Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    Official poster by Illumination

    Score: 8/10.


    Sejak trailernya pertama kali ditayangkan, saya langsung penasaran ingin menonton animasi produksi Illumination ini. Sore tadi, saya baru selesai menontonnya. Tidak mengecewakan, tetapi tidak begitu memuaskan juga. 


    Migration bercerita tentang proses migrasi keluarga bebek jenis Mallard dari New England, ke daerah tropis Jamaika. Keluarga tersebut terdiri dari kepala keluarga bernama Mack Mallard, istri Pam, dan anak jantan Dax, serta bungsu betina Gwen. 


    Saat keluarga Mallard bermigrasi ke Selatan untuk menghindari musim dingin, rencana mereka yang telah disusun dengan baik, ternyata menjadi kacau. Pengalaman itu menginspirasi untuk memperluas wawasan mereka, membuka diri terhadap teman-teman baru, dan mencapai lebih dari yang mereka bayangkan.


    Banyak hal-hal di luar dugaan mereka yang terjadi. Termasuk petualangan menegangkan ketika dikejar oleh koki bengis. 


    Plotnya sejak awal jelas dan tujuan keluarga Mallard terjaga hingga akhirnya berhasil sampai ke Jamaika. Porsi komedinya cukup berimbang, hanya saja konfliknya kurang greget.


    Alasan ayahnya begitu protektif kepada anak-anaknya kurang digali sebagai motivasi jalannya cerita. Saya membayangkan ayahnya memiliki trauma tentang bermigrasi—seperti ketakutan yang dialami ayah di film Moana, misalnya. 


    Saya curiga film ini ditulis oleh seorang vegetarian, terlihat dari cara mereka menggambarkan betapa kejamnya manusia yang suka memakan daging hewan.


    Upaya pembebasan burung-burung pun memberi kesan dan pesan yang kuat bahwa hewan liar sudah sepantasnya kembali ke habitatnya. Kita akan dibuat merasa bersalah jika memiliki peliharaan di rumah. 


    Film ini mengajak kita untuk "terbang" bebas dan keluar dari kekangan hidup atau sesuatu yang kita anggap sebagai zona nyaman selama ini. Kita ditantang untuk mengejar impian kita meskipun terkesan mustahil. 


    Selain itu, pesan tentang pentingnya keluarga sangat jelas sejak awal adegan. Barangkali nilai ini yang dijadikan menu utama filmnya, sehingga cocok ditonton sekeluarga. Selamat berlibur! 


    Cilegon, 27 Desember 2023

    Continue Reading

    Official Poster by TMS Entertainment
    Score: 7,5/10

    Film ke-26 dari serial anime Detective Conan adalah Detective Conan: Black Iron Submarine. Film ini dirilis di Jepang pada 14 April 2023 dan di Indonesia pada 26 Juli 2023. Film ini diproduksi oleh TMS Entertainment dan didistribusikan oleh Toho Company, Ltd.

    Seperti biasanya, movie Conan selalu menjadikan background story yang berasal dari dunia nyata. Soal visual tak perlu diragukan lagi, selalu memanjakan mata.

    Kemunculan Organisasi Hitam di anime Conan mungkin mirip kemunculan Shanks dan kru di anime One Piece. Apalagi Gin dkk memiliki kaitan dengan asal-usul penyusutan tubuh Shinichi Kudo menjadi Edogawa Conan.

    Kasus kali ini pun relate dengan apa yang sedang terjadi di dunia nyata belakangan ini. Tentang penyalahgunaan Artificial Intelligent (AI) dan peretasan keamanan Interpol.

    Gila banget geng Organisasi Hitam ini, dia bisa membobol komputer dan keamanan Interpol negara Eropa yang super ketat itu. Beruntungnya, identitas Conan belum terungkap oleh Gin—sebab dia masih percaya Shinichi sudah tewas.

    Detective Conan: Black Iron Submarine disutradarai oleh Yuzuru Tachikawa dan naskahnya ditulis oleh Takeharu Sakurai. Film ini berdurasi 109 menit dan berhasil meraup $106 juta.

    Sayangnya, plot dan konfliknya terasa terlalu biasa seperti episode mingguan. Berbeda dari movie-movie sebelumnya yang grande dan memainkan perasaan dan emosi penonton. Di sini kurang berasa diaduk-aduk, lebih banyak berdecak kagumnya. Padahal pertemuan Conan dan Gin aka Organisasi Hitam paling ditunggu di anime ini.

    Yang mungkin rada mengganggu adalah cara berpakaian Gin dan Vodka. Dalam keadaan ruwet di bawah air dan udara, mereka tetap memakai jubah hitam yang rada nggak mungkin di dunia nyata memakai pakaian seribet itu. Tapi kalian 'kan pasti bakal bilang "Namanya juga kartun". Iya udah deh ~

    Cilegon, 12 Desember 2023
    Continue Reading

    Official poster by Netflix Animation

    Score: 9/10

    "Hidup berarti bangun tidur dan melakukan hal-hal yang tak kau suka, atau kau tak perlu bangun."

    Berkisah tentang Mizu (Maya Erskine), seorang samurai berdarah campuran dan bermata biru. Dia anak dari seorang Ibu asal Jepang dan ayah dari salah satu 4 orang ras Kaukasian (Eropa) yang datang ke Jepang pada abad ke-16. Karena hal itulah Mizu dan ibunya hidup nelangsa lantaran sering dirundung dan jadi olok-olok masyarakat Jepang bahkan dianggap aib di lingkungannya.

    Mizu akhirnya tumbuh menjadi manusia pendendam. Di hati dan tangannya hanya ada bara api yang ia rawat hingga dewasa menjadi seorang master samurai. Ia ingin mencari tahu, di mana 4 orang Kaukasian yang merudapaksa ibunya secara bergiliran. Siapa pun yang berani menghalanginya, ia harus berhadapan dengan pedang terbaiknya.

    Film animasi original Netflix ini digarap oleh pasangan suami-istri Michael Green dan Amber Noizumi. Disutradarai oleh Jane Wu, animasi berlatar Jepang periode Edo ini dikerjakan oleh studio Prancis, Blue Spirit dan diproduksi oleh Netflix Animation. 

    Jepang digambarkan dengan sangat epik dan menawan. Estetika kebudayaan Jepang yang divisualkan berhasil membawa kita seolah berada di sana. Ditambah setiap karakter yang muncul, sekecil apa pun perannya, meninggalkan kesan yang kuat.

    Karakter Mizu sejak kecil sudah terbangun sangat kokoh; egois, pendiam, pendendam, dan bengis. Pertemuannya dengan Master Eiji (Cary-Hiroyuki Tagawa), seorang pengrajin pedang yang buta, menjadikan dia memahami seni pedang sekaligus menemukan filosofi hidup di dalamnya. Dia belajar bagaimana hidup sebagai seniman sejati dari Master Eiji.

    "Jadi seniman berarti hanya melakukan satu hal. Seorang seniman memberikan semua yang dimiliki demi seni, seluruhnya; kekuatan dan kelemahanmu, cinta dan rasa malumu."

    Pada masanya, orang Kaukasian disebut sebagai ‘iblis dari barat’, membuat Mizu kerap dijuluki sebagai anak iblis. Dia berusaha menyembunyikan mata birunya dengan memakai kacamata berwarna dan topi jingasa yang tersampir rendah. Bahkan ia mengubah suara dan merahasiakan identitas sesungguhnya.

    Sepanjang perjalanan balas dendamnya, ia bertemu dengan banyak sosok yang semula musuh, malah akan menjadi teman perjalanan.

    "Bertarunglah dalam batasanmu, bukan melawan batasan itu."

    Saya secara tidak langsung belajar sejarah Jepang di masa periode Edo atau shogun. Alasan kenapa Jepang di abad ke-16 terjawab di serial ini. Saya jadi mengaitkannya dengan Wano-kuni, salah satu latar yang dipakai Eiichiro Oda di manga One Piece. Keduanya memiliki benang merah yang sama, tentang alasan Jepang menutup diri pada dunia luar. Bahkan ada dialog "Kamu tidak akan menemukan orang kulit putih selain orang Jepang" yang diulang-ulang di beberapa episode. 

    Film ini cukup triggered untuk orang-orang yang memiliki trauma kekerasan seksual atau yang pernah mengalami perundungan. Ditambah bertebarannya adegan pembunuhan, darah, dan hubungan seksual yang berlebihan membuat saya sedikit tidak nyaman, meskipun tidak mengurangi keindahan cerita, dialog, dan nilai visualnya sama sekali.

    Official Poster
    Animasi ini total ada 8 episode, dan di setiap episode rata-rata memiliki durasi yang bervariasi, 50 menit hingga 1 jam. Namun percayalah, durasi sepanjang itu tidak akan terasa lama, justru akan terasa kurang, karena di setiap akhir episode, Blue Eye Samurai menaruh cliffhanger yang berhasil membuatmu penasaran dan ingin menonton episode berikutnya sesegera mungkin.

    Mizu sebenar-sebanarnya tak sedang mencari musuhnya, dia sejatinya sedang melewati proses menemukan jati dirinya.

    Isu gender, perang, prostitusi, pengkhianatan hingga perebutan wilayah kekuasaan dan segala macam hal dapat kita temukan di animasi ini. Saya sungguh tidak sabar menunggu season keduanya!

    "Untuk menguasai cara berperang, seseorang harus mengenal semua seni."

    Cilegon, 04 Desember 2023

    Continue Reading

    Official Poster by Imajinari Pictures
    "Berduka itu bukan seperti apa yang selama ini ditunjukkan di film-film. Hal yang berat dari berduka itu adalah hidup kita harus terus berjalan. Padahal kita lagi enggak mau jalan."

    Score: 9/10

    Akhir tahun 2023 ini Yandy Laurens kembali dengan karya teranyarnya. Setelah tahun lalu berhasil membuat benchmark tinggi untuk serial Indonesia lewat “Yang Hilang dalam Cinta” (Disney+, 2022), kali ini ia merilis film panjang keduanya berjudul “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JESEDEF)” sekaligus meyakinkan saya bahwa dia adalah sutradara dan penulis muda yang akan membawa angin segar di film-film Indonesia di masa depan.

    Bagaimana tidak, film dengan durasi 1 jam 58 menit ini, 85%-nya didominasi oleh warna hitam putih. Sebuah keputusan yang berani sebagai film komersil. Namun, setelah saya tonton rupanya tidak untuk gaya-gayaan atau ingin beda belaka, ia memiliki tujuan tersendiri yang berkesinambungan dengan alur cerita yang disuguhkan.

    Bila kita tengok serial dan film pendek yang digarap sebelumnya, Yandy memang tak pernah lepas “pamer skill filmmaking” dengan memainkan banyak simbol. Nyaris karya yang dibuatnya tak bicara secara gamblang, namun memiliki makna yang bisa ditemukan lewat simbol-simbol yang dimunculkan.

    Film ini berkisah tentang Bagus (Ringgo Agus Rahman), seorang penulis skenario film yang bertemu lagi dengan Hana (Nirina Zubir), teman SMA pujaan hatinya yang baru saja menjanda. Tanpa Hana tahu, Bagus menulis semua obrolan pribadi mereka menjadi sebuah film layar lebar. Padahal Hana pada saat itu sedang kehilangan warna hidupnya karena sang suami baru beberapa bulan meninggal dunia.

    Premis yang sangat sederhana itu, digarap menjadi skenario yang rumit dan disulap menjadi film yang njelimet (in a good way) oleh Yandy. Penonton akan dibawa masuk ke kehidupan para tokoh, lalu akan percaya dengan segala lika-liku yang disuguhkan, memasuki labirin-labirin di setiap adegan, tetapi di akhir cerita kita akan dibuat tersesat berkali-kali─ketersesatan yang mengundang banyak decak kagum!

    Sebetulnya, gaya penceritaan metafiksi (karya yang menceritakan dirinya), dalam hal ini medium film, sudah cukup banyak formula serupa diterapkan di film-film asing─yang terlintas saat menulis ulasan ini film-film besutan David Fincher. Namun barangkali, sejauh sepengetahuan saya, film bertipe ini masih cukup baru ada di sinema Indonesia, dan itu artinya cukup gambling dalam menemukan pasarnya sendiri.

    Saran saya, sebelum menonton siapkanlah pena dan buku, karena kita secara tidak langsung akan diajarkan cara menulis skenario dengan formula 8 sequence. Ketika di beberapa bagian kamu tersadar sedang terjebak, saran saya lagi jangan melawan, semakin kamu melawan, kamu akan tersesat semakin jauh, dan semakin ingin membaca skenarionya secara langsung! (ini gue serius di mana gue bisa dapatin skenarionya, mau banget belajar!)

    Meski terkesan segmented, karena filmnya bicara dunia film dan teknis sekali, film ini tetap akan bisa dinikmati oleh awam, karena banyak sekali unsur komedi di film drama yang menyesakkan dada ini. Boleh dibilang semua pemain menunjukkan performa terbaiknya, tampak natural seperti tidak sedang akting, namun izinkan saya memberi tepuk tangan sedikit agak lama untuk Sheila Dara, yang berperan sebagai Celine, editor film. Dia di film ini lucu banget, sialan! (Apalagi adegan di motor galon tolonggg ngakak kenceng!) T-T

    Lewat filmnya ini Yandy memparodikan industri film dan segala lika-liku hidup para filmmaker, yang semoga bisa ditertawakan bersama dan semestinya tidak memunculkan ketersinggungan, karena sudah sepatutnya para pekerja film mufakat bahwa film ini dengan sadar mengeksplorasi hubungan antara film, realitas hidup, dan keindahan nilai seni itu sendiri dengan sangat brilian! 

    Barangkali karena film ini terlalu fokus pada teknik bercerita, perasaan kehilangan yang jadi inti ceritanya terasa kurang tersampaikan dengan baik yang semestinya bisa meninggalkan perasaan hampa seperti yang dialami Hana.

    Salut untuk Imajinari Pictures dkk yang mau memproduksi film ini. Ernest Prakasa selaku produser, mengaku sebagai PH baru dan mumpung masih muda, di film keduanya ini masih berani dan rada idealis memilih film. Dan tentu saja film JESEDEF ini pilihan yang tepat dan tidak akan disesalinya!

    Cilegon, 01 Desember 2023

    Continue Reading
    Official poster serial Gadis Kretek

    Score: 9,3/10.

    Cerita dalam serial ini diangkat dari novel berjudul Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Bercerita tentang perjalanan Lebas (Arya Saloka) mencari perempuan bernama Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo) yang disebut-sebut bapaknya ketika dalam keadaan sakit.

    Perjalanan dimulai dari sini, Lebas berjumpa dengan Arum (Putri Marino) lalu mereka bertualang menelusuri masa lalu bersama dan satu per satu fakta tersingkap dan menjawab banyak sekali pertanyaan bukan hanya di diri Lebas tetapi Arum pun mendapatkan banyak kejutan di akhir episode. 

    Gadis Kretek menjadi serial original Netflix pertama asli Indonesia yang memberikan standar (benchmark) cukup tinggi. Keputusan Kamila Andini dan Ifa Isfansyah selaku sutradara untuk menjadikan novel ini sebagai serial adalah keputusan paling tepat. Banyak sekali hal yang bisa dieksplorasi dari masing-masing karakter dan latar belakang sejarahnya dengan total durasi 5 jam alias 5 episode. 

    Edited image by @kompasmuda
    Semua orang membicarakan serial ini disertai puja-pujinya, sementara saya sengaja baru menuliskannya sekarang karena tak tahu mau menuliskannya dari mana, sebab semua departemen yang terlibat menunjukkan performa terbaiknya dan saling dukung untuk menyempurnakan hasil akhirnya. Camera movement di beberapa scene dan perpindahan transisi dari tahun 2000-an ke 1960-an alus banget, sukak!

    Aktor-aktornya tidak hanya akting, tetapi mereka telah berhasil menghidupkan karakter di dalam buku dan lebur bersama dalam dunia yang dibangun sedemikian mewah dan memanjakan mata. Serial ini setara bahkan lebih tinggi dari drama Korea yang belakang sering saya tonton. Latar belakang sejarah tahun 1965-an bukan hanya tempelan, namun bagian dari penggerak cerita dan penentu nasib para tokoh yang dihadirkan. 

    Sulit rasanya mencari kelemahan dalam serial ini, meskipun tidak benar-benar sama dengan bukunya, tetapi serial ini dikembangkan jauh lebih mengesankan. Rasanya, 5 episode terasa kurang lantaran saking terhanyutnya saya ketika menonton. 

    Special mention saya untuk Rukman Rosadi yang berperan sebagai Idroes Moeria, ayah dari Dasiyah alias Jeng Yah. Beliau sekaligus bertanggung jawab sebagai acting coach para pemain. Beliau seorang dosen, bersyukur saya pernah satu project di film Yuni, caranya mengajarkan ilmu tentang akting memang luar biasa—sering dibahas pula oleh Dian Sastrowardoyo dan aktor lainnya. Ia pandai memainkan mimik wajah (micro expression) dan menyampaikan emosi tanpa dialog.


    Ada satu scene, ketika ia pertama kali mencoba kretek dengan saus buatan Dasiyah yang diberikan oleh Soeraja (Ario Bayu), dalam satu scene itu ekspresinya berubah berkali-kali dalam hitungan detik, matanya menyala dan berubah seolah dapat berbicara (saya sulit menjelaskan ini tanpa menunjukkan visualnya). Lalu saat ia tertangkap dan kepalanya dihantam popor senapan, itu salah satu scene terbaik, rasa sakitnya menembus layar ponsel dan menyisakan ngilu di dada. 

    Kalau mesti ada yang dikritisi, barangkali akting Ibnu Jamil saat memerankan Seno terasa kurang lepas dan maksimal, saya masih melihat kalau itu Ibnu Jamil, bukan Seno. Dan CGI helikopter tolonglah Netflix, bisa kali pakai heli beneran, terlalu keliatan bohongannya, walaupun termaafkan, sih ketutup sama yang lain. Ditambah kedekatan dan hubungan anak-anak Pak Raja kurang banyak mendapatkan porsi, sepertinya bisa jadi spin-off tersendiri 😁

    Secara keseluruhan, serial ini bagus banget. Sountrack dan lagu-lagu pengiringnya pun menyatu sekali dengan latar serial ini. Sukak banget tolong!! 

    Bangga banget film Indonesia udah ada di level ini. Kalau masih ada yang bilang film Indonesia jelek, sini ngomong depan muka gue, biar gue sodorin serial ini sambil gue tampol sama vas bunga Jeng Yah! 

    Cilegon, 13 November 2023


    Continue Reading

    JAKARTA – Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 25-29 Oktober 2023. Kolaborasi antara Bank Indonesia dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama PT Bank Muamalat Indonesia dan Muamalat Institute, Cordoba Kids dan Diamond turut berpartisipasi dalam acara ISEF.

    Wujud nyata yang diberikan yaitu dukungannya untuk kegiatan perlombaan menggambar, mewarnai dan fashion show anak untuk memberikan pengalaman dan wadah bagi anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman mereka tentang ekonomi syariah.

    Muamalat Institute memahami pentingnya mendukung kegiatan yang mempromosikan pemahaman tentang Islam dan mendorong pertumbuhan generasi muda yang memiliki pemahaman yang kuat tentang agama dan nilai-nilai moral ekonomi syariah. Oleh karena itu, mendukung acara ISEF yang bertujuan sebagai sarana edukasi yang diharapkan dapat mencetak para siswa yang unggul dan berprestasi di bidang kreatif ekonomi syariah.

    Perlombaan yang diadakan yaitu menggambar, mewarnai dan fashion show dengan antusiasme sangat tinggi dengan jumlah peserta pendaftar sebanyak 151 anak dan total peserta yang hadir sebanyak 83 (menggambar 19 anak, mewarnai 48 anak dan fashion show 16 anak) dengan rentang usia 4-10 tahun. Lomba menggambar dan mewarnai dilaksanakan dengan tema kebaikan untuk semua dan sub tema yaitu menabung di bank syariah, makanan halal, dan zakat, infaq, dan sedekah.

    Dilanjutkan dengan lomba fashion show anak dengan tema Cheerful Wear: Make People Happy. Peserta menggunakan pakaian yang unik dan berlenggok di panggung stage talkshow sharia fair. Acara dilanjutkan dengan dongeng “Nabiku, Superheroku” oleh Ustadz Kak Cahyo. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman juara lomba. PT Bank Muamalat Indonesia dan Muamalat Institute juga menyumbangkan sumber daya dan dukungan untuk memastikan kesuksesan acara ini.

    PT Bank Muamalat Indonesia juga membuka booth untuk pembukaan rekening. Hal ini akan membantu masyarakat untuk mengenal lebih dekat prinsip-prinsip ekonomi syariah dan mengambil langkah nyata dalam mempraktikkannya. Booth ini juga dapat memberikan edukasi lebih lanjut kepada masyarakat tentang berbagai produk dan layanan keuangan syariah yang tersedia, serta bagaimana mereka dapat mengintegrasikannya dalam kehidupan finansial mereka. Ini adalah peluang untuk mulai membangun dasar yang kuat dalam hal keuangan syariah.

    Anton Hendrianto dalam kesempatan ini menyatakan ISEF adalah wadah untuk mendorong generasi muda kita dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Kita melihat peserta dari berbagai latar belakang menunjukkan bakat dan keterampilan mereka dalam lomba fashion show, mewarnai, dan menggambar.

    “Dalam acara ini, kita juga ingin mengajarkan kepada anak-anak kita tentang keadilan, kerja keras, dan etika dalam segala hal yang kita lakukan. Ini adalah nilai-nilai yang sangat penting dalam ekonomi syariah, dan kita berharap bahwa para peserta akan membawa pesan ini pulang ke sekolah dan lingkungan mereka. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam kesuksesan ISEF tahun ini, termasuk panitia, sponsor, guru, dan orang tua yang telah mendukung peserta. Terima kasih juga kepada para peserta yang telah berpartisipasi dalam lomba ini. Kami berkomitmen untuk mendukung acara ISEF,” ungkapnya.



    Dengan memberikan dukungan berkelanjutan bagi acara ISEF, ia berharap bahwa kompetisi ini akan menjadi motivasi bagi masyarakat untuk terlibat secara lebih aktif dalam memahami prinsip-prinsip keuangan syariah. Anton berharap bahwa melalui dukungan yang berkelanjutan dapat melahirkan generasi muda yang tidak hanya paham, tetapi juga berkomitmen untuk mempraktikkan keuangan syariah dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Mereka akan menjadi pemimpin masa depan yang membawa perubahan positif dalam dunia ekonomi dan keuangan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai syariah.

    Dukungan berkelanjutan ini juga mencakup pelatihan, seminar, dan program pendidikan yang akan membantu para pemuda untuk memahami lebih dalam prinsip-prinsip keuangan syariah. Dengan cara ini, mereka tidak hanya akan menjadi peserta dalam kompetisi, tetapi juga agen perubahan yang aktif dalam menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.

    Ke depannya PT Bank Muamalat Indonesia dan Muamalat Institute terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah melalui program-program Link and Match Kampus dan Industri seperti Muamalat Enlightenment Campaign Program (MINTERIN), Muamalat Indonesia Kompeten (MIKO), Muamalat Institute Kuis Interaktif (MIKIR), Muamalat Institute Movement Entrepreneur Incubator (MIMPI) hingga Dosen Tamu.

    “Melalui program tersebut diharapkan mahasiswa dapat menjadi prime mover (penggerak utama) dalam inklusi produk dan layanan keuangan syariah,” tutupnya. (rls/dhe)

    Continue Reading

    Cover buku oleh penerbit.

    Judul Buku : Kisah Ubay dan Para Sahabatnya
    Harga Jual : Rp.7.600
    SKU : A03202.360
    E-ISBN : 9786236139554
    Pengarang : Ade Ubaidil
    Penerbit : Inti Medina
    Halaman : 64 Halaman
    Jenjang : SD

     ***

    Sinopsis:

    Ubay gemar sekali bermain game. Bahkan, ia sampai lupa waktu dan ditegur oleh ayahnya. Ubay juga mempunyai hewan peliharaan yang diberi nama Cuppy, Ban-Ban, dan Bit-Bit. Selain ltu, Ubay senang sekali bermain sepak bola bersama teman-temannya. Banyak sekali cerita menarik dari Ubay dan para sahabatnya.
    Mereka senang menjenguk teman yang sakit. Namun, sayang sekali ada teman Ubay yang suka menyontek saat ujian dan membuang sampah sembarangan. Bagaimana, ya, kisah seru Ubay dan sahabatnya ini? Yuk, baca ceritanya sampai tuntas, ya. Kamu akan menjadi tahu bagaimana bersahabat yang baik itu.
    Salah satu halaman dalam buku ini.
    ***
    Buku cerita anak perdana karya saya ini diterbitkan oleh penerbit Inti Medina, lini dari Penerbit Tiga Serangkai. Buku ini dinyatakan lolos sebagai buku pengayaan di Puskurbuk. Buku belum dicetak, tetapi e-booknya sudah tersedia. Silakan kunjungi:
    >>> Beli Buku "Kisah Ubay dan Para Sahabatnya" <<<
    Cover fix



    Continue Reading

     

    Nama-nama orang berjasa yang terlibat dalam penerbitan buku ini

    ***

    Saya bersyukur sekali masih diberi kemampuan menulis, khususnya buku cerita anak. Sejak sekolah dasar dulu, saya membayangkan bagaimana rasanya cerita yang kita tulis akan dibaca siswa-siswi di sekolah-sekolah dan menjadi bahan ajar—tak terasa hal itu akan segera terwujud.

    Cerita ini saya tulis berdasarkan apa yang ada di kampung Cibeber, tanah kelahiran saya. Sekaligus saya ingin mengenalkan kuliner khas daerah kami, yakni Sate Bebek Cibeber.

    Banyak orang tidak tahu kalau daging Bebek ternyata bisa diolah menjadi penganan sate. Kalau kalian ingin mencobanya, silakan datang ke sini, saya akan tunjukkan warung sate mana yang jadi favorit.

    Salah satu halaman di buku ini.

    Uniknya lagi, buku ini ditulis dalam dua versi bahasa; yakni bahasa Indonesia dan bahasa Jawa Banten atau lebih dikenal dengan nama bahasa Jaseng (Jawa Serang) dan Bebasan (Jawa halus).

    Terima kasih kepada Kantor Bahasa Banten serta semua orang yang terlibat dalam terbitnya buku dwibahasa ini. Semoga memberikan manfaat, ya~

    Teman-teman bisa mengunduhnya secara GRATIS buku terbaru saya ini dan 42 penulis lainnya di link berikut: 

    >>> Download Buku Anak Dwibahasa Banten <<<

    cover fix



    Continue Reading

    Beberapa waktu lalu, jurnal sains Nature melansir data dari ilmuwan Stanford University tentang beberapa negara di dunia dengan penduduk termalas berjalan kaki. Negara Indonesia menduduki peringkat pertama. Saya tidak terkejut, karena saya termasuk di dalamnya. Artikel berikutnya menyusul, tentang alasan warga Indonesia kenapa malas jalan kaki. Ada yang bilang karena cuaca yang panas, infrastruktur yang tidak memadai, dan karena segalanya kini sudah dimudahkan dengan adanya teknologi. Saya lebih sepakat karena jalan kaki bukan bagian dari kultur kami saja. Berbeda dengan Jepang dan Hongkong yang sudah mendidik warganya sejak usia dini untuk biasa berjalan kaki.

    Tujuh hari terakhir saya mulai giat bersepeda. Alternatif gerak tubuh selain jalan kaki. Bersepeda adalah sebuah rencana yang sudah cukup lama saya ingin wujudkan namun baru terjadi bulan Juli kemarin. Alasan saya satu, ingin bersepeda supaya tubuh lebih sehat dan berumur panjang. Walaupun urusan usia ada di tangan Tuhan, tetapi ini salah satu bentuk ikhtiar saya.

    Dan lagi, belakangan, barangkali tiga tahun terakhir, masyarakat Indonesia terkena demam bersepeda, terlebih di masa pandemi Covid-19. Alasannya jelas, banyak dari mereka mulai menyadari pentingnya hidup sehat, meningkatkan imun tubuh, dan mencari hiburan atau hobi baru. Bukan hanya masyarakat umum, tetapi kalangan artis, tokoh publik, dan bahkan pejabat turut meramaikan dan mengampanyekan untuk giat bersepeda.

    Hal baiknya, kebiasaan bersepeda bisa menjadi solusi bertransportasi dan menjadi alternatif demi mengurai kemacetan dan mengurangi polusi udara yang selama ini disumbang oleh pengguna mobil dan motor. Kita sudah semestinya membangun kesadaran untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Tubuh kita harus lebih banyak bergerak dengan mengayuh sepeda, berjalan kaki, dan membiasakan diri menggunakan transportasi umum.

    Saya lahir dan besar di kota yang letaknya berada di ujung barat laut Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota Cilegon dikenal sebagai kota industri. Walaupun kota kami kecil, tetapi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Cilegon tahun 2022 ini cukup besar, yakni sekitar 1,78 triliun per tahun. Sebutan lain bagi Kota Cilegon adalah kota baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Sayangnya, fasilitas untuk pesepeda masih jauh dari kata layak.

    Tata kotanya pun jauh dari kata elok, walaupun di pemerintahan saat ini ada usaha untuk memperbaiki tata kelola kota, tetapi akan terlihat sekali perbedaannya ketika kita, misalnya, membandingkan dengan kota Tangerang Selatan, salah satu kota di Provinsi Banten, yang jaraknya 85 kilometer dari Cilegon. Mulai dari menataan lampu jalan di trotoar, tiang listrik yang sembarangan dengan kabelnya yang semerawut, dan lagi, di kota Cilegon belum ada jalur khusus pesepeda.

    Boro-boro jalan untuk pesepeda, hak pejalan kaki saja seringkali diambil alih oleh warung-warung pinggir jalan. Belum lagi tata bangunan dan toko-toko di trotoar yang tidak ada nilai seninya sama sekali, tidak enak dipandang mata.

    Selain itu, keputusan saya membeli sepeda di tahun ini karena berbarengan dengan rumah baru saya yang sudah selesai direnovasi. Ada proyeksi besar di kepala saya bahwa setiap perjalanan dari rumah orang tua ke rumah saya akan ditempuh dengan menggowes pedal karena tidak memakan waktu yang lama. Kami masih tinggal di wilayah yang sama, yakni di Kota Cilegon.Rumah orang tua saya berada di kecamatan Cibeber, sementara rumah baru saya di kecamatan Jombang. Jaraknya kira-kira 5 km.

    Rumah pertama saya menjelang usia 30 tahun.

    Kalau saya sudah mahir menggowes, saya ingin melakukan perjalanan ke Kota Serang dengan mengendarai sepeda. Biasanya, menggunakan sepeda motor dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit, saya penasaran, berapa waktu yang saya butuhkan untuk sampai ke sana dengan sepeda.

    Luas wilayah Kota Cilegon hanya 175,5 km2. Barangkali dengan sepeda kamu bisa mengitarinya seharian─saya pernah melihat story Instagram teman saya yang sering bersepeda setiap harinya 100 km. Gila!

    ***

    Pada hari pertama, saya sangat bersemangat. Bahkan ketika paket sepeda yang saya pesan via marketplace sampai di sore hari─saya memang pesan online─saya buru-buru menghubungi keponakan yang sudah lebih dahulu memiliki sepeda untuk membantu saya merakit sepeda tersebut. Rasanya, saya ingin hari itu lekas pagi.

    “Pulang Jam berapa?” tanya saya melalui pesan WhatsApp. Sebelumnya saya memang sudah mengatakan kalau saya sedang memesan sepeda dan minta tolong untuk dirakitkan, saya tak punya alat-alat tempur-nya. Ega, nama keponakan saya, menyanggupinya, dan punya waktu luang sepulang bekerja.

    “Bakda Magrib baru sampai rumah,” balasnya singkat. Lalu saya mengatakan kalau pukul 20.00 WIB saya akan mengunjungi rumahnya dengan membawa sepeda yang baru setengah dirakit. Bila kau pesan sepeda via daring, 80% sepedamu sudah dirakit. Kau hanya perlu merangkai bagian ban depan, stang, rem depan belakang, dan juga shifter.

    Apa hanya saya yang mengalami ketika sedang menunggu sesuatu, waktu entah kenapa berjalan lebih lambat? Saat itu saya hanya mesti bersabar menunggu tiga jam tetapi rasanya seperti sepuluh jam. Namun selama apa pun, saya toh akhirnya bisa melaluinya. Pukul 20.00 WIB, saya pergi ke rumah Ega dan membawa sepeda seberat 14 kilogram itu. 

    Beruntungnya jarak rumah kami hanya sepelemparan batu, saya hanya perlu berjalan kaki melewati dua rumah untuk sampai di rumah Ega. Konon, dibanding berat sepeda kebanyakan, sepeda saya termasuk ringan. Saya sengaja memang memilih sepeda United tipe Fixie Slick 700 hybrid, tipe klasik, berbeda dengan tipe sepeda yang sedang ngetren pada umumnya, sehingga ringan dibawa untuk jalanan beraspal maupun medan tanah seperti pegunungan.

    Singkat cerita kami mengeluarkan sepeda dari kardusnya. Lalu tak butuh waktu lama, sepeda saya sudah tampak wujudnya seperti gambar, walaupun ada beberapa spare-part tidak sesuai, seperti ring pedal dan bonus lampu belakang yang dijanjikan tidak ada. Saya sudah merelakan itu karena begitulah risiko yang kita hadapi bila berbelanja via online, tetapi masalah baru muncul. Yakni ketika shifter selesai dipasang, ia tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Setiap akan pindah gigi, selalu gagal.

    “Nggak bunyi ceklek,” kata Ega meniru suara bagaimana seharusnya shifter itu bekerja.

    “Ada-ada saja, ya. Terus gimana, dong?” kata saya bingung. Sebab, saya sama sekali awam soal ini.

    “Coba minta ganti sama penjualnya. Atau dibawa ke bengkel di Jombang Kali,” ucap Ega. Saya setuju mencoba cara kedua.

    Setelah sepeda berhasil dirangkai oleh Ega.

    Terakhir saya dibelikan sepeda oleh orang tua saat selesai disunat, saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Itu pun membelinya menggunakan uang upah atau persenan dari saudara dan tetangga yang menjenguk dan mendoakan kesembuhan saya. Sejak itu saya jarang, nyaris tak pernah, sepedaan lagi. Apalagi ketika saya sudah belajar mengendarai sepeda motor saat saya di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ke mana-mana saya selalu menggunakannya. Sepeda saya di masa SD sudah rusak. Ada sepeda milik bapak, tetapi saya sudah merasa tidak cocok untuk mengendarainya.

    Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada 136,13 juta unit kendaraan bermotor pada tahun 2020 di Indonesia. Tercatat, pulau Jawa menyumbang jumlah terbanyak mencapai 81,88 juta unit atau 60,15% dari total nasional. Berdasarkan jenisnya, jumlah kendaraan bermotor paling banyak di Indonesia adalah sepeda motor pada tahun lalu. Jumlahnya mencapai 115,02 juta unit. 

    Sementara itu, data terbaru di tahun 2021, tercatat sepeda motor di Kota Cilegon sebanyak 174.582 unit yang digunakan. Pengguna sepeda masih jauh dari angka itu. Sepeda motor pun memberikan kenyamanan berkendara dan tidak perlu repot-repot mengayuh seperti sepeda. Kamu hanya tinggal menyalakan mesin lalu menarik gasnya. Selain itu, harga motor pun semakin terjangkau, bahkan bisa kredit dan dicicil. Untuk jarak tempuh yang cukup jauh, menggunakan sepeda akan memakan waktu lebih lama tentunya. Sejauh ini, alasan saya memilih sepeda motor memang masuk akal.

    Keesokan paginya, pagi sekali, saya sudah bangun. Tidak seperti biasanya memang. Sebelum punya sepeda, seusai salat Subuh saya akan melanjutkan tidur. Namun berbeda dengan pagi itu. Saya sudah bersih-bersih, mengganti pakaian, lalu mengeluarkan Black Slebew─nama panggilan sementara untuk sepeda saya─dari kandangnya. Saya pamit kepada orang rumah untuk pergi menggowes sepeda seorang diri.

    Hal pertama yang saya rasakan ketika berada di atas sepeda adalah rasa tidak nyaman ketika duduk di atas jok sepeda yang ramping ini. Boleh dikatakan, bokong saya cukup besar, butuh penopang yang lebih besar, suatu hari sepertinya saya bakal mengganti jok sepedanya. Bisa jadi, ini alasan kenapa orang-orang lebih senang mengendarai sepeda motor.

    Saat pertama mencoba, saya sedikit gugup. Apalagi pengaturan joknya dibuat tinggi. Digowesan pertama saya nyaris jatuh lantaran belum menemukan titik penyeimbangnya. Belum lagi giginya yang tidak bisa dipindahkan, betul-betul jauh dari kata nyaman. Itu pula alasan saya ingin cepat-cepat memperbaiki sepeda ini di bengkel.

    Pukul 06.30 WIB saya sudah berada di depan kedai bubur ayam. Saya melewati jalan belakang, yang walaupun jalannya penuh lubang di sana-sini, saya tetap memilih melaluinya. Pagi yang penuh dengan “penyiksaan” diri sendiri. Bahkan saya harus sabar menunggu pejalan kaki yang hendak mengantarkan anak-anaknya pergi ke sekolah. Belum lagi para pedagang nasi uduk dan menu sarapan lain di kiri dan kanan jalan. Pagi yang riuh.

    Smartwatch yang saya kenakan di pergelangan tangan kiri dan sudah terintegrasi ke ponsel memberitahu saya bahwa sudah 2 kilometer lebih saya menggowes sepeda. Angka yang bagus bagi seorang pemula seperti saya. Saya mengapresiasi diri saya sendiri.

    Lantaran napas mulai tidak teratur, saya berhenti sejenak untuk sekadar mengisi perut yang kosong. Saya sarapan bubur ayam di kedai yang mulai ramai itu.

    Saya agak kesulitan memarkirkan sepeda. Pertama karena tidak ada tempatnya, lokasi kedai bubur itu di depan pelataran sebuah ruko yang masih tutup. Kedua, sepeda saya tidak memiliki standar samping, jadi saya harus mencari tiang atau dinding untuk menyandarkannya. Awalnya memang jadi perhatian orang-orang, khususnya pelayan bubur, saya melihat ia memerhatikan sepeda saya dengan saksama.. Akhirnya saya sandarkan pada tiang yang menyangga atap bagian depan ruko itu.

    “Satu porsi, Mas. Jangan pakai daun bawang,” kata saya ringkas.

    “Baik, Mas,” jawabnya sopan. Ia menuangkan teh hangat dalam gelas kecil lalu menyodorkannya pada saya. Sembari menunggu pesanan, saya duduk di sebuah kursi kayu yang panjangnya satu meter lebih.  Kemudian, saya mencari alamat Herman Bike yang disarankan keponakan saya di Google Map. Ketemu. Rupanya ada nomor kontak yang bisa dihubungi. Saya bergegas meneleponnya untuk mengetahui jam berapa bengkelnya buka.

    “Benar dengan Herman Bike?” tanya saya setelah sebelumnya mengucapkan salam.

    “Iya, betul. Ada yang bisa dibantu?”

    “Bengkel hari ini buka jam berapa, ya?” kata saya lagi tidak berbasa-basi. Ia mengatakan pukul 07.30 WIB buka. Satu jam lagi, pikir saya. Lalu saya mengatakan akan mengunjunginya. Ia mempersilakan.

    Pesanan bubur ayam saya sampai. Lekas saya lahap tanpa ba-bi-bu. Lelah juga menggowes sepeda dalam keadaan gigi/gear konstan di nomor keempat. Padahal, saya membayangkan menggowes sepeda dengan ringan, ini justru malah berat lantaran shifter tidak berfungsi. Namun, ada yang berbeda. Bubur ayamnya terasa lebih nikmat saat disantap, barangkali karena saya dalam keadaan capek ditambah tubuh mudah berkeringan, beruntungnya pagi itu terasa begitu sejuk.

    Setelah pasang keranjang dan pulang kemaleman.

    Pukul 07.00 WIB saya mulai menggowes sepeda lagi. 30 menit waktu yang cukup untuk saya sampai ke bengkel, pikir saya. Kalau di map, jarak tempuhnya kurang lebih 2,5 kilometer. Terdengar dekat, tetapi sebetulnya, rute dan medan jalan yang kudu dilalui cukup berat bila dengan sepeda, karena banyak jalan menanjak dan mesti melalui jalanan rusak.

    Saya menyalakan lagi smartwatch yang sempat saya jeda. Saya mengingat-ingat jalur mana yang mudah untuk dilalui sepeda, yang tidak banyak jalan menanjaknya tentu saja. Kaki saya mulai terasa pegal linu. Terlebih di bagian paha dan lutut. Kulit luar rasanya seperti diregangkan sampai batas maksimal, perih sekali. Namun saya yakin ini hanya efek awal, semua pemula pasti merasakan hal yang sama ketika awal bersepeda atau melakukan olahraga apa pun.

    Saat bersepeda, saya melintasi kota lewat jalur belakang, maksud saya tidak melewati jalan raya. Sebetulnya jalur belakang dan depan sama saja jalan beraspal, yang membedakan, jalur belakang ini tidak ada polisi lalu lintas, dan biasanya yang melintasi jalan hanya orang-orang yang tinggal dekat sini. Berbeda dengan jalan raya yang dilewati oleh banyak kendaraan roda dua dan empat bahkan truk-truk dan bus besar dari berbagai daerah menuju pelabuhan Merak, yang berada di ujung Kota Cilegon. Namun, jalur belakang ini bisa menghubungkan banyak desa atau kampung di Kota Cilegon, asalkan kamu hafal rutenya yang meliuk-liuk.

    Terlepas dari itu, rupanya banyak hal yang selama ini luput dari pandangan. Ketika sedang mengendarai sepeda motor maupun mobil, fokus saya hanya pada jalan lurus di depan. Namun, ketika bersepeda, saya jadi lebih detail melihat rumah, bangunan baru, pembukaan lahan yang sebelumnya seingat saya rumah-rumah lama lalu dirobohkan atau lapangan sepak bola. Kafe-kafe satu per satu tumbuh bak jamur di musim penghujan. Waktu terasa cepat sekali berlalu. Dengan bersepeda, semuanya jadi terasa lebih lambat.

    Orang-orang di setiap permukiman terus bertambah, jalanan yang biasanya lancar, kini mulai macet, padahal ada di jalan alternatif. Perlahan-lahan desa telah tumbuh menjadi perumahan dan toko-toko industri. Kota telah masuk terlalu dalam ke sudut-sudut perkampungan yang dahulu asri tetapi sekarang telah hilang wujud aslinya. Dahulu saya ingat, saat masih SMP, jalan belakang ini biasa saya dan teman-teman lewati. Jalan beraspalnya belum begitu lebar, masih banyak jalan tanah dan lapangan luas yang dipenuhi rumput ilalang dan bocah bermain sepak bola, sekarang hal itu sudah sulit ditemukan. Bila kau ingin bermain sepak bola ya mesti sewa lapangan indoor yang megah itu.

    Sebetulnya, saya kurang setuju bila para developer mendirikan perumahan di wilayah perkampungan semacam ini. Di sebuah kota yang besar, kita perlu menjaga satu titik atau beberapa lokasi agar tetap asri seperti sediakala; indah dan khas pedesaan di masa lalu. Tetapi lagi-lagi, perubahan zaman tidak pernah bisa ditolak. Satu-satunya hal yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri.

    Seketika saja mood saya berubah. Ditambah earbuds bluethooth saya memutarkan lagu mellow dari Choi Yu Ree berjudul Wish yang menjadi soundtrack dari serial drama korea Hometown Cha-Cha-Cha yang tayang di Netflix.

    Hal paling mendasar yang saya pelajari bahwa salah satu cara agar bisa menikmati serunya bersepeda adalah dengan menjaga stabilitas suasana hati (mood) kita. Sebab, mesin sepeda adalah tubuh kita sendiri.

    Berbeda misalnya ketika kita membawa mobil atau motor, saat mood kita buruk, mesin mobil dan motor akan tetap bekerja sebagaimana mestinya, bahkan kecepatannya bisa kita atur sendiri. Kalau sepeda, bergantung pada bagaimana perasaanmu hari itu, sedang stabil atau tidak, sedang baik atau buruk, sedang buru-buru atau santai. Cuaca juga memengaruhi emosimu, karena tubuh akan semakin lengket berkeringat, panas matahari membuatmu hilang fokus. Intinya, semakin mood-mu baik, maka itu akan berpengaruh pada mental dan emosimu. Namun bila mood-mu berantakan, maka jarak satu kilometer pun akan terasa begitu jauh.

    Sama halnya dengan perasaan saya yang tak menentu pagi itu. Saya membayangkan sepeda saya sudah dalam keadaan prima, tetapi malah memaksa saya mesti ke bengkel pagi hari. Ada perasaan jengkel, tetapi apa mau dikata.

    Akhirnya saya memilih untuk menepi sesaat dan membiarkan pandangan saya berkeliling ke sekitar. Rupanya tubuh saya butuh rehat lebih lama.

    Saya lihat lagi smartwatch di pergelangan kiri, jam digitalnya menunjukkan angka 07.30 WIB, sementara perjalanan saya masih jauh untuk sampai ke bengkel. Perkiraan saya betul-betul meleset pagi itu.

    Namun bisa saya pastikan, ketika kalian membaca esai saya ini, saya sudah sangat mahir bersepeda.

    Taman Cilegon, 04 Agustus 2022

      

    ________________
    *) Esai ini pernah dimuat website www.thisissoutheastasia.com dalam versi berbahasa Inggris.

    Continue Reading

     

    dokumentasi pribadi

    Judul            : Aristotle and Dante Discover the Secrets of the Universe
    Penulis         : Benjamin Alire Sáenz
    Penerjmah : Wawan Kurniawan
    Penerbit       : Shira Media
    Cetakan       : Pertama, 2022
    Tebal             : xii + 348 hlm
    ISBN              : 978-602-7760-67-7

    Perlu satu dekade untuk buku ini sampai ke pembaca dalam terjemahan bahasa Indonesia. Boleh jadi ini adalah tahun yang tepat untuk menerbitkan buku bertema LGBTQ, isu sensitif yang ramai dibicarakan beberapa tahun belakangan ini. Pembaca Indonesia kiwari, sebagian besar tak lagi kolot, lebih terbuka secara pemikiran, dan sudah terbiasa atau membiasakan diri dengan isu dan tema yang beragam, termasuk isu yang satu ini, karena sudah dibekali dengan wawasan dan informasi yang lebih komplet. 

    Sejak diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris pada tahun 2012, buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para pembaca dan kritikus sastra di Amerika. Begitu pula yang terjadi dalam versi bahasa Indonesianya. Walaupun barangkali, tak banyak novel dengan tokoh utama seorang remaja yang dibebani tema seberat ini. Terkhusus untuk buku-buku remaja karangan penulis Indonesia.

    Novel Aristotle and Dante Discover the Secrets of the Universe menguak hal tabu di masanya. Berlatar tahun 80-an di negara Meksiko, Benjamin Alire Sáenz menghadirkan tokoh Aristoteles Mendoza dan Dante Quintana yang bertualang mencari jati diri mereka masing-masing sejak usia 15 tahun. Mereka tak sengaja dipertemukan di sebuah kolam renang.

    Sebagaimana novel coming of age pada umumnya, kisah ini bicara seputar tentang kehidupan di rumah, hubungan antar keluarga, persahabatan di sekolah, perkelahian antar lelaki, dan tentu cinta pertama. Yang terakhir disebutkan menjadi penggerak alur cerita dalam novel setebal 348 halaman ini.

    Cerita berjalan dari sudut pandang Ari. Seorang remaja yang menyimpan bara di dadanya. Ia selalu marah pada banyak hal, termasuk pada kedua orang tuanya. Ia nyaris tak memiliki teman dekat. Hari-harinya banyak ia habiskan di dalam rumah dengan rahasia-rahasia yang tak kunjung ayah dan ibunya ceritakan; tentang kenapa Bernardo, kakak laki-lakinya bisa berada di penjara; hal apa yang mengubah ayahnya pasca perang di Vietnam apa yang terjadi di medan pertempuran; serta rahasia-rahasia yang disembunyikan tentang hubungan bibi Ophelia dengan perempuan lain. 

    Tokoh Remaja dan Isu LGBTQ
    Lahir dan besar di New Meksiko, Benjamin lebih dikenal sebagai penulis buku anak. Banyak buku-bukunya yang bercerita tentang kehidupan anak-anak dan mendapatkan sambutan baik, terlihat dari sederet penghargaan yang pernah diperolehnya. Bukunya berjudul “He Forgot to Say Goodbye” pernah dinobatkan sebagai buku terbaik Perpustakaan Umum New York untuk kategori remaja. 

    Dalam novelnya kali ini, ia menitipkan isu LGBTQ kepada tokoh anak-anak remaja yang tengah kelimpungan mengenali orintasi seksualnya, dalam hal ini terjadi pada tokoh utamanya, Ari. Di Indonesia sendiri, hingga beberapa tahun ke depan, isu ini akan terus diperbincangkan sebab selalu memunculkan dua suara: pro dan kontra. Di Meksiko atau di Amerika sendiri, pada tahun-tahun awal kemunculan komunitas kaum minoritas ini pun, banyak ditentang bahkan sampai dihinakan.

    Gambaran tersebut dimunculkan lewat tokoh Dante yang merasa ketakutan saat ia memutuskan bila dewasa nanti akan menikahi seorang laki-laki dan hidup bersamanya. Menjadi remaja yang hidup dalam lingkungan yang konservatif, adalah bayang-bayang menakutkan yang harus dihadapi Ari dan Dante. Berkebalikan dari sifat Ari, Dante dikenal sebagai remaja yang jujur, mencintai keindahan, dan segala tindakannya berdasarkan perasaan. Namun meski begitu, ia sulit untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya.

    “Aku anak laki-laki satu-satunya. Apa yang akan terjadi dengan cucu? Aku benci aku akan mengecewakan mereka, Ari. Aku tahu aku juga mengecewakanmu.” (Hal.221)

    Ari adalah satu-satunya orang yang Dante percaya untuk mengetahui rahasianya. Namun meski begitu, Ari masih tak jujur kepada Dante, bahkan dirinya sendiri. Bila dilihat lebih dalam, tokoh Ari bahkan kesulitan memahami dirinya sendiri, alih-alih menolak kenyataan yang dialaminya.

    Cerita Sederhana dan Fokus
    Novel ini bergerak cukup cepat. Lewat narasi-narasinya yang ringkas dan padat, Benjamin tak berusaha mendramatisasi latar dan perasaan tokoh-tokohnya. Ia memberikan porsi yang secukupnya kepada tokoh karangannya dan sisanya diserahkan kepada pembaca. Bahkan, novel remaja ini minim sekali bicara tentang keadaan di sekolahnya, hanya ada beberapa tokoh perempuan muda yang dikenalkan Ari sebagai sahabatnya, walaupun sering ia sebut mereka perempuan yang menyebalkan. 

    Tak ada kemewahan yang ditawarkan, baik dalam teknik penulisan mapun konflik cerita yang memiliki kompleksitas tinggi, misalnya. Novel ini dituturkan secara sederhana dan fokus saja pada kehidupan dua tokoh utamanya, Ari dan Dante.

    Mereka mengingatkan saya pada kisah cinta Jack Twist dan Ennis del Mar dalam novela Brokeback Mountain (GPU, 2006) karangan Annie Proulx yang juga bicara tentang isu serupa. Bedanya, mereka telah matang secara usia dan pikiran, ditambah mereka tahu cara menghadapi konflik internal yang terjadi dalam keluarganya, sementara Ari dan Dante adalah dua anak remaja yang tersesat di hutan belantara dan kehilangan kompas penunjuk arahnya. Keraguan dalam diri Ari persis karakter Elio Perlman, si remaja tanggung dalam film “Call Me by Your Name” (2017).

    Hal paling sentimentil muncul di akhir halaman. Semua “rahasia semesta” yang Ari dan Dante ingin ketahui, terkuak begitu saja. Termasuk rahasia masing-masing dari keluarganya. Dan rupanya petualangan kisah dua remaja ini tak selesai sampai di sana. Tahun 2021 Benjamin melanjutkan petualangan mereka dalam buku berjudul “Aristotle and Dante Dive into the Waters of the World”.

    Kabar baiknya, kita tak perlu menunggu satu dekade lagi untuk membacanya dalam versi terjemahan bahasa Indonesia. Paling lambat tahun ini buku tersebut bakal terbit di penerbit yang sama. Berharap saja ini bukan sebuah kebohongan.

     Cilegon, 18 Februari 2023

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ▼  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
        • [Ulasan Buku] Rahasia Alam Semesta dan Isu yang Te...
        • [Esai] Bersepeda; Upaya Menikmati Kota dalam Mode ...
        • Cerita Anak: Yoh, Mangan Sate Bebek! (Kementedikbu...
        • Cerita Anak: Kisah Ubay dan Para Sahabatnya (Inti ...
        • Bank Muamalat dan Muamalat Institute Dukung ISEF K...
        • [Ulasan Film] Gadis Kretek: Kisah Cinta Menyesakka...
      • ▼  December (4)
        • [Ulasan Film] JESEDEF: Jatuh Cinta Seperti di Film...
        • [Ulasan Film] Blue Eye Samurai: Perjalanan Menemuk...
        • [Ulasan Film] Detective Conan Black Iron Submarine...
        • [Ulasan Film] Migration: Upaya Keluar dari Zona Ny...
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top