Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    image by: Liputan6.com/Johan Tallo
                  Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu...
                 Peraturan yang sehat, yang kami mau....

    2019 adalah tahun kekisruhan. Sejak pemilihan kepala negara hingga kepala daerah. Rasanya, tak ada sehari pun hari yang tenang, yang bisa kita lewati. Bahkan, mau diam pun menjadi serba salah. Ini masa di mana semua orang mesti bersuara dan menentukan prinsip hidupnya. Diam bisa diartikan sama dengan pecundang atau lebih buruk dari itu.

    Mudahnya informasi apa pun untuk diakses, memaksa kita untuk mencari tahu segala sesuatunya lebih dalam, sebelum menyatakan opini dan argumen kepada khalayak. Sebab, semua yang sudah diberitakan pada publik, maka informasi itu bukan lagi bersifat pribadi dan milik personal, tapi sudah milik umum. Sebutlah media sosial, misal. Karenanya, ketika seseorang mengomentari, mengkritik, memberi saran, menunjukkan sudut pandangnya yang berbeda untuk satu hal yang sama, kita tidak boleh tidak terima. Kita mesti siap dengan segala konsekuensi, dengan segala perdebatan, dengan segala pro-kontra yang timbul sebab kita membuka diri kepada mereka.

    Bulan September ini, manusia-manusia di parlemen sana, yang merasa mewakili rakyat, dengan semena-mena akan mengesahkan RUU KUHP, revisi UU KPK, dan RUU Pertanahan. Manusia-manusia yang merasa pintar itu, padahal bodoh saja tak punya (pinjam judul buku alm. Rusdi Mathari), tanpa mengadakan rapat terbuka, dengan seenak jidatnya merevisi poin-poin penting di KUHP, KPK, dan Pertanahan. Jelas ini adalah bentuk #reformasidikorupsi. Ada upaya pelemahan hukum dalam KPK yang akan menguntungkan bandit-bandit dan para mafia koruptif. Dalam RUU KUHP juga banyak pasal yang terdengar konyol, saya tak perlu menjabarkan poin mana saja karena mahasiswa yang aksi dan turun ke jalan sudah menyebutkan apa saja, dan sebagian besar saya sepakat dengan mereka.
    Kedunguan terstruktur dari DPR ini memang harus segera dihentikan. Karena yang menjadi pertaruhan adalah nasib rakyat ke depan. Saya tentu tidak berharap kerusuhan Mei 1998 terulang lagi di tahun ini, namun, kita bisa melihat sendiri betapa kerumunan seluruh mahasiswa se-Indonesia tak terbendung lagi ingin menyuarakan aspirasinya. Mereka ingin menyelamatkan KPK yang independen, yang memprioritaskan kepentingan bersama. Suara mahasiswa adalah suara rakyat. Para dewan yang ingin selalu dihormati itu, juga harus menghormati hak kami. Mereka harusnya tahu apa kewajiban mereka saat mengemban jabatan dan amanah dari rakyat. Kalau berani mengusik hal-hal prinsipil, maka dalam satu komando, rakyat pasti melawan!

    Yang harus mereka sadari bahwa jabatan mereka tidak abadi. Jangan memanfaatkan itu untuk kepentingan pribadi dan anak bini sendiri. Mereka digaji oleh rakyat, maka sudah seharusnya mereka bekerja untuk rakyat. Kejadian semacam ini semakin mengukuhkan saya bahwa mereka tidak ada yang betul-betul membela rakyat. Mereka hanya memanfaatkan suara rakyat untuk memuaskan hasrat mereka yang bejat bin jahat. Barangkali itu sudah tertanam di dalam otak dangkal mereka.

    Kapan negara ini akan maju bila kita dipimpin oleh orang-orang yang gila kekuasaan. Kapan kita jadi negara yang dewasa, bila para pemimpin mengurusi hal-hal yang kurang penting. Sedangkan hal-hal krusial seperti kasus-kasus pelanggaran HAM, tindak korupsi, pembakaran hutan, dan banyak lainnya mereka lupakan. Sampai kapan mereka hanya akan mengurusi urusan perutnya sendiri tanpa mau membuka mata untuk kita orang-orang lemah yang tertindas, tak mendapatkan keadilan.

    Presiden, selaku kepala negara harus tegas mengambil keputusan. Pertimbangkan kepentingan rakyat, jangan takut pada intervensi partai dan orang-orang mabok kekuasaan. Kami mendukung bukan berarti kami tak akan mengkritik. Kalau setiap kebijakan yang diambil keliru, kami patut menegur dan mengkritisinya. Itulah negara demokrasi!

    Dan rakyat, juga harus paham bahwa demo atau aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa tidak bisa disalahkan. Kita harus mau melihat segala sesuatu dari berbagai sisi. Apa yang kawan-kawan mahasiswa dan rakyat perjuangkan adalah untuk kemaslahatan bersama. Ada banyak cara untuk menyampaikan aspirasi, terjun langsung ke jalan adalah salah satunya. Kawal terus dan jangan sampai disusupi orang-orang tak bertanggung jawab yang berusaha “menunggangi” momen ini. Hindari segala bentuk provokasi. Tetap waras dan waspada, karena Indonesia dalam darurat!

    Cilegon, 25 September 2019

    Continue Reading

     
    image by: pexels.com
    Pria di hadapanku menutup wajahnya dengan kesepuluh jemarinya. Ia menarik napas berulang kali lalu mengembuskannya dengan berat. Kepalanya ia tundukkan, lemah. Kali ini ia tampak tidak tahu lagi harus berkata apa. Melihat dunia hari ini, katanya lima menit lalu, aku seperti kehilangan arti kemanusiaan. Apa itu kemanusiaan?

    Aku juga tidak tahu....

    Awan berarak, langit jauh lebih cerah dari biasanya. Ia belum menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Televisi dan media yang ada, justru makin memperkeruh keadaan. Berita-berita yang tertulis dan disuarakan saban hari hanya bikin resah. Bikin menambah daftar pertanyaan. Satu di antaranya adalah: apa yang bisa kita lakukan?

    Aku juga tidak tahu....

    Dari jauh kulihat kendaraan berhenti. Lampu lalu lintas masih berwarna merah. Merah.... mengingatkan pria di hadapanku dengan korban pemerkosaan yang sebelumnya dibunuh, dimutilasi, dihilangkan nyawanya; gadis baduy tak berdosa. Ia kini semakin hilang kendali. Rambutnya yang panjang sepunggung ia jambak sekuat-kuatnya. Helai demi helai rambutnya tercerabut paksa. Lalu ia menggebrak meja; selain mengutuki perbuatan keji mereka, apa yang bisa kita lakukan?

    Aku juga tidak tahu....

    Mobil pribadi, bus angkutan umum, sepeda motor berebut jalan ketika lampu lalu lintas berganti warna kuning. Saat lampu hijau menyala, semua kendaraan sudah jauh di depan. Kita ini manusia yang macam apa, kata pria di hadapanku. Ia mulai mengambil sebatang rokok, merogoh korek api dari saku kemejanya, lalu ia mulai menyalakannya. Kali ini ia terlihat sedikit lebih tenang. Perlahan-lahan asap rokok ia embuskan dari lubang hidung dan mulutnya. Kita ini betul-betul perusak, ya?

    Aku betul-betul tidak tahu....

    Seorang loper koran menghampiri warung yang sedari tadi kami singgahi. Katanya semua harga barang-barang pokok naik; beras, kartu jaminan kesehatan, BBM, bahkan hingga tarif pelacur yang biasa ia kencani, yang tentu saja bagian itu tidak tertulis di koran yang sengaja ia letakkan di meja kami. Aku sungguh tidak peduli, tapi tidak dengan pria di hadapanku. Ia menandaskan ujung puntung rokoknya di atas bungkus kosong yang ia jadikan asbak. “Harus ada yang kita lakukan!” serunya sembari berdiri.

    Namun, belum ia melanjutkan kalimat berikutnya, di jalanan seseorang berkulit hitam sedang dikejar-kejar warga. Entah apa masalahnya, yang jelas, kami hanya mendengar mereka mengumpat, “MONYET!” berkali-kali. Hingga pria di hadapanku tubuhnya limbung. Ia menjatuhkan badannya di atas meja. Tubuhnya menggigil dan bergetar. Aku ingin melakukan sesuatu tapi percuma saja, aku hanya seberkas bayangan hitam dirinya yang tak bisa melakukan apa-apa. Aku bahkan tak punya hati!

    Diriku yang berwujud itu terkulai lemah, lalu berkata, “Kita ini semua memang hanya monyet, bahkan jauh lebih hina dari itu....”

    Cilegon, 08 September 2019

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ▼  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ▼  September (2)
        • [Self-Depression] Apa Itu Kemanusiaan?
        • [Catatan] INDONESIA DALAM DARURAT!
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top