Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • About Me
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda

    Salah satu scene dalam film "Before, Now & Then (Nana)"

    Score: 7,3/10.

    Setelah film Yuni, satu lagi film terbaru karya Kamila Andini yang menggunakan bahasa daerah. Kali ini ia menyasar bumi parahyangan, Bandung. Berlatar tahun 1960-an, film Nana berkisah tentang perempuan sunda yang melarikan diri dari gerombolan dan harus merelakan suami dan anaknya. Diangkat dari novel “Jais Darga Namaku” yang ditulis oleh sastrawan asal Sumatera Barat, Ahda Imran yang kini tinggal di Cimahi.

    Tokoh Nana sendiri adalah sosok Ibu dari Jais Darga, yakni Raden Nana Sunani. Berlatar sejarah PKI, scoring setiap scene berhasil menanamkan perasaan mencekam saat ditonton. Itu pula barangkali alasan kenapa film ini tidak tayang di bioskop Indonesia. Padahal, beberapa waktu lalu, film Nana berhasil meraih Silver Bear di Kompetisi Berinale atau Berlin International Film Festival 2022.

    Happy Salma memerankan tokoh Nana dengan sangat apik. Ia betul-betul menjadi tokoh Nana yang dikejar dosa masa lalunya, hidup tidak tenang, dan menjalani keseharian dengan rasa was-was. Begitu pula dengan Laura Basuki sebagai Ino, Arswendy sebagai Darga, bahkan Rieke Diah Pitaloka sebagai Ningsih yang hanya muncul di scene awal tetapi berhasil mencuri perhatian. Amat disayangkan Ibnu Jamil kali ini tak bisa mengimbangi pemain lainnya─sama saat di film Srimulat kemarin.


    Satu lagi pemain yang layak diganjar pemeran pendukung atau pendatang baru terbaik adalah Chempa Puteri yang berperan sebagai Dais kecil. Setiap kali dia berbicara bahasa sunda, rasanya tenang banget didengar, apalagi waktu dia dan kakak-kakaknya menyanyikan lagu sunda. Salah satu scene terbaik ketika dia mendatangi Ibunya, lalu duduk di pangkuannya dan Nyai Nana menyanyikan tembang sunda yang begitu menyayat hati. Keduanya menangis dalam diam dan rasa sakitnya sampai ke penonton.

    Peringatan saja, bagi kamu yang tidak suka alur cerita lambat, tidak disarankan menonton film ini. karena pasti akan cepat bosan. Tetapi, kalau kamu senang mengambil pelajaran dari suatu karya, film ini banyak sekali memiliki dialog bernas dan membuka wawasan, khususnya tentang nilai dan pandangan dari dan untuk perempuan di masa lalu.

    Cilegon, 03 Agustus 2022
    Continue Reading

    Image by netflix.com

    Score: 8,8/10

    "Pahlawan pun bisa salah, kan?"

    Film ini mengisahkan tentang pemburu monster laut yang dianggap ancaman bagi warga setempat. Saking buasnya, sudah banyak pemburu yang tewas di lautan dan dianggap sebagai pahlawan. 

    Maisie Brumble, seorang gadis kecil yatim piatu begitu menggemari dongeng tentang pemburu. Orang tuanya bekerja untuk kerajaan dan gugur di "medan perang" karena kalah dari monster laut. Semua bukunya ia baca, sampai di suatu hari akhirnya ia berhasil menyelinap ke kapal Inevitable milik Captain Crow.

    Namun rupanya, setelah ia ikut berlayar, kenyataan sebenarnya berbeda jauh dengan yang tertulis di dalam buku. Termasuk pertemuannya dengan Jacob Holland, calon Captain kapal Inevitable. 

    Banyak sekali kejanggalan yang Maisie temukan, salah satunya perspektif tentang "siapa yang jahat?" setelah ia bertemu langsung dengan monster paling diburu di lautan, Red Bluster. 

    Film animasi ini membawa pesan perdamaian khususnya kepada manusia untuk mencintai lingkungan dan jangan merusak habitat binatang lain. Kemarahan Red Bluster ternyata disulut oleh manusia itu sendiri yang mengganggu wilayahnya di lautan. Maisie bisa melihat itu dan tahu bahwa monster laut itu tidaklah jahat, asal manusia memperlakukannya dengan benar. 

    Lewat film ini pula Chris Williams, selaku sutradara dan penulis cerita, ingin menyampaikan bahwa sejarah dibuat oleh mereka yang berkuasa di zamannya. Seperti yang dilakukan raja dan ratu kerajaan di masa lampau yang menerbitkan buku-buku berisi kebohongan yang dirawat secara turun-temurun itu. 

    Pesannya tidak terasa menggurui karena dititipkan lewat gadis kecil yang pemberani. Sama seperti dua film sebelumnya "Moana" dan "Big Hero 6", Chris lagi-lagi berhasil membuat animasi anak-anak yang penuh makna dan akan berkesan sampai kapan pun. 

    “Mungkin jika kita berpura-pura cukup lama, semuanya akan terasa nyata?” —Maisie Brumble.

    Cilegon, 11 Juli 2022

    Continue Reading

    Judul             : Sahut Kabut

    Penulis          : Ade Ubaidil

    Perancang sampul: Sukutangan

    Penyunting   : Dorothea Rosa Herliany

    Harga             : Rp60.000

    ***
    Kusesap lagi sisa-sisa kopi yang hampir dingin. Sampai hari-hari berikutnya, setiap kali istriku membuatkan kopi, selalu saja aku melihat wajah Bapak dalam cangkir kopi. Aku juga mengingat pesan yang pernah Bapak katakan kepadaku, bahwa rasa yang kau peroleh di dunia ini tidak semuanya manis. Terkadang, rasa pahit pun menyentuh hidupmu. Tinggal bagaimana caramu menikmatinya.... 
    Kutipan Cerpen, "Wajah Bapak dalam Secangkir Kopi".

    "Dalam Sahut Kabut, saya banyak bermain di latar realis dengan tema hubungan antarkeluarga dan kekasih. Saya mengambil sikap berbeda dari kebanyakan penulis muda angkatan saya yang lebih banyak menulis surealis. Saya percaya kehidupan sehari-hari bisa ditulis dengan menarik, selama kita memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda dari kebanyakan." - Ade Ubaidil

    Buku terbaru saya sudah bisa dipesan via marketplace langgananmu. Atau silakan hubungi penerbit: @indonesiatera dan @patjarmerah_id.

    cover fix


    Continue Reading

     

    credit by Netflix.com

    Score: 8,5/10.

    Season 1 dan Season 2

    "Orang Amerika hidup untuk bekerja sedangkan orang Prancis bekerja untuk hidup," ucap Luc (Bruno Gouery) kepada Emily karena datang ke kantor lebih awal.

    Lewat serial ini, kamu bakal melihat bagaimana orang Amerika yang terkenal modis dan trendy diejek norak dan kampungan ketika pertama kali datang ke Paris. Yang fatal dari itu semua adalah Emily tidak bisa bahasa Prancis, sehingga teman kantor barunya diawal menggunjingkan dirinya dengan bahasa yang tidak dimengerti olehnya.

    Konon, sejak kemunculan season 1 di Netflix, serial ini mendapatkan banyak kritik khususnya dari warga Prancis. Sebab, banyak stigma negatif yang seolah disampaikan oleh sang sutradara dan penulis kelahiran Amerika, Darren Star.

    Serial komedi yang mengisahkan Emily Cooper (Lily Collins), eksekutif marketing sebuah perusahaan yang bermarkas di Chicago, AS karena suatu kondisi membuatnya dikirim ke Paris untuk memperbaiki strategi pemasaran di Savoir.

    Sudut pandang yang dipakai untuk menjalankan cerita semua dari Emily, si gadis lugu dan polos, yang melihat Paris sebatas kota yang romantis. Tetapi, sepanjang perjalanannya ia menemukan banyak hal yang selama ini tidak ia lihat di media.

    Selama saya menonton S1 dan S2 saya tak ada masalah. Barangkali karena pengetahuan saya soal Paris sangat minim. Justru sebaliknya, saya seperti melihat vlog dari Emily, apa saja kesehariannya di sana dan menunjukkan Paris yang apa adanya. Yang jelas Paris adalah kota yang indah.

    Sepanjang episode mata saya dimanjakan oleh warna-warni sinematik yang memuaskan. Serasa saya diajak jalan-jalan dan hidup bersama Emily dan problematika hidupnya di Paris.

    "Orang Prancis menyindir di depan wajahmu, sementara orang Tiongkok di belakang punggungmu," terang Mindy Chen (Ashley Park) teman pertama Emily di Paris. Keduanya lalu bersahabat bahkan tinggal bersama di sebuah kamar apartemen.

    Pergerakan alurnya begitu cepat, termasuk pengenalan karakter yang complicated. Semua tokoh punya masalah dan rahasia hidupnya masing-masing. Dan tentu saja tidak ada tokoh yang dibuat sempurna sehingga terasa begitu nyata.

    Yang membuat penonton peduli adalah sifat dan watak Emily yang keras kepala. Ia begitu tahan banting dan ingin membuktikan banyak hal kepada bos barunya Sylvie (Philippine Leroy-Beaulieu) kalau ia mampu dan bisa diandalkan. Belum lagi tentang hubungan percintaannya yang rumit.

    Banyak wawasan yang saya dapat, soal fashion yang mewah, ilmu marketing, termasuk belajar bahasa Prancis yang terdengar seksi dan berkelas itu. Yang jelas, saya tak sabar menunggu Season 3 dari serial ini.

    Cilegon, 22 Juni 2022

    Continue Reading

     
    © imdb.com
    Score: 7,5/10.

    “Thank you for being born,” ucap So-young ketika lampu telah padam. 

    Sebaris kalimat tersebut akan sangat menghangatkan hati para penonton. Diucapkan dengan sangat perlahan dan hati-hati oleh So-young (Lee Ji-eun/UI) saat mereka sudah merasa nyaman satu sama lain. 

    Broker adalah film drama yang disutradarai dan ditulis oleh Hirokazu Kore-eda, film-film Kore-eda seperti ‘Like Father, Like son’ pernah mendapatkan Jury Prize di Festival Film Cannes 2013 dan berselang lima tahun kemudian, filmnya yang berjudul ‘Shoplifters’ berhasil menggaet penghargaan Palme d’Or di Festival Film Cannes. (cineverse.id)

    Di tahun 2022, film terbarunya yang dibuat di Korea Selatan, ‘Broker’ berhasil mendapatkan Penghargaan untuk Aktor Terbaik (Song Kang-ho). Dan usai pemutaran para penonton standing ovation dan bertepuk tangan selama 12 menit, sebuah bentuk kekaguman kepada cast dan crew yang hadir. 

    Sang-hyun (Song Kang-ho) dan Dong-soo (Gang Dong-won) adalah mitra dalam bisnis pasar gelap, mereka mengumpulkan bayi yang ditinggal di ‘kotak bayi’ di gereja Busan dan secara ekstensif mereka mencari calon orang tua yang tidak dapat memiliki anak sendiri atau telah mencoba dan gagal melalui proses adopsi resmi yang rumit.

    Sinematografi film ini mengingatkan saya pada film Parasite, termasuk cara mengenalkan para karakternya. Dan ceritanya sekilas mengingatkan saya pada film Jackie Chan berjudul Rob-B-Hood. 

    Sejak menit pertama, alur cerita berjalan cukup lambat dan bisa memicu rasa bosan penonton. Ada sisipan komedi situasi, tetapi porsinya sedikit sekali, bisa jadi karena isu yang diangkat lumayan sensitif dan serius tentang perdagangan manusia. 

    Para aktor yang terlibat terlihat effortless saat memerankan karakter masing-masing, namun justru itulah letak keberhasilan film ini. Kore-eda mampu membuat sebaris kalimat yang sebetulnya terdengar biasa saja tetapi dapat sedemikian dalam dan penuh makna sebab ia meletakkannya di situasi yang tepat. 

    So-young, sejahat-jahatnya ia kepada Woo-sung anak kandungnya, sebetulnya tidak benar-benar sampai hati ingin menjualnya. Rupanya ia memikirkan semuanya sampai di akhir kita akan dikejutkan dengan rencananya.

    Park Ji-yong, pemeran bayi di film ini betul-betul membuat saya sebagai penonton berdecak kagum sekaligus gemas. Ia tampak seperti aktor profesional yang mampu menjaga geraknya sesuai situasi. Pujian ini patut diberikan kepada Kore-eda selaku sutradara. Termasuk pemeran bocah yang bercita-cita ingin jadi pemain sepak bola. 

    Tidak ada scene yang tergesa-gesa, dialog yang menggebu-gebu, atau pergerakan aktor yang berlebihan. Semua berjalan seolah-olah apa adanya. Bahkan endingnya pun ditutup begitu saja khas film festival yang tenang tetapi "mematikan".

    Setiap karakter memiliki masalah pribadinya sendiri yang kompleks, sehingga ketika dipertemukan semakin terasa kerumitannya. Sayangnya, sampai akhir saya merasa tidak begitu terpuaskan. 

    Cilegon, 16 Juni 2022

    Continue Reading
    Older
    Stories

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PRE-ORDER]

    Pengunjung

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Apa yang Kita Bicarakan di Usia 26?

    (Epigraf | 164 halaman | Rp. 50.000)

    [PESAN]

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    bedah buku #sbtml

    bedah buku #sbtml
    Bedah Buku di SMK Wikrama, Bogor pada: 23 April 2018

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ▼  2022 (13)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ▼  August (1)
        • Nana: Indonesia Tempo Dulu dalam Lanskap Perempuan...

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top