Posts

Showing posts from January, 2018

[MOMENT] Ketika Penulis Bertransformasi Menjadi Pengetik, Laptop ASUS Vivobook Flip 14 TP410UR Partner Terbaiknya!

Image
image by www.asus.com Lonceng istirahat berdentang dan teman-teman lekas mengajak saya keluar kelas. Saya hanya menjawab, “duluan aja, nanti nyusul” begitu setiap hari sampai ada seorang teman perempuan yang penasaran dengan apa yang sedang saya kerjakan. Mulanya saya ragu ia bisa menjaga rahasia, sebab, apa yang nanti akan saya katakan jauh lebih penting ketimbang tahu kebenaran mengenai bumi bulat atau datar? Saya ingat betul saat itu kelas 2 MTs (setingkat SMP). Entah apa mulanya, di hari ke-153 lebih setelah kenaikan kelas, saya memilih untuk menjadi penulis. Tentu, dengan pengetahuan yang masih sangat terbatas, dan sampai kapan pun tetap terbatas, saat itu saya tidak dibuat pusing soal istilah: penulis. Yang ada di kepala saya hanya satu: saya ingin menulis cerita. Anehnya, tidak untuk dibaca sembarang orang. Saya lahir sebagai generasi angkatan 90-an, yang tentu saja segalanya belum secanggih apa yang dirasakan bocah millenials atau generasi “ kids zaman now ” seper...

[Catatan] Awal Perjumpaan dengan Paulo Coelho dan Karyanya

Image
koleksi pribadi Lidiabu Eda Paulo Coelho selalu mengangkat sisi feminin dalam setiap karyanya. Lebih sering berlandaskan Alkitab. Nyaris semua buku yang ia tulis memiliki napas yang sama; pencarian jati diri, perenungan, Tuhan Maria, konflik batin, dll. The Alchemist masih menjadi masterpiece di antara semua karyanya, menurut saya. Bagi yang kurang menyukai gaya bercerita dengan tone lambat, saya t idak menyarankan buku ini untuk dibaca. Bahkan, sewaktu saya pernah berjumpa orang Brazil di dalam pesawat, saya sempat bertanya, "suka baca buku Paulo Coelho? Ia penulis Brazil juga, kan? Rio de Janeiro." Ia menggeleng, "sayangnya tidak." Lalu ia menyebut penulis Brazil lainnya, yang saya lupa siapa. Memang, Coelho masih menjadi perdebatan, apakah tulisannya masuk dalam kategori sastra atau tidak. Tapi ketika di wawancara Juan Arias, yang dimuat dalam buku, Obrolan dengan Sang Penziarah ia pernah berkata, "buku saya itu sastra. Layak disimpan...

[Memoar] Selembar Kenangan Bersama Pak Kiai

Image
image by google.com Saya teringat masa sekolah Aliyah dahulu. Di sekolah kami ada pelajaran nalek kitab kuning, atau biasa disebut kitab gundul. Kami mendengarkan dikte dari seorang ustaz untuk meng-gondrong-i tiap kata dan kalimat arab dalam barisnya. Tentu dengan pengetahuan nahwu dan sharaf yang mumpuni. Di satu momen, setiap kali selesai men jabar-jeri beberapa kalimat, biasanya para murid diminta untuk membacakan kembali secara lantang, untuk dikoreksi bersama. Menariknya, ada satu ustaz yang memiliki kebiasaan khusus. Sebelum beliau meminta muridnya untuk membaca kitab, seringnya beliau akan lebih dahulu menelepon seseorang. Setalah tersambung, beliau berjalan ke meja si murid. Lalu meletakkan ponselnya di tengah kitab yang beliau bawa, dekat dengan si murid. Tibalah giliran saya untuk membaca ulang. Namun, saat hendak membaca basmallah , beliau berbicara sebaris kalimat pada telepon genggamnya, “ Niki pirengi, pecile Ustaz Syukur ”—ini dengarkan, anaknya Ustad Syuk...