana (Nirina Zubir), teman SMA pujaan hatinya yang baru saja menjanda. Tanpa Hana tahu, Bagus menulis semua obrolan pribadi mereka menjadi sebuah film layar lebar. Padahal Hana pada saat itu sedang kehilangan warna hidupnya karena sang suami baru beberapa bulan meninggal dunia.

    Premis yang sangat sederhana itu, digarap menjadi skenario yang rumit dan disulap menjadi film yang njelimet (in a good way) oleh Yandy. Penonton akan dibawa masuk ke kehidupan para tokoh, lalu akan percaya dengan segala lika-liku yang disuguhkan, memasuki labirin-labirin di setiap adegan, tetapi di akhir cerita kita akan dibuat tersesat berkali-kali─ketersesatan yang mengundang banyak decak kagum!

    Sebetulnya, gaya penceritaan metafiksi (karya yang menceritakan dirinya), dalam hal ini medium film, sudah cukup banyak formula serupa diterapkan di film-film asing─yang terlintas saat menulis ulasan ini film-film besutan David Fincher. Namun barangkali, sejauh sepengetahuan saya, film bertipe ini masih cukup baru ada di sinema Indonesia, dan itu artinya cukup gambling dalam menemukan pasarnya sendiri.

    Saran saya, sebelum menonton siapkanlah pena dan buku, karena kita secara tidak langsung akan diajarkan cara menulis skenario dengan formula 8 sequence. Ketika di beberapa bagian kamu tersadar sedang terjebak, saran saya lagi jangan melawan, semakin kamu melawan, kamu akan tersesat semakin jauh, dan semakin ingin membaca skenarionya secara langsung! (ini gue serius di mana gue bisa dapatin skenarionya, mau banget belajar!)

    Meski terkesan segmented, karena filmnya bicara dunia film dan teknis sekali, film ini tetap akan bisa dinikmati oleh awam, karena banyak sekali unsur komedi di film drama yang menyesakkan dada ini. Boleh dibilang semua pemain menunjukkan performa terbaiknya, tampak natural seperti tidak sedang akting, namun izinkan saya memberi tepuk tangan sedikit agak lama untuk Sheila Dara, yang berperan sebagai Celine, editor film. Dia di film ini lucu banget, sialan! (Apalagi adegan di motor galon tolonggg ngakak kenceng!) T-T

    Lewat filmnya ini Yandy memparodikan industri film dan segala lika-liku hidup para filmmaker, yang semoga bisa ditertawakan bersama dan semestinya tidak memunculkan ketersinggungan, karena sudah sepatutnya para pekerja film mufakat bahwa film ini dengan sadar mengeksplorasi hubungan antara film, realitas hidup, dan keindahan nilai seni itu sendiri dengan sangat brilian! 

    Barangkali karena film ini terlalu fokus pada teknik bercerita, perasaan kehilangan yang jadi inti ceritanya terasa kurang tersampaikan dengan baik yang semestinya bisa meninggalkan perasaan hampa seperti yang dialami Hana.

    Salut untuk Imajinari Pictures dkk yang mau memproduksi film ini. Ernest Prakasa selaku produser, mengaku sebagai PH baru dan mumpung masih muda, di film keduanya ini masih berani dan rada idealis memilih film. Dan tentu saja film JESEDEF ini pilihan yang tepat dan tidak akan disesalinya!

    Cilegon, 01 Desember 2023

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ▼  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ▼  December (4)
        • [Ulasan Film] JESEDEF: Jatuh Cinta Seperti di Film...
        • [Ulasan Film] Blue Eye Samurai: Perjalanan Menemuk...
        • [Ulasan Film] Detective Conan Black Iron Submarine...
        • [Ulasan Film] Migration: Upaya Keluar dari Zona Ny...
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top