Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    image by: google.com


    Blok 3
    “Apa lu yakin mau lewat sini?”
    “Tenang aja, aman, kok.”
    “Lu simpan mobilnya di mana?”
    “Itu dia masalahnya, gue lupa!”
    “Dasar gundul! Nggak lagi-lagi gue kerjasama bareng, lu!”

    Blok 2
    “Nggak sia-sia aku punya kekasih sepertimu, Mas.”
    “Sudah lepaskan dulu pelukanmu. Kita belum aman!”
    “Maksudmu? Di sini sepi, kok.”
    “Bukan itu, tapi...”

    Blok 3
    “Gue mulai ragu.”
    “Tenang aja!”
    “Tenang kepala, lu! Bangsat! Kita udah hampir sampai ujung gang, tapi mana mobilnya?”
    “Harusnya ada di sini, Bos. Gue simpen di dalam ruko bekas. Kalau nggak salah di depan sana.”
    “Singkirin tangan lu di depan muka gue! Masalahnya gue denger sirene polisi dari tadi. Agak cepat sedikit jalan lu!”
    “Bagaimana mau cepat?! Kaki gue masih gemetaran, maklum pengalaman pertama beroperasi sendirian.”
    “Ngomong apa, lu?! Sendirian dari hongkong?!”
    “A... ampun, Bos. Please, singkirin pistol itu dari kepala gue!”
    “Berpencar itu cara supaya nggak ada yang curiga, biar lo paham itu!”
    “I-iya, Bos.”
    “Oh, iya, yang lain ke mana?”
    “Mereka duluan, Bos. Kan, Bos yang nyuruh?!”
    “Oh, iya, gue lupa.”
    Continue Reading

    Kakiku mulai lelah melangkah. Hampir setengah jam aku melalui jalan setapak ini. Namun sepertinya tujuanku belum segera menemui titik temu.

    Kampung Cibeber. Di tanah inilah aku dilahirkan. Tiga tahun adalah waktu yang lama bagiku. Setidaknya ceruk kerinduan di hati ini kian terisi penuh ibarat air di dalam gelas yang terus mengalir. Luber. Meluap ke segala arah. Aku tak mau terus-menerus menyiksa diri.

    Seturunnya aku dari kendaraan umum angkutan kota di persimpangan tadi, pemandangan yang disuguhkan masih sama seperti saat aku merelakan diri untuk meninggalkan kampung halaman ini. Aroma asri nan perawan masih bisa kuhirup hingga ke rongga dada. Bahkan sengaja aku menolak tawaran tukang ojek di pangkalan depan gapura masuk tadi, hanya untuk menapak tilas kenanganku dengan berjalan kaki. Kampung ini sulit untuk dilupakan.
    Sawah-sawah luas terbentang di kanan-kiri bahu jalan. Lenggok padi lincah bergurau dengan angin. Burung-burung fasih bersenandung menyambut wajah penuh keramahan warga kampung. Aliran sungai yang deras membentur bebatuan.

    O, janjiku pada Abah sudah terpatri di relung hatiku terdalam. Aku mendeklarasikan bahwa sekalipun aku berangkat ke Kota, namun jiwa, raga dan pikiranku tetap akan hidup dalam dekapan kampung halaman. Dan sekarang segera akan terbukti. Selama tiga tahun mengais ilmu di perkotaan, rindu itu akan lekas terbayar. Ingin rasanya segera menjabat telapak tangan Abah yang sejuk akibat kebiasaannya menjaga wudhu. Serta menyatu dalam tubuh Emak yang hangat penuh kasih sayang.

    Sengaja kepulanganku ini tanpa terlebih dahulu mewartakan pada orang rumah. Aku ingin memberikan mereka kejutan dengan pakaian kebanggaan yang masih melekat di tubuhku ini. Inilah hasilku selama hidup di Kota. Bergumul dengan ilmu pengetahuan yang sekarang hasilnya berada dalam genggamanku berupa secarik kertas. Aku tetap melangkah yakin sambil sesekali menyembulkan senyuman saat orang-orang menyapa penuh ramah. Meski tak sedikit yang menumbukkan pandangan sinisnya ke wajahku. Terserahlah. Inilah aku dan cita-cita masa kecilku yang tercapai.
    Continue Reading
    Logo Official TSM Group.
    Dibuat oleh Efri Saputra pada, (12/01/17)

    Kami yang mendeklarasikan diri dengan nama kelompok: “Tukang Sapu Madrasah” secara tersembunyi memutuskan untuk mengadakan pertemuan setiap minggu pertama di awal bulan. Gagasan awal bermula ketika kami merasa setelah lulus Aliyah (SMA) jarang berjumpa. Maka adanya ide brilliant ini disambut baik oleh semua teman-teman. Namun saya nggak akan mengulas hal nggak penting ini lebih jauh lagi. Karena yang terpenting adalah hal-hal yang kami lakukan di setiap pertemuan. Seperti di bulan ke-4 ini, kami memutuskan untuk piknik supaya nggak panik. Pilihannya nggak jauh-jauh. Terlebih sebagian besar dari kami masih mahasiswa, pahamlah isi kantongnya setebel apa? *digampar*

    Jadi, kami memutuskan untuk menyeberangi lautan ke daerah #WisataBanten. Yakni di Pulau Empat, Karangantu, Serang. Tiga hari sebelum keberangkatan, salah dua dari kami melakukan riset kecil. Mereka mencari informasi, berapa biaya yang dikeluarkan untuk menyewa perahu. Setelah bertanya ke sana-kemari, akhirnya mereka berjumpa dengan Mang Mahdi, si pemilik perahu. Harga yang ditawarkan mulanya 500rb PP dari Karangantu-Pulau Empat untuk maksimal 20 orang. Namun kedua teman kami tak lekas mengiyakan. Mereka hanya meminta kontak personnya (akan kami tulis di akhir catatan), kemudian pulang. Sampai tiba hari Minggu 05/April/2015, kami datang secara rombongan. Total ada 13 orang.

    Sebelum keberangkatan


    Kami bertemu lagi dengan Mang Mahdi, dan salah satu tips dari kami adalah: ajaklah temanmu (lebih disarankan perempuan) yang pandai menawar-nawar harga, seperti teman kami. Dia berhasil menggoyang harga dari 500rb menjadi 400rb saja. Dan dengan murah hati Mang Mahdi menyepakati tawaran harga segitu. *kita nggak pasang tampang ngemis, lho* :D

    Dan lebih kerennya lagi, setelah kami di perahu, beliau mengatakan dengan harga segitu kita bisa menyeberangi tiga pulau sekaligus dan beliau bersedia mengantarkannya. Seperti ke: Pulau Lima, Pulau Empat, Pulau Tiga. (Sayangnya saya lupa menanyakan apa filosofi dari nama tersebut).

    Pulau Lima



    Di Jembatan Pulau Lima


    Terbang pakai tongkat ajaib

    Waktu tempuh dari pelabuhan (tempat perahu Mang Mahdi), sampai ke Pulau Lima memakan waktu 30 menit. Kami sengaja ingin melihat-lihat dan berfoto-foto dulu di Pulau Lima, mumpung satu paket *teu daek rugi (TDR)* hahaha... tetapi tempatnya memang kurang asyik dan menurut Mang Mahdi memang kurang ada perawatan. Terlihat dari sampah-sampah yang berserakan.

    Sampah di bibir pantai


    Jadi, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Empat. Jarak antara Pulau Lima ke Pulau Empat sekitar 30 menit. Sebelum berangkat, kami juga berfoto dulu dengan Mang Mahdi, lumayan itung-itung balas jasa kami karena kemurahan hati beliau, kami promosiin perahunya.

    Sebelum capsus ke Pulau Empat, foto di perahu Mang Mahdi

    Foto Kanan (Mang Mahdi)

    Usai itu, langsung tancap gas. Tiba di Pulau Empat, tempatnya memang jauh lebih baik. Tanahnya rata dengan karang dan pasir putih. Airnya jernih dan bening. Sampah tidak berserakan. Ada banyak saung tersedia. Lantas saja kami menempati salah satu saung. Sayangnya, setelah lebih 15 menit, ternyata ada seorang penjaga yang mengintai kami. Bapak berusia kira-kira 48 tahun itu mengatakan setiap orang dikenai biaya masuk 10 ribu. Ditambah dengan harga sewa saung sebesar 50 ribu. Bila di total kami ada 13 (orang) x 10 ribu= 130rb + 50 ribu total keseluruhan 180 ribu. Namun lagi-lagi, jangan mudah untuk segera bersepakat. Sebagai warga yang baik, kami mengikuti tradisi di Indonesia, lagi-lagi kami mengandalkan kawan kami yang pandai menggoyang harga. Dan setelah tawar-menawar yang cukup alot, akhirnya kami menemukan titik tengahnya. Kami memberikan 110 ribu (bilang aja borongan) dan bapak itu pun mengangguk kemudian berlalu ke pos-nya.

    Kami berlanjut dengan membakar ikan yang sudah kami persiapkan sebelum berangkat. Bapak penjaga itu pun menyediakan panggangan, meski kami tidak meminjamnya. Kebetulan tempatnya memang sangat luas dan bebas. Di sekitar saung ada beberapa tempat jajanan, tetapi saat itu tak ada satu pun yang buka. Namun harus hati-hati pula, sebab di belakang saung ada pohon-pohon besar yang ditinggali monyet-monyet liar. Dari info yang didapat, monyet itu sering jahil dan mengambil barang-barang pengunjung Pulau Empat.


    Hamparan tanah Pulau Empat yang ditutupi Karang

    Menaruh barang-barang di Saung

    Bakaran ikan kakap

    Ikan panggang *masa siiih... :D


    Satu hal yang paling dinantikan adalah Snorkeling (ada banana boot juga, tapi harus manggil dulu, karena penyewanya ada di Pulau Tiga). Belum sempurna rasanya bila kalian bertandang ke Pulau Empat tanpa menikmati pemandangan bawah lautnya (meski masih di dasar). Nah, tentu akan ada kocek yang harus dikeluarkan, bukan? Seperti diawal, perwakilan dari kami tanya-tanya dahulu. Setelah didapat infonya untuk Snorkeling dikenai harga 35 ribu/orang. Dompet semakin menipis, bahkan sebagian memilih untuk nggak nyoba. Sayang banget, menurut saya. Jadi, saya coba mengobrol. Dan ternyata, bapak penjaga Pulau itu pun dengan baik hati menurunkan harga yang tadi telah ditentukan. Kalian tahu berapa? Jadi 10 ribu/orang. Beginilah backpacker kere hahaha... ah, sebodo amat, yang penting sama-sama bahagia. Toh, saat kami ke sana memang sedang sepi pengunjung. Jadi, daripada nggak ada pemasukan, si bapak juga menyetujui. Sebenarnya, kalau di hari-hari tertentu, ada harga spesial yang ditawarkan. Seperti saat tahun baru,  katanya, harga snorkeling itu 15 ribu/orang.

    Kami semua menyepakati untuk mencoba snorkeling seharga 10 ribu/orang. Alat yang tersedia hanya ada 9 jadi sebagian dari kami bergantian. Seperti: Kacamata, alat pernapasan, pelampung dan kaki katak. Sepuasnya! Kami sampai lupa waktu dan (terpaksa) berhenti jam 17.00. Karena menurut Mang Mahdi nggak boleh sampai malam, sebab perjalanan ke pelabuhan cukup jauh. Sebenarnya di Pulau Empat pun disediakan cottage untuk menginap, tetapi kami tidak berniat. Dan harganya pun belum tahu sebab tidak kami tanyakan.
    Bersiap untuk snorkeling




    Jangan lupa, memulai sesuatu dengan doa :')
    Pemanasan... *yg ada kepanasan :v


    Menikmati pemandangan biota laut: karang, ikan, dan tanaman laut
    Hati-hati di beberapa bagian banyak bulu babi, saya salah satu korbannya T.T



    *LIKEABOSS!*




     Puas sudah kami menghabiskan waktu di Pulau Empat. Sangat berharap di pertemuan berikutnya bisa lebih jauh lagi semisal ke Kepulauan Raja Ampat yang merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung(Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta (wikipedia). Semoga saja, apa salahnya berandai-andai. Aamiin :D

    Oke, akhir kata kami menyanyikan lagu sayonara di atas dek perahu. Di lain waktu mudah-mudahan bisa berkunjung ke Pulau Empat lagi, dan berlanjut ke Pulau Tiga, yang tempatnya berjarak tempuh 30 menit dari Pulau Empat. Sayangnya waktu tidak mengizinkan. Malam mulai datang, dan kami beranjak pulang.
    bye-bye di atas perahu


    mikirin dompet yang kosong XD


    Wajah dan rambut mulai kusut



    Mungkin, cukup segini dulu cerita yang bisa saya bagi. Tanggapan silakan ditulis pada kolom komentar. Untuk total sekelurahan..., eh, keseluruhan, bisa dijumlahin sendiri, ya. Kan udah pada gede? *apanya :v hahaha

    Saya ingin share nomor ponsel Mang Mahdi, tetapi ragu-ragu. Saya takut akan disalahgunakan. Saya hanya berpesan nomor ini tolong digunakan sebaik-baiknya dan seperlu-perlunya aja, ya.
    Mang Mahdi (pemilik perahu) >>> 0878-0960-1128. 
    Beliau asyik diajak ngobrol dan cukup murah hati.[]
    ***

    "Semesta ini sungguhlah luas. Mari arungi untuk kemudian bertafakur dan bertadabur betapa Mahabesar-nya Allah SWT."



     Cilegon, 08 April 2015

    ________________________________

    Sweater Official of TSM Group.


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ▼  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ▼  April (3)
        • REFRESHING OTAK KE PULAU EMPAT, KARANGANTU, SERANG...
        • Sepeda Keranjang dan Pohon Kersen (Majalah FEMINA ...
        • BANK ENDONESA
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top