Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    [ T E L A H  T E R B I T ] 

    kumcer, "Surat yang Berbicara tentang Masa Lalu" (Basabasi, 2017)

    Kumpulan Cerpen : Surat yang Berbicara tentang Masa Lalu
    Penerbit : Basabasi
    Penulis : Ade Ubaidil 
    Editor : Frida
    Terbit : Oktober
    Tebal : 212 halaman
    Harga : Rp. 60.000,-



    Salah satu jalan yang bisa ditempuh seorang penulis ketika melihat ketimpangan sosial adalah mengkritisinya melalui medium buku. Segala yang tampak dan memberikan dampak—lebih sering yang buruk—melahirkan diri saya yang lain dalam pelbagai cerita pendek.

    Tema-tema yang berusaha saya angkat dalam kumpulan cerita pendek ini lebih banyak bicara seputar kesenjangan sosial, arti pentingnya keluarga—baik yang biologis maupun ideologis—serta tentu saja perkara cinta dalam sudut pandang lain.

    ~Ade Ubaidil.
    _______________


    Di dalam kumpulan cerpen, "Surat yang Berbicara tentang Masa Lalu" karya Ade Ubaidil, saya menemukan potensi untuk mengalihkan dunia realitas menuju dunia imaji yang seakan-akan belum pernah kita datangi.


    ~Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum, dosen dan pegiat sastra.

    _______________


    "Ade Ubaidil adalah salah satu penulis muda berbakat yang patut diperhitungkan. Perlu ditunggu karya-karyanya lagi di masa mendatang!"

    ~Robert Ronny, Filmmaker dan co-founder Legacy Pictures.

    ・・・・・・・・・


    Pemesanan bisa via:

    facebook: ADE UBAIDIL
    Instagram: @adeubaidil
    penerbit: Basabasi Store
    WA: 085959845880/081316320671





    Continue Reading
    official poster of Legacy Pictures.

    Judul : Gerbang Neraka
    Produksi : Legacy Pictures
    Produser : Robert Ronny
    Sutradara : Rizal Mantovani
    Pemain : Reza Rahadian, Julie Estelle, Dwi Sasono
    Genre : Horror, Adventure
    Tanggal Rilis: 20 September 2017

    “Tanpa cinta, tak ada masa depan bagi manusia.” Tomo Gunadi.
    ____ 

    Selama ini, meski tidak bisa dipukul-rata, film-film dengan genre horor yang tayang di bioskop tanah air, nyaris keseluruhannya memiliki pola (template) yang serupa; rumah, tokoh utama, dan hantu. Barangkali itu adalah hal paling mendasar yang biasa kita saksikan. Dan kalaupun mesti ditambahkan satu kriteria lagi, mungkin ia adalah; erotis atau cabul.

    Tanggal 13 September lalu, saya menerima undangan dari produser muda, Robert Ronny, untuk menghadiri Gala Premiere film, “Gerbang Neraka” di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan. Film yang disutradarai Rizal Mantovani ini ternyata bergenre misteri dan horor—tentu kita akan bisa menduganya sejak dalam judul. Namun, format dan formula yang saya sebutkan tadi seketika runtuh. Selain sebagai produser, Ronny juga merangkap penulis naskah skenario film ini. Istilah film horor “ecek-ecek” bisa ia hapuskan melalui karya terbarunya yang akan tayang 20 September 2017, hari ini!

    Film yang berkisah tentang “sejarah” di balik Gunung Padang, Cianjur, Jawa-Barat ini, menjadi menarik lantaran berhasil dikemas dengan sangat apik. Premis yang diangkat pun berhasil memantik rasa penasaran. Ia menggunakan pengandaian (what-if). Bagaimana jika Gunung Padang adalah Piramid tertua yang ada di dunia? Adakah sesuatu peninggalan purbakala di dalamnya? Apakah yang terjadi jika ditemukan artefak, fosil, serta segala sesuatu itu? Mungkinkah akan berpengaruh pada era manusia saat ini?

    Pertanyaan-pertanyaan serupa itulah yang berkelindan dalam pikiran Tomo Gunadi (wartawan), Arni Kumalasari (arkeolog), dan Guntur Samudra (ahli spiritual). Ketiganya adalah para karakter utama yang fokus menyelami dan berusaha menguak tabir misteri dan segala hal tentang Gunung Padang.

    Reza Rahadian, serumit apa pun karakter yang mesti ia perankan, selalu saja mampu menjadikan tokoh yang dilakonkannya (seolah) nyata dan benar ada selama kita menyaksikan filmnya. Ia berlaga sebagai seorang wartawan majalah Ghoib, yang sebelumnya pernah menjadi wartawan di sebuah majalah politik, namun kemudian dibredel gara-gara pemberitaannya yang kontroversial. Ia pernah begitu idealis namun rupanya banyak orang yang memusuhinya. tak heran kemudian ia memilih pekerjaan apa pun asalkan bisa mendapatkan uang untuk anak (diperankan oleh Ayasha Putri) dan istrinya (diperankan oleh Puy Brahmantya). Bahkan, saking kesalnya, Tomo sempat berkata, “memang gampang kalau mau menjadi idealis; kalau punya uang.”

    Karakter kocak dan jenaka barangkali sulit lepas dari aktor Indonesia, Dwi Sasono. Ia berperan sebagai Guntur Samudra, tokoh yang bisa dikatakan sebagai dukun. Hebatnya, Ronny bukan saja kuat membuat karakter, tetapi juga dalam dialog. Jangan heran ketika di tengah rasa was-was dan mencekam, selalu saja ada selipan komedi yang berhasil dimunculkan melalui Guntur di beberapa adegan.

    Ketika tiga tokoh utama ini berkumpul, sosok Guntur yang dikenal sebagai paranormal kondang dan pembawa acara mistis ini pun menunjukkan kemampuan sebenarnya. Tomo pun kaget, ternyata ia bukan dukun-dukunan, tetapi ia betulan memiliki kemampuan supranatural. Saat Tomo tegur kenapa tidak ia tampilkan keahlian itu di acara televisi yang dipandunya, Guntur berdalih, “semua orang butuh makan.” Bagian tersebut akan sangat menyentil dan sarkas kalau kita mengetahui konteksnya dalam alur film Gerbang Neraka ini. Namun, di beberapa bagian, Guntur pun bisa menjadi amat bijak. Substansi kalimatnya tidak keluar dari karakternya yang nyeleneh dan berpengetahuan luas itu. Ia berpetuah, “dunia akan hancur kalau orang menyerah dan hilang harapan.”

    Kemudian cerita berjalan dan kita akan dikenalkan lebih jauh dengan karakter Doktor Arni Kumalasari, yang diperankan oleh Julie Estelle, sang dosen arkeolog dan peneliti dari Nusantara Archeology. Ia diamanahi pemerintah untuk melakukan proses ekskavasi piramida yang didampingi Theo Wirawan, profesor arkeolog, yang diperankan oleh Ray Sahetapy. Sesuai di awal, diceritakan di dalam perut Gunung Padang—nama asalnya Nagara Siang Padang—ternyata berdiri sebuah bangunan piramida yag usianya dua kali lebih tua dibandingkan Piramida Giza milik Mesir.

    Ia kemudian akan menemukan sebuah konsep yang dikaitkan dengan tiga hal yang diwakili oleh diri mereka masing-masing: Gold, Glory, Gospel. Gold (harta) mewakili Tomo yang selalu membutuhkan uang; Glory (kehormatan) menggambarkan watak Guntur Samudra yang ingin dikenal; dan terakhir Gospel (ajaran agama) yang kemudian berkembang dan lebih dikenal sebagai ilmu pengetahuan. Yang ketiga ini mewakili karakter Arni Kumalasari. Namun, setelah pemaparan itu, Guntur pun menyebut istilah lain yang dianggap sepadan: Bondo, Kanuragan, dan Waskito.

    Di pertengahan cerita, konflik perlahan-lahan bermunculan. Sosok misterius yang kemudian dikenal bernama Badurach mulai mencari tumbal untuk tuannya. Arni, Tomo dan Guntur pun akhirnya terpaksa bekerjasama untuk mengungkap kebenaran misteri Gunung Padang. Semua itu karena setelah sebelumnya mereka sama-sama mengalami kejadian dan tragedi yang janggal. Lama-kelamaan mereka juga mengetahui bahwa piramida tersebut menyimpan kekuatan jahat yang siap menguasai dunia.

    Gerbang Neraka berhasil membuat setting a la piramida menggunakan teknologi CGI dan green screen. Efek yang dihasilkan seolah benar-benar real dan cukup halus. Belum lagi pengambilan gambar yang epik dengan kemampuan sinematografi yang mumpuni. Yang saya tangkap, film ini digarap sebagai bentuk kebanggaan dan usaha mengangkat kelokalitasan yang begitu melimpah di Indonesia.

    Terlebih cerita-cerita lisan yang selalu dikemas dengan legenda mistis. Soal kemudian filmnya dibalut dengan fiksi barangkali tak jadi soal. Sebab, pencapaiannya yang hendak diraih ialah meng-influence para penonton untuk datang dan mengunjungi wilayah atau tempat yang sedang “dipromosikan” dalam film tersebut. Itu berarti membantu mendorong pemasukan bagi ekonomi daerah. Belum laga unsur sosial-budaya tervisualkan dengan baik dan bukan dijadikan tempelan semata. Misal, peran Kujang, senjata tajam khas Jawa Barat, menjadi kunci dari Film Gerbang Neraka ini. Dan itu akan ditemukan di dalam mainchamber atau inti piramida.

    Saya harap, film ini bisa dijadikan gerbang sekaligus pemantik para sineas berbakat lainnya untuk mengangkat kembali cerita-cerita lokalitas yang kental dan kuat dari setiap daerah di Indonesia, dengan pendekatan yang menarik dan bukan sekadar film dokumenter semata. Ada hiburan sekaligus ilmu pengetahuan yang jalan berdampingan sehingga mampu memuaskan penonton yang rela mengantre dan membeli tiket. Tentu juga ada kualitas ide dan kemampuan menggarap film yang memadai. Paling tidak, sebaik film Gerbang Neraka ini. Dengan begitu, tentu saja, kecintaan kita pada tanah air bukan lagi omong kosong belaka, tetapi sifatnya sejati sebab dibuktikan dengan karya. Seperti kata Tomo Gunadi, “tanpa cinta, tak ada masa depan bagi manusia.”

    Cilegon, 19 September 2017


    Pengulas:
    Ade Ubaidil, penikmat film dan bercita-cita menjadi sutradara.


    Continue Reading
    Di tahun 2017 Ubud Writers & Readers Festival menyeleksi 15 Penulis Emerging Indonesia untuk hadir dan tampil di panggung sastra internasional tersebut bersama penulis, pegiat, dan kreator seni terbesar dunia. Selain itu, karya-karya yang terpilih akan diterjemahkan ke bahasa Inggris dan diterbitkan dalam buku Anthology 2017. Ke-15 Penulis Emerging ini dipilih oleh tim kurasi yang terdiri dari Seno Gumira Ajidarma, Leila S. Chudori, dan Warih Wisatsana. 
    UWRF menghadirkan seri Kenali Penulis Emerging Indonesia 2017, di mana blogger UWRF, Putu Aruni Bayu akan melayangkan beberapa pertanyaan kepada masing-masing Penulis Emerging tersebut untuk mengenali mereka dan karya mereka lebih jauh. Minggu ini Ade Ubaidil yang berasal dari Cilegon, Banten akan berbagi cerita mengenai dirinya.
    image by www.ubudwritersfestival.com



    Bisa ceritakan sedikit tentang diri Anda?
    Jawab:

    Saya lahir pada 2 April 1993 di Desa Cibeber, Kota Cilegon. Mahasiswa semester banyak di Universitas Serang Raya (UNSERA) jurusan Sistem Komputer. Saat ini sedang bergelut dengan skripsi dan kemalasannya. Dalam waktu yang berdekatan, buku terbaru saya, sebuah kumpulan cerpen, sedang dalam proses penggodokan di sebuah Penerbit berjudul, Surat yang Berbicara Tentang Masalalu, semoga lekas menetas dan dapat dibawa pada acara UWRF17 nanti.

    Nama asli saya adalah Ubaidil Fithri. Kebanyakan orang selalu mengira — bila hanya mendengar dua suku kata itu tanpa berjumpa dengan saya langsung, tentu sajapemilik nama tersebut adalah perempuan. Lantaran saya anak bungsu dari 4 bersaudara maka di lingkungan keluarga saya biasa dipanggil Ade. Jadi, saat memutuskan untuk menjadi Penulis, dan bila memang perlu nama pena, maka saya pakai nama, Ade Ubaidil, itu saja. Yang kemudian menimbulkan kesalahan lainnya semisal penulisannya: Ade Ubaydil/Ade Ubaidillah/Adhe Ubaedillah, dan masih banyak lagi.

    Apakah masih ingat momen di mana Anda menerima berita bahwa Anda terpilih sebagai salah satu dari 15 Penulis Emerging Indonesia 2017? Ceritakan pada kami.
    Jawab:

    Tentu saja saya sangat mengingatnya dan barangkali akan sulit melupakannya. Sebaris kalimat yang masih terngiang di telinga saya adalah: “Mohon jangan disebar dulu, ini masih rahasia. Tunggu sampai info resminya rilis di website Senin depan”. Mendapat kalimat itu semacam diberi sebuah rahasia besar tentang bentuk, rasa, dan warna buah Khuldi yang dimakan Nabi Adam AS di Surga berabad-abad lampau, sungguh tak sabar menunggu Senin.

    Saya simpan baik-baik kabar dahsyat itu, meski jiwa manusiawi saya keluar, tetap saya kabarkan itu pada orang yang membuat saya percaya diri untuk mengirimkan karya kepada panitia UWRF tahun 2017 ini. Orang tersebut adalah Puput Palipuring Tyas yang beberapa kali menjadi volunteer di UWRF tahun-tahun sebelumnya. Bila ingin tahu detailnya perihal momen yang saya ingat saat mendapatkan kabar bahagia itu, bisa kunjungi catatan yang saya tulis khusus di blog pribadi saya.

    Apa judul tulisan Anda yang terpilih? Dan apakah ada kisah di balik tulisan tersebut?
    Jawab:

    Judulnya Memata-matai Kerja Penulis. Di bawah judul saya menulis, “Kepada Ken Hanggara”. Ia adalah teman brainstorming satu angkatan yang lahir dari satu rahim yang sama; Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Mulanya hanya sebuah grup kepenulisan di Facebook. Ajaibnya, pendiri FAM tersebut lolos UWRF17 juga, ia adalah Bang Muhammad Subhan—dan ini akan jadi momen pertama saya bertatap langsung. Kisah di balik cerpen pilihan ini memang lumayan kompleks—juga menarik. Cerpen tersebut berkisah tentang seorang Penulis yang bisa menulis apa pun tentang sesuatu di sekitarnya. Jadi boleh dibilang, hal lain dari banyaknya kemungkinan tafsir, cerpen itu hendak berkata kalau tidak ada itu istilah writer’s block, belum dapat ide, dan sejumlah alasan dan mitos sejenis. Yang ada, kita malas. Itu saja. Ide itu diciptakan, ditemukan, dan dibuat. Bukan ditunggu. Ide itu apa yang bisa kamu lihat dan rasakan. Ide itu kamu sendiri. Atau aku(?).

    Kapan pertama kali Anda mendengar tentang seleksi Penulis Emerging Indonesia?
    Jawab:

    Tahun 2014 saya terpilih sebagai salah satu peserta Akademi Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Dari salah seorang peserta yang bernama Dias Novita Wuri, saya tahu tentang seleksi penulis Emerging UWRF itu. Mbak Dias adalah Penulis Emerging Indonesia 2014. Saat itu ia izin satu minggu tidak masuk kelas lantaran menghadiri acara UWRF14. Saya pun kemudian kepo.

    Siapa yang menginspirasi tulisan Anda?
    Jawab:

    Yang membuat saya tergugah untuk menulis adalah Agnes Davonar, bukunya yang saya baca berjudul Surat Kecil untuk Tuhan. Barulah dari sana saya mengenal karya-karya Sastrawan Indonesia, sekadar menyebutkan, salah satunya adlah Seno Gumira Ajidarma, nyaris semua bukunya saya punya. Gaya tutur yang lugas, mengalir, dan sering kali surealis, membuat saya ingin menulis sebaik beliau. Berbagai bentuk dan teknis menulis pun saya coba. Makanya, ketika tahu saya lolos menjadi salah satu penulis Emerging UWRF 2017 dan jurinya SGA, saya tak henti-hentinya tersenyum (dan sulit percaya). Ketika karya kita dibaca seseorang yang kita idolakan.

    Selain itu saya juga mengidolakan Paulo Coelho dan Ernest Hemingway. Dari Coelho saya belajar kebijaksanaan dan konsep mestakung, sedangkan Hemingway, ia pandai menyentuh dan melibatkan pembaca dengan tokoh-tokoh karangannya. Dua penulis itu sebagian besar saya mengoleksi buku-bukunya.

    Apakah asal muasal Anda turut berperan dalam tulisan-tulisan yang Anda hasilkan?

    Jawab:

    Bila ditanya asal-muasal, rasanya semua mengalir begitu saja, meski tempat lahir juga lingkungan memengaruhi gaya tutur dan hal teknis lainnya.

    Apa yang ingin Anda lakukan dan lihat di UWRF17 bulan Oktober mendatang?

    Jawab:

    Segala yang ada dan dipersiapkan oleh penyelenggara UWRF17, maka itu yang saya nanti-nantikan.

    Jika Anda harus terjebak di sebuah pulau terpencil hanya dengan satu buku, buku apakah itu?

    Jawab:

    Buku tulis kosong. Jangan lupa pula sediakan alat tulis. Saya akan bercerita tentang apa saja yang saya alami layaknya, Christopher Johnson McCandless, tokoh dalam buku Into The Wild. Tapi bila hanya harus membawa satu buku, maka yang sangat saya inginkan adalah buku The Complete Short Stories of Ernest Hemingway yang baru kemarin terbit di penerbit Immortal. Cukup satu buku itu sepertinya saya akan lupa sedang terjebak di pulau terpencil.

    Buku apa yang saat ini sedang Anda baca?


    Jawab:

    Blindness, karangan Jose Saramago, penulis asal Portugis, peraih nobel sastra tahun 1998.

    Apa saja yang ada di tas Anda saat ini?

    Jawab:

    Di dalam tas kecil: Pulpen, stabilo, buku catatan, kartu-kartu (ATM, SIM, KTP, dll.), buku Komedi Empat Musim (Cerita Terbaik dari Italia) pengalih Bahasa Zainal Muttaqien terbit tahun 2004, permen karet, dan kertas-kertas. Di dalam tas besar ada handphone rusak, buku catatan, pensil, kertas-kertas, kabel data, beberapa flashdisk, card readers, dll.

    baca juga:

    [Catatan] UWRF: Tanggal Istimewa, Konsep Mestakung dan Mimpi-mimpi


    *) wawancara ini pernah tayang di laman: www.ubudwritersfestival.com/adeubadil
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ▼  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ▼  September (3)
        • Kenali Penulis Emerging Indonesia 2017: Ade Ubaidi...
        • Gerbang Neraka: Menguak Rahasia Gunung Padang Lewa...
        • Kumpulan Cerpen: Surat yang Berbicara tentang Masa...
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top