Image by: imdb.com |
Score: 8/10.
Setelah sukses dengan filmnya yang pertama, Keluarga Cemara kembali dengan kisah terusan dari kehidupan Abah, Emak, Euis, Ara, dan kali ini ada tambahan karakter Agil yang sebelumnya bayi kini sudah balita.
Di bagian kedua ini, fokus ceritanya ada di Ara (Widuri) dan segala pikirannya; ia yang melihat kakaknya mulai asing, lalu abah yang mulai tidak bisa menepati janjinya, Emak yang sibuk mengurusi Agil (Niloufer) karena di usianya yang sekarang sedang rewel-rewelnya, dan Ara yang bisa mengerti bahasa anak ayam (pitik)—yang kemudian ia beri nama: Neon.
Bagian yang disebutkan di akhir ternyata jadi premis film ini dan membawa kita ke dalam petualangan yang menyenangkan: Pencarian Keluarga Neon.
Saat Ara merasa sudah tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari keluarganya, beruntung ia menemukan seekor anak pitik di tengah jalan dan mereka kemudian bersahabat. Hanya Aril (Muzakki) dan Mang Ramli (Abdurrahman Arif) yang percaya pada Ara kalau dirinya memang bisa berbicara dengan anak ayam itu. Abah, Emak, dan Teh Euis tidak memercayainya. Begitulah awal mula hubungan dan kehangatan di keluarga itu mulai memudar.
Ditemani Aril, Ara mulai berpetualang menuju Kampung Badak, tempat anak ayam itu berasal, itu yang Ara dengar dari ucapan si Neon. Dan di sinilah masalah sesungguhnya, Ara pulang telat ke rumah dan membuat sekampung geger mencari dirinya yang dianggap hilang.
Sepanjang film saya dibuat senyum-senyum sendiri dengan persahabatan Ara dan Aril. Apalagi diperankan oleh dua aktor muda berbakat dan potensial. Widuri dan Muzakki begitu lihai dan sangat meyakinkan saat memainkan perannya. Polos, naif, dan segala ekspresinya sebagai bocah begitu natural. Semoga Visinema membuat animasi film ini, saya sungguh kagum dengan penulisan skenarionya yang digarap oleh M. Irfan Ramli.
Berbeda dengan Keluarga Cemara 1 yang disutradarai oleh Yandy Laurens, kali ini Ismail Basbeth yang memegang kendali sebagai sutradara. Film yang benar-benar cocok ditonton oleh anak-anak Indonesia, begitu relatable dan dekat. Dari premis sepele itulah ada makna yang dalam yang hendak disampaikan oleh sutradara lewat filmnya.
IP dari sinetron garapan Arswendo Atmowiloto ini sepertinya akan terus berkembang ke berbagai platform media, bahkan sudah ada serialnya juga yang fokusnya ke kehidupan Teh Euis (Adhisty Zara) yang duduk di bangku SMA.
Bagian yang rada maksa ya soal jualan opak dan panggilan Emak dan Abah yang kurang meyakinkan sejak film pertama. Karena Nirina Zubir dan Ringgo Agus Rahman terlalu muda, berasa nggak cocok aja gitu. Apalagi diterapkan di masa kini.
Selebihnya, saya sukak banget sama film Keluarga Cemara 2 ini. Saya tak henti-hentinya kagum dengan Widuri khususnya, yang begitu cemerlang aktingnya!! Saya tak sabar menonton film dia yang lainnya~
Cilegon, 28 Oktober 2022