[Catatan] Cara Allah Mengabulkan Doa Hamba-Nya

October 06, 2022

 


Novel yang dimaksud dalam catatan ini adalah novel Yuni yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama awal tahun 2022 lalu. Cerita di bawah ini pernah saya tulis di Facebook tahun lalu.

* * *

Sejak satu tahun terakhir, saya ada satu project menulis novel yang sulit diselesaikan. Justru, sewaktu mengerjakannya, saya selingkuh menulis naskah lain yang selesai lebih dulu, yakni kumcer saya yang nanti terbit akhir tahun ini di Indonesia Tera. (Sudah terbit: Sahut Kabut)

Suatu hari, sebagai penulis yang ahli dalam beralasan demi menutupi kemalasannya, saya mengatakan ke beberapa teman terdekat: "Saya butuh seminggu saja menyendiri agar fokus menulis dan menyelesaikan project ini". 

Satu orang teman membolehkan saya meminjam sebuah ruangan di kantornya, tapi kemudian saya punya alasan lain untuk menolak. Kalau saya harus buka kamar di hotel tentu akan jebol keuangan yang tidak seberapa ini, maka, setelahnya saya melupakan keinginan saya itu. Novel saya mangkrak dan saya mulai disibukkan dengan kegiatan lain di kampung saya.

Awal Oktober lalu, salah seorang guru menulis saya di Yogyakarta menghubungi saya lewat inbox fb. Dengan kerendahan hatinya ia mengundang saya untuk bersilaturahmi dan meneruskan obrolan yang pernah saya sampaikan di jauh-jauh hari. Beliau tidak tahu soal urusan personal saya mengenai project novel ini.

Saya sampaikan, siap akan datang tapi setelah kegiatan Maulid di kampung saya usai. Beliau setuju dan tibalah hari di mana saya berangkat memenuhi undangannya. Saya tak benar-benar tahu apa yang nanti bakal diperbincangkan. 

Yang jelas, ketika kami bertemu, ia bertanya, "Seminggu ke depan kamu sementara di sini dulu, ya, De. Bisa, kan?" Saya mengangguk dan hanya menjawab "Enggeh". Malam itu sulit rasanya saya jelaskan kalau pekerjaan saya sengaja saya bawa ke sana.

Saban malam, beliau mengadakan perayaan Maulid Nabi dari kafe ke kafe miliknya, sesekali bergantian di rumahnya. Saya disarankan untuk ikut semua kegiatan tersebut. 

Dengan senang hati saya setuju, dan saya baru kali ini mendapatkan pengalaman bertemu dengan seseorang yang merayakan dan mengagungkan hari lahir Nabi Muhammad SAW sampai satu bulan penuh. Allah sedang menunjukkan hal lain pada saya lewat perantara beliau.


Padahal, saya sudah merasa perayaan Maulid Nabi di kampung saya sudah sangat mewah dan besar-besaran, ternyata di suatu tempat ada yang lebih dari itu dan perayaannya benar-benar diinisiasi oleh satu orang dan diikuti oleh banyak jamaah yang didominasi generasi milenial alias para pemuda. Saya tak henti-hentinya dibuat kagum.

Setiap pagi sampai sore, keinginan saya yang pernah saya lupakan itu justru terwujud begitu saja. Saya diberi tempat menginap di kafe, setiap pagi hingga sore saya bisa mengerjakan novel tanpa ada hambatan. 

Malam harinya kami melaksanakan Maulid Nabi dan disambung dengan diskusi ringan sampai dini hari. Begitu terus sampai hampir dua minggu saya tinggal di Yogyakarta.

Di malam terakhir saya di sana, akhirnya saya utarakan kalau saya dulu pernah membayangkan hal ini, hidup hanya benar-benar untuk menulis. Saya jelaskan soal project novel apa pada beliau dan hal yang seolah serba kebetulan ini--sebab saya meyakini tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua atas kehendak-Nya.

Beliau hanya tersenyum, lalu berkata singkat saja, "Kok, bisa pas gitu, ya, De. Saya, kan, minta kamu ke sini tujuan utamanya buat silaturahmi. Syukurlah kalau ada manfaat lain," katanya tenang. (Padahal, beliau juga pemilik penerbitan di Jogja, tetapi memang kebetulan novel saya itu sudah mendapatkan penerbitnya sendiri).

Melihat cara beliau menjalani hidup, membuat saya belajar dan tidak tergesa-gesa dalam meraih sesuatu. Semua sudah ada waktunya sendiri, tugas kita hanya berusaha, katanya di suatu diskusi. 

Dan dari semua peristiwa ini, saya betul-betul ditunjukkan bahwa jangan ragu ketika berdoa kepada Allah. Cepat atau lambat, doamu akan terwujud bisa lewat jalur-jalur yang tidak terduga.

"Niatkan semua untuk mendapatkan ridha dan rahmat-Nya. Dengan begitu hidupmu akan selo," katanya lagi disisipi guyon khasnya.

Saya pertama kali bertemu dengannya tahun 2014 awal saya mengikuti Kampus Fiksi yang diampunya. Tidak ada balasan yang bisa saya berikan selain doa terbaik untuk kesehatan dan kebahagiaan untukmu Pak Edi Mulyono beserta keluarga dan semua pegawai-pegawaimu yang baik hati. Semoga Allah balas kebaikanmu. Matur nuwun sanget. 
🙏🙏🙏


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَهْلِ بَيْتِهِ

Yogyakarta, 30 Oktober 2021

You Might Also Like

0 komentar