[Self-Depression] Waktu Terlalu Cepat Berlalu
March 13, 2021image by anandastoon.com |
Jam segini saya belum bisa tidur. Sedang dalam mode memikirkan banyak hal; tentang kepergian, tentang berita orang sakit, tentang patah hati, tentang konsep hidup, tentang waktu yang terasa cepat berlalu, tentang rencana masa depan, tentang segala hal yang butuh perhatian. Sementara mata sudah sayu, tapi isi kepala terus saja memaksa untuk berpikir.
Segala keputusan kita terasa bukan lagi atas dasar keinginan pribadi. Banyak orang yang terlibat atau malah melibatkan diri tanpa saya minta; masuk terlalu dalam dan mengambil keputusan-keputusan tanpa kehendak saya. Ini soal tanggung jawab dengan diri sendiri, tapi kenapa terasa sulit sekali.
Terlalu banyak hal ingin dilakukan. Entah dari mana saya mesti memulai sementara usia terus bertambah dan waktu tak pernah mau menunggu.
Banyak hal belum selesai, beri saya waktu, Tuhan. Izinkan saya berbagi kebahagiaan kepada orang-orang yang saya sayangi. Jangan biarkan mereka pergi. Ini tahun berat sekali, banyak kematian yang mengejutkan datang kepada orang-orang yang dikira akan berusia panjang. Sementara kematian tak pernah memandang usia, jabatan, atau segalanya. Bila sudah waktunya, maka ia akan bekerja dengan sangat telaten.
Banyak deretan buku minta dibaca. Setiap malam, saat saya memandangi rak buku, mereka seperti tengah memanggil saya untuk lekas dibaca, sementara saya hanya jadi penimbun buku yang taat tapi lalai dalam tugas sesungguhnya; menuntaskan membaca tubuh mereka.
Saya meracau tak tentu. Jangan kesal membaca tulisan ini. Saya anggap ini bagian dari terapi, time release untuk membuat pikiran saya tenang dan tidak gaduh di jam-jam malam.
Saya tak merencanakan semua, bahkan saya tak punya gagasan saat menulis ini. Saya hanya ingin menumpahkan semua yang ada di benak saya.
Banyak hal ingin saya pelajari, dunia terlalu luas untuk pikiran saya yang sempit. Saya harus menjajal banyak hal agar merasa lebih hidup. Saya harus menemukan nilai dari setiap tindakan. Saya tak ingin menyesal di kemudian hari gara-gara tak melakukan sesuatu yang bisa dikerjakan hari ini.
Menjadi manusia peragu dan manusia yang meragukan sesuatu adalah dua hal yang berbeda. Saya harus ada di yang kedua. Agar terus menjaga rasa penasaran akan sesuatu. Tapi kenapa harus "harus"? Bagaimana kalau saya tak ingin? Bahkan saat meragukan sesuatu saya ragu.
Ini malam kenapa random sekali. Kepala saya berdenyut berkali-kali.
Cilegon, 11 Maret 2021
0 komentar