[Catatan] Energi Rumah Dunia
March 01, 2021Saya baru saja membaca buku Paulo Coelho berjudul, “Seperti Sungai yang Mengalir”. Buku yang berisi tentang buah pikiran dan renungan penulisnya dalam kehidupan sehari-hari. Saya mendapatkan rekomendasi buku itu atas saran salah seorang relawan Rumah Dunia,
Abdul Salam
HS namanya. Namun bukan tentang ia yang bakalan jadi titik fokusnya, melainkan tempat ia dan relawan lain tinggal. Di Rumah Dunia
-lah semua bermula.Pernah ada percakapan saya dengan salah seorang relawan lainnya. Sesekali ia berujar bahwa selama ia mengikuti Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) yang dipimpin oleh Gol A Gong secara langsung, selalu saja beliau menyampaikan materi yang itu-itu saja. Bahkan ketika ia sudah menjadi alumni #KMRD. Saya tidak menyangkal, memang benar adanya—meskipun tak melulu sama. Saya pun mengakui itu. Tetapi, barangkali ada yang terlewat atau tidak ia perhatikan. Baik Mas Gong, Kang Toto St Radik, Kang Firman, Bu Tias juga relawan lainnya, setiap kali mereka berkisah dan berbagi, ada energi yang sedang disalurkan. Saya menyebutnya Energi Rumah Dunia.
Kembali soal Coelho tadi, saya mendapatkan sebuah kisah di salah satu bab dalam bukunya. Kurang lebih begini:
Ada seorang jemaat gereja bernama Juan yang merasa jenuh dengan isi khotbah sang pastornya lantaran mengkhotbahkan hal-hal yang sama. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk tidak datang lagi ke gereja untuk Kebaktian di Hari Minggu.Sekitar dua bulan kemudian, sang pastor mengunjungi rumahnya. Juan mengira kalau sang pastor akan membujuknya. Rupanya tidak, si pastor hanya diam saja untuk beberapa menit sambil terus menatap perapian ditemani Juan. Hingga akhirnya ia bangkit berdiri, mengambil sepotong kayu yang belum terbakar, dan menyingkirkan sebongkah arang dari api. Karena tidak mendapatkan panas yang cukup untuk tetap menyala, akhirnya arang itu pun dingin. Juan buru-buru memasukkan arang itu kembali ke tengah perapian.Usai itu si pastor izin pamit, “selamat malam,” katanya.Juan baru menyadari sesuatu. Ia pun mengatakan terima kasih disambung kalimat, “seberapa terang pun sepotong arang yang terbakar, dia akan padam dengan cepat kalau dijauhkan dari api. Seberapa pun cerdasnya seseorang, dia akan segera kehilangan kehangatannya dan bara apinya, kalau dia menjauhkan diri dari sesama manusia.”
Dan..., begitulah Rumah Dunia.
Terlepas dari segalanya, energi Rumah Dunia-lah yang terpenting. Yang barangkali tidak bisa diperoleh dari tempat lain. Di sini saya bukan hanya belajar menulis, tetapi juga belajar “hidup” dan melihat sekaligus memaknai kehidupan—bisa pula mengenal karakter orang yang beragam. Ketika loyo dan hilang semangat menulis, RD-lah yang berhasil mengembalikannya. Sehari saja dalam seminggu tidak ke RD, saya merasa seperti ada yang kurang dan hilang.
Ini rahasia kita saja, ya. Di Rumah Dunia seperti ada aura tak kasat mata, lho. Datang ke sana dan diam saja, misal, kita seperti mendapatkan energi yang luar biasa. Apalagi kalau sampai gabung diskusi dan cekakak-cekikik. Buat saya, nggak tahu kenapa, Rumah Dunia adalah Rumahnya Dunia. Rumah yang nyaman dan tidak pernah ada intervensi apa pun. Kita bebas menjadi diri kita sendiri, tak perlu mengikuti apa dan siapa yang kita sendiri tidak menginginkannya.
Selama kau punya mimpi, cita-cita dan semangat berkarya, Rumah Dunia selalu berterima, sekalipun ada yang setelah sukses jadi lupa diri. Rumah Dunia tetap legowo, ia biarkan yang pergi karena memang sudah seharusnya pergi. Kalaupun ingin kembali, gerbangnya selalu terbuka. Kalaupun tidak balik lagi, doakan saja semoga ia tidak tersesat di luar sana.
Intinya, sih, Dirgahayu RD. Semoga bisa terus berjalan dan berdiri kokoh. Bukan hanya berhenti di usia ke-19, tetapi bisa sampai ratusan hingga jutaan tahun cahaya. *halah
Sehat-sehat selalu untuk semua relawan, pendiri, para guru dan orang-orang terbaik yang open-minded di Rumah Dunia. Tahun 2013 saya bergabung, tetapi rasanya sudah lama betul saya mengenalmu. Usia kita beda tipis
Komunitas Rumah Dunia
, mari tumbuh dan dewasa bersama~Terima kasih, maaf selalu merepotkan. Muehehe....
Alumnus #KMRD23.
0 komentar