Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda

     

    Judul buku : Melukis Ka'bah
    Jumlah Halanan : 275 halaman
    Penulis : Asih Wardhani, dkk
    cover : soft cover
    ISBN : 978-602-71451-2-2
    Harga : Rp. 54.900,-
    Kumpulan cerpen di dalam buku ini tercipta karena satu bentuk perhatian istimewa dari Bunda Asih Wardhani atas keinginan seseorang untuk menginjakkan kaki ke tanah suci. Karena kasih sayangnya, Bunda Asih ingin mewujudkan keinginan itu. Walau lewat tulisan, rasanya jalan ke Rumah Allah semakin dekat. Di depan mata. Impian ini bukan hanya milik satu orang saja, tapi milik kita semua. Ambil, bacalah, kemudian bagikan kepada orang-orang terkasih.

    Testimoni dari Asma Nadia, Penulis Catatan Hati Seorang Istri dan 49 Buku Best Seller lainnya:
     "Impian ke tanah suci hanya tinggal impian jika tidak diawali dengan langkah pertama. Menulis kerinduan ke rumah Allah adalah salah satu perwujudannya. Membaca kisahnya juga bentuk lain kesungguhan semoga penulis dan pembaca buku ini akan segera tercapai impiannya ke Baitullah. Aamiin."
    Catatan Pak Isa Alamsyah (Pengurus Komunitas Bisa Menulis) untuk 19 kisah hebat di buku ini ...

    Mengunjungi tanah suci adalah dampaan segenap muslim yang beriman.
    Sayangnya sebagian besar hanya menempatkan keinginannya berkunjung ke tanah suci hanya sebatas mimpi tanpa bersungguh-sungguh ingin mendapatkannya.

    Saya bertemu banyak orang yang impiannya ke tanah suci terwujud hanya karena memulai dengan langkah sederhana.

    Ada seorang muslimah yang impiannya terwujud ke tanah suci 8 tahun setelah memulai tabungannya dengan uang logam senilai Rp 100 rupiah.

    Ada seorang ustadzah yang mendapat kesempatan ke tanah suci hanya karena sering bercerita pada temannya betapa ia ingin mengunjungi tanah suci. Sampai akhirnya sang teman mendengar ada peluang umroh gratis dan ia mendapatkannya.

    Ada juga seorang ustadz yang terbuka kesempatannya menuju ke mekah hanya karena sengaja mendekati setiap orang yang akan pergi haji dan mengatakan saya sengaja dekat-dekat biar ketularan. Akhirnya salah satu haji memberinya support untuk ke tanah haram.

    Insya Allah buku ini adalah salah satu bukti kerinduan para penulisnya untuk mengunjungi tanah suci. Semoga saja Allah menjawab kerinduan mereka dan mengundangnya datang ke sana.

    amin

    Isa Alamsyah.

    ===
    Pemesanan melalui inbox atau SMS ke:
    085 606 606 007 CP Ajeng Maharani
    085 933 115 757 CP Rina Rinz
    Pemesanan silakan transfer ke Rek Bri Syariah AN. Rina Sulistiyoningsih A/C 1020232157 dengan menambahkan angka 2 di nominal terakhir.
    Contoh bila membeli dengan harga normal maka yang ditransfer adalah 54.902

    Ayo buruan dipesan ya ... Buku ini akan beredar di toko buku kesayangan Anda mulai awal tahun.


     
    Salam Netra!
    LovRinz
    Continue Reading
    http://twicsy.com/i/etoYgd



    "Sebelum membaca ini, persiapkan mental dan pikiran anda, jangan langsung menarik kesimpulan. Semua pilihan kembali kepada diri anda masing-masing! selamat membaca" :)

     ***

                  Siapa yang tidak mengenal Bob Sadino ( biasa di panggil Om Bob) icon bisnis dan motivasi yang sudah banyak menghiasi dinamika bisnis di Indonesia. Bob Sadino dikenal blak-blakan dalam menyampaikan seminar Bisnis, dan selalu tampil dengan ciri khasnya yaitu celana pendek. Beberapa kali mengikuti seminar dan diskusinya, Anda pasti akan merekam statement-statement keras yang barangkali tidak lazim bagi Anda. Statement yang menyebabkan kontroversi, dan bahkan menyebabkan beberapa mahasiswa akhirnya keluar dan berhenti dari bangku kuliah. Siapa Bob Sadino? Saya tidak akan membahas lebih dalam, Anda bisa search di google. Sebagai orang yang cerdas, apa yang disampaikannya terkadang tidak masuk diakal dan tidak logis. itulah sebabnya Anda, apalagi yang masih belum banyak mengenal seminarnya beliau, harus menelaah dan mencermati apa maksud ungkapan beliau dan apa yang terkandung dari statement yang beliau sampaikan. Selama mengikuti beberapa kali seminar yang beliau sampaikan, berikut ada beberapa catatan saya pribadi, yang menurut saya ‘menyesatkan’ jika kita menelan mentah-mentah apa yang disampaikan. Ini merupakan pendapat saya pribadi, Anda boleh sependapat boleh juga tidak, itu hak Anda, coba simak statement yang sering beliau ungkapkan berikut ini.

    1. Jika Ingin Bahagia (Sukses) Jangan Jadi Karyawan. 

    Ketika mengikuti seminar di semarang, salah satu statement yang membuat gemuruh peserta adalah, bahwa.. "jika ingin bahagia (sukses) jangan jadi karyawan..” padahal audience dari seminar itu adalah sebagian karyawan.. Statement beliau ini menurut saya, tidak salah. Namun juga tidak sepenuhnya benar. Kebahagian dan kesuksesan itu tidak semata-mata diukur dari banyaknya materi, dan apa profesi seseorang. Lalu apakah hidup sebagai karyawan itu tidak bahagia? Tidak juga. Banyak karyawan yang bahagia dengan segala kondisinya. Tentu parameter kebahagian berbeda, beda setiap orang. Apakah statement ini salah? Tidak juga.. memang peluang mencapai kebahagian dengan keberlimpahan materi akan lebih terasa jika kita menggapainya melalui bisnis, melalui dagang dan sukses. Tetapi tidak sedikit juga pengusaha yang terlilit hutang dan akhirnya sengsara. Sekali lagi pilihan sukses dan bahagia itu bergantung yang menjalani. Tentu dengan konsekuensi masing-masing memang dengan berbisnis, peluang seseorang untuk mencapai puncak kebahagian jauh lebih terbuka.

    2. Kuliah Itu Gobl*K-Siapa Yang Hadir Di Seminar Ini, Besok Jangan Masuk Kuliah. 

    Masih di seminar dikota yang sama, beliau secara terang-terangan menyampaikan kalau kuliah itu kegiatan Gobl*k, besok jangan masuk kuliah. Sangat frontal memang, menyampaikan statement seperti itu didepan ratusan mahasiswa dan akademisi. Tentu saja banyak audience yang kemudian heboh dengan sendirinya, maklum sebagian peserta seminar itu adalah anak muda yang polos, lugu, dan baru semangatnya mencari jatidiri di kampus tercinta.. mendengar statement itu tentu batinnya berontak.. Namun kalau kita mau berpikir mendalam, apa yang disampaikan om Bob ini
    sebenarnya sangat masuk akal. Namun bagi sebagian orang ini justru menyesatkan, apalagi bagi MABA (mahasiswa Baru). Maksud saya, jika Anda ingin mencapai karir bisnis Anda dengan otodidak dan belajar berjualan sablon printing, misalnya ( seperti yang banyak dilakukan MABA saat membuat bisnis plan ) terus apa gunanya kuliah, kalau yang dipelajari adalah science. Maka apa istilah yang tepat kalau bukan Gobl*k (versi bob sadino) . Contoh lagi, bisnis di bidang hiburan padahal kuliahnya psicology, bisnis di bidang desain padahal kuliahnya di MIPA, bisnis makanan padahal kuliahnya di TEKNIK, bagaimana gak Gobl*k.. apa yang susah-susah di pelajari, tidak dipakai dalam bisnis. Lalu bagaimana seharusnya?
    Continue Reading
    TELAH TERBIT:
    Judul : SENJA MELANKOLIS
    ISBN : 978-602-1371-87-9
    Tebal : 124 Halaman
    Harga : Rp 33.000,-
    Penulis : #KMRD23
    ===========================
    Untuk Pemesanan Silakan ketik:
    Judul#Nama Lengkap#Alamat Lengkap#Jumlah# Kirim ke 0878 260000 53
    atau Silakan sms juga kami 08 5959 845 880 (Ade Ubaidil)
    ===========================
    Apa sebenarnya tujuan hidup kita?
    Untuk apa kita ada di dunia?
    Kenapa kita diciptakan berpasangan?
    Kenapa kita mengalami ujian dan cobaan?

    Banyak hal yang terjadi dalam hidup kita. Beragam kejadian, pertemuan dan perpisahan. Kadang kita tertawa, di lain waktu menangis. Kadang kita terpaku, lalu melangkah kembali. Melangkah demi menemukan arti hidup, belajar dari kesalahan dan menjadi pribadi tanpa penyesalan di akhir.
    Buku ini berisi hikmah hidup sehari-hari yang membuat kita merenung sejenak ....

    =============
     
     
    Penulis
    =============
    Ade Ubaidil - Adh. Dini
    Aha Sensa - Ayu Nurhidayah
    Daru Zulkarnaen - Dini Azzahran
    Kuswointan - N Himayah Hope
    Nadelee Aghna - Rudi Rustiadi
    Susan Iry - Wengky Setiawan
    Winda Rahmatulaila - Wise Ar Ruum

    Continue Reading


    "Pasukan Peraih Impian"


    Judul Buku      : Pasukan Matahari
    Jenis Buku       : Novel
    Penulis             : Gol A Gong
    Penerbit           : Penerbit Indiva (Indiva Media Kreasi)
    Tahun Terbit     : Cetakan I,
    September 2014
    ISBN               : 978-602-1614-43-3
    Tebal                :
    368 halaman
    Harga               : Rp.
    69.000,-


    Apa cita-citamu di masa kecil? Adakah sebuah cita-cita yang pernah kamu coba wujudkan bersama teman-teman terbaikmu? Bila ada, segera capailah sekalipun butuh perjuangan serta pengorbanan yang tak semudah membalik telapak tangan.

    Begitu kiranya yang ingin disampaikan oleh penulis Gol A Gong dalam novel terbarunya, “Pasukan Matahari”. Menceritakan tokoh sentral bernama Doni yang digambarkan sebagai seorang bocah yang masih bersekolah kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Purwaraja Menes, Pandeglang. Doni adalah anak yang periang, memiliki semangat menggebu dan selalu dijadikan ketua atau pemimpin dalam lingkup teman-temannya. Layaknya anak kecil di masanya, sifat penasaran yang dimiliki Doni begitu tinggi. Tercermin ketika dia tengah menyaksikan sebuah helikopter yang mendarat di sekitar alun-alun Menes. Seorang Tentara usai terjun payung menghampiri Doni dan bertanya apa cita-citanya. Dengan lantang Doni menjawab, “Jadi pilot om!” (hal.148).
    Doni benar-benar terkesan dengan tentara itu sewaktu melompat dari helikopter dan mendarat dengan mengembangkan parasut di punggungnya.

    Sepulang dari  alun-alun, Doni ingin mencoba seperti apa yang dilakukan para tentara itu. Dia mengambil payung dari dalam rumah, kemudian menaiki pohon Seri (Kersen). Dia kembangkan payungnya lalu bersiap melompat. Teman-temannya mencoba mengingatkan kalau apa yang akan dilakukannya  berbahaya, tetapi Doni tetap bersikeras dan akhirnya dia melompat dari ketinggian 3 meter. Naas, dia terjatuh dengan sangat keras. Teman-temannya berteriak dan segera menghampirinya. Tangan kiri Doni terluka. Mang hendi, Asisten Rumah Tangga di rumahnya, datang menolong. Kemudian dia mengabari Pak Akbar, ayahnya Doni, yang masih berada di sekolah. Pak Akbar berprofesi sebagai guru olahraga.

    Continue Reading
    image by: www.google.com

    Pintu kaca berderak. Terlihat pria dewasa yang aku taksir berusia tak kurang dari tiga puluh, memasuki sebuah ruangan tempat kami berdiam. Hanya ada aku dan temanku satu saja di dalam sini. Tak ada yang menghiraukan kami. Semua menuju ke penghuni baru. Ya, penghuni baru, sedang aku dan temanku hanya ibarat barang bekas yang tak rela dibuang begitu saja dengan pemiliknya.
    “Semoga ia mendekat,” bisikku kepada Ve, temanku yang menatap sendu. Sepertinya semangat dalam dirinya tengah meredup, ia sudah pasrah menggantungkan harapan kepada orang-orang yang selalu berlalu lalang di hadapan kami, namun lebih sering tak menyentuh tubuh kami, bahkan menoleh pun tak sempat.
    Ah, entah sampai kapan kita di sini, dilumat butiran debu yang kian menebal, tak diperhatikan dengan pengoleksiku yang padahal dahulu aku ingat sekali, ia memuji-mujiku di hadapan mitra kerjanya.
    “Ve, kenapa diam? Tenang saja, pada waktunya tentu harapan kita akan terpenuhi.” Ia menoleh sesaat kemudian kembali lesu. Tak banyak yang bisa aku perbuat. Setidaknya, aku masih memiliki harapan dengan pria yang masih mondar-mandir di hadapanku sejak tadi ia masuk. Aku terus berdoa dan memohon agak ia menyentuhku, atau setidaknya, memperhatikanku walau beberapa detik.
    Continue Reading

    illustration by: www.google.com


    Tubuhnya bergetar hebat. Di sela-sela banyaknya orang yang berkerumun, kakinya perlahan melangkah pergi. Satu... dua... tiga... seketika ia sudah berada di tempat yang berbeda. Ia bertamu di rumah Tuhan.
    ***
    Dunia tak ubahnya hanya sekumpulan budak dan raja. Begitu aku menganalogikannya. Kenapa tidak? Untuk bergerak saja, harus diatur sedemikian rupa. Siapa pun jangan bicara keadilan denganku. Aku takut belatiku semakin tumpul bila terlalu banyak bersimbah darah segar.
    Tiga orang yang pernah memimpin negeri ini, baru saja menjadi buah bibir di seantero pelosok nusantara karena dibunuh dengan sangat tragis. Salah satu organ vital ketiganya hilang, hingga saat aku duduk di sini, kepala mereka yang terpenggal belum juga ditemukan. Tunggu dulu, jangan terburu-buru menuduhku. Aku paling tidak suka berteman dengan orang yang tergesa-gesa. Apalagi mereka yang senang mempergunjing kehidupan orang lain tanpa di dasari data dan fakta.
    Continue Reading

    Illustration by: www.google.com


    Seluruh tubuh gadis itu telah terkepung jutaan kubik air laut. Ia merasakan tubuhnya berat untuk kembali ke atas. Hanya jeritan tertahan di kerongkongannya yang percuma, lalu perlahan terisi air asin. Seketika gelap tak ada suara.
    ***
    Sejak semester awal aku tinggal di tempat ini bersama Lia. Sahabatku di kampung yang mulai berubah. Kenapa aku katakan berubah? Ya, karena ia sudah tidak lagi seperti dahulu. Lia yang aku kenal telah menjelma menjadi ‘orang kota baru’ begitu aku menjulukinya. Aku senang Lia sudah tidak lugu lagi, tetapi ada satu hal yang membuatku sangat membencinya. Ketika dia sedang bersama Rossy.
    Pertama kali aku mengenal Rossy tentu melalui Lia. Ketika bapaknya dari kampung memberikan Rossy sebagai kado ulang tahunnya. Aku selalu merespons cerita dari Lia layaknya seorang sahabat. Aku senang ketika dia senang. Namun, lama kelamaan aku mulai muak dengannya. Rossy-lah dalang dari semua kemuakanku ini. Kedatangannya di tengah-tengah kita—lebih tepatnya di dekat Lia, aku menjadi sahabat yang entah di nomor-berapakan oleh Lia?

    Tunggu dulu, apa aku belum bilang ya, rupa dari Rossy itu? Kalian jangan menduga kalau dia adalah seorang manusia sepertiku. Tetapi, menurutku Lia memang menganggap Rossy itu manusia. Bagaimana tidak, hampir setiap waktu Rossy tidak pernah lepas darinya. Aku yang merasakan bagaimana kebahagiaanku—di tempat yang kurang layak disebut rumah ini— direnggut. Rossy selalu mampu membuat Lia tersenyum sendiri, menangis, bahkan cekikikan di tengah malam seperti kuntilanak yang nangkring di pohon jengkol—Duh, bulu kudukku merinding, padahal aku sendiri belum pernah melihatnya. Mungkin tak terhitung lagi sudah berapa banyak Lia mengabaikanku saat aku mengajaknya berbicara. Dia malah asyik dengan Rossy—dunianya.
    Continue Reading

    Tambun. Mungkin itu yang akan banyak diucapkan saat melihat sosok tua berusia lanjut dengan kumis daplang, tebal menutupi sebagian bibirnya yang maju. Ya, tak aneh jika ia dijuluki Pak Gemblong oleh warga di sekitar tempat tinggalnya, karena perutnya yang besar dan benyai yang serupa penganan berbahan dasar ketan, dan tak jauh beda kulitnya serupa kulit cicak.
    Siang itu, langkahnya beringas mengais pangan, entah apa yang ada dalam pikirannya. Kusti anak semata wayangnya yang masih belia, dipaksa untuk berjalan cepat. Sang istri pun geleng-geleng melihat tingkah lakunya, namun ia selalu menuruti apa yang dituturkan kepadanya.
    Kusti terkulai lemah saat melalui tempat yang gelap dan sedikit becek, meski baginya itu hal yang lumrah dilewati sepulang sekolah. Pak Gemblong tidak mau tahu, salah sendiri Kusti ingin ikut bersamanya mencari tambahan lauk, gerutunya dengan penuh emosi.
    “Cepat! Sepertinya, di depan kita banyak makanan.”
    “Sabar, Pak. Kusti ‘kan masih kecil, kasian dong...”
    Bocah kurus itu berusaha  menyamakan irama kaki Ibu dan Bapaknya walau dengan terseok-seok dan napas yang mulai terengah-engah. Sepertinya ia tengah kehabisan oksigen.
    “Bentar lagi, Kus!” seru Ibunya kemudian, mencoba menyemangati buah hatinya.
    Continue Reading


    Majalah UMMI (Juara 1 Milad UMMI ke-25 Tahun)

    Tubuh Misni masih meringkuk seusia salat Tahajud. Ia terlelap di atas sajadah panjangnya dengan kedua tangan yang merangkul sesuatu. Keringat mengucur deras di keningnya yang keriput. Ia merasakan kobaran api tengah menguliti tubuhnya yang masih berbalut mukena. Seketika ia terjaga dari tidur. Hanya terdengar jeritan dari mulutnya yang kering. Lalu gulita, tak lagi ada suara.
    ***
    Apa yang bisa dilakukan seorang anak untuk membahagiakan kedua orang tuanya?
    Pertanyaan seperti itu yang kerap kali memenuhi pikiranku. Jika ditanya tentang kebahagiaan, aku selalu kesulitan menggali benakku untuk mencari jawabannya yang cocok. Sebab, sebelum membahagiakan orang lain, aku selalu mencoba menciptakan kebahagiaan untuk diriku sendiri terlebih dahulu.
    Beberapa bulan terakhir ini aku selalu resah dengan keinginan ibu dan abah. Aku tahu mereka tidak mengatakannya langsung kepadaku. Tetapi dari raut wajahnya terlukis harapan yang begitu besar yang mampu membuatku memutuskan untuk berhenti kuliah saat menginjak semester lima.
    “Ini sudah keputusan Adzim, Bu.”
    “Tapi, Nak, sayang jika kuliahmu harus terhenti.”
    Hatiku tergetar mendapatkan jawaban dari ibu. Padahal kulakukan ini agar tidak membebani abah dan ibu lebih lama lagi. Gaji seorang Guru agama tentu tidak akan selalu cukup untuk membiayaiku kuliah. Apalagi ibu yang hanya seorang penjahit. Penghasilannya tak menentu. Aku sudah dewasa dan keputusan ada di tanganku. Abah tak banyak bicara ketika tahu aku memilih berhenti kuliah. Namun sikapnya yang dingin serta tatapannya yang menohok hingga relung hatiku telah cukup mewakili apa yang akan dikatakannya.
    Continue Reading
    Harian Radar Banten

    Berbuatlah seperti jantung. Meski tak terlihat, ia tetap berdegup dan degupannya dirasakan oleh tubuh.
    Siapa yang tak tergetar mendengarkan kalimat semacam itu? Terlebih bagi orang sepertiku, kalimat itu benar-benar membantu. Kau tahu? Dari kalimat itu aku bisa bertahan sampai sejauh ini. Kau tak percaya?! Mari aku ceritakan segelintir perjalanan hidupku. Duduklah dengan tenang, dan dengarkan kata demi kata yang akan aku sampaikan padamu. Bukannya aku ingin mengguruimu, aku hanya ingin berbagi pengalaman, semoga saja berguna untukmu. Bagaimana, kau siap? Bagus! Anggukanmu sudah cukup mewakili ucapanmu yang terkunci.
    Cilegon, 1993
    Ketika itu ayam jago belum mengumandangkan kokok-nya. Pagi buta, aku sudah terjaga. Menyusuri sebuah jalanan yang dipadati dengan ruko-ruko para pedagang. Indera penciumanku disambut dengan aroma anyir ikan segar bercampur entah bau apalagi. Yang jelas lalat-lalat berseliweran ke sana kemari. Kau tahu pasar baru di jalan Soedirman Km.5 dekat SMP 3 Cilegon itu? Ya, kau menunjuk ke arah yang tepat. Kau pernah ke sana, kan? Nah, di tempat itu dahulu aku tinggal. Tertidur pada emperan jalan dengan ditilami kardus-kardus bekas.
    Di antara jejeran para pedagang pasar, pagi buta itu sudah cukup ramai. Banyak para pembeli berdatangan. Riuh dan padat. Bahkan mungkin kau takkan bisa membedakan mana pembeli dan mana penjualnya. Ya, karena semua berbaur dan melingkari barang dagangan yang dijajakan di sana.
    Aku mengendap-endap memerhatikan tingkah laku mereka. Aku tidak mau menampakkan diriku di tengah-tengah keramaian itu. Kau mungkin bisa menebak alasannya. Ya, kan? Oh, tunggu sebentar. Aku membawa air mineral di dalam tasku. Mungkin saja kau dahaga.
    Sudah berapa lama di sini? Lima jam?! Wah, lama sekali. Kulihat jarimu cukup besar. Kalau kau kuajak kerja, mau?! Ah, tak usah malu-malu. Atau mungkin aku lanjutkan dulu kisahku, ya?! 
    Begini...
    Saat melihat kerumunan orang yang sibuk mengurusi keperluan masing-masing. Aku terduduk pasrah di sebuah gang yang
    Continue Reading


    Keindahan Nusantara dalam Balutan Kisah Romansa


    Judul Buku      : Gadis 360 Hari yang Lalu (Cerita kita yang tak sempat terjadi)
    Jenis Buku       : Kumpulan Cerita
    Penulis             : Sayfullan dkk.
    Penerbit           : de TEENS
    Tahun Terbit    : Cetakan I, Juni 2014
    ISBN               : 978-602-255-622-0
    Tebal               : ii + 376 halaman
    Harga              : Rp. 50.000,-

    Bicara negeri Indonesia, tentu siapa pun salah satunya tidak akan lepas berbicara tentang keanekaragaman adat dan budaya yang ada di dalamnya. Di negeri republik yang dicintai warganya ini pun, sudah terkenal dengan beraneka tempat wisata maupun keeksotisan yang berada di masing-masing daerahnya. Kalau boleh menyebut satu nama, tentulah itu Bali. Kota yang memiliki pantai paling diminati oleh wisatawan lokal maupun luar negeri. Tetapi kali ini saya tidak hanya akan bicara tentang Bali. Karena keindahan pemandangan dan tempat wisata yang harus kita ketahui bukan hanya pantai kuta saja, melainkan ada banyak lagi destinasi nan elok di tanah pertiwi ini yang mampu terangkum dalam sebuah buku mahakarya Alumni #KampusFiksiEmas tahun 2014.

     “Gadis 360 Hari yang Lalu” adalah judul yang diambil dari salah satu ke-20 cerita terbaik ini, memang layak mendapatkan apresiasi dari para pembaca sekalian di seluruh Indonesia. Kisah-kisah yang diangkat oleh 20 penulis muda hasil godokan dari #KampusFiksi Reguler ini, memfokuskan titik inti ceritanya pada satu tema, yakni Lokal Wisdom. Keberaniannya mengangkat cerita cinta dalam balutan kearifan lokal dari berbagai penjuru nusantara—ketika banyak penulis lain yang memakai setting luar negeri—memang bisa dikatakan anti-mainstream dari buku-buku serupa yang telah terbit lebih dahulu.
    Bila kita memasuki lebih dalam, ke-20 penulis berbakat ini mampu memadukan setting daerah masing-masing di Indonesia dengan menghadirkan alur-alur cerita yang jauh dari kata biasa. Seperti yang dituliskan pada bagian sampul belakang buku, “Jangan coba-coba menebak ending-nya sejak awal. Nikmati saja hingga halaman terakhir...” tak diragukan lagi, memang begitulah adanya.
    Sebut saja cerita yang ditulis oleh Sayfullan yang judulnya terpilih dijadikan untuk judul umum buku ini. Dalam cerita Gadis 360 Hari yang Lalu, menggunakan teknik yang tidak biasa atau bisa disebut jarang dipakai oleh penulis kisah romansa lainnya. Dengan berani mengambil teknik flash-forward, bisa dikatakan penulis berhasil meraciknya. Penggunaan sudut pandang orang kedua pun menambah kekaguman saya dan menganggap bahwa sepatutnya karya Sayfullan layak untuk terpilih menjadi cerita terbaik di antara ke-20 cerita lainnya. Desa Tosari, Pasuruan yang dipakai sebagai latar ceritanya, terkesan bukan hanya sekadar tempelan. Pendeskripsian tentang destinasi tempat itu mampu disampaikan dengan baik kepada para pembacanya tanpa merasa menggurui. 

    Pun dengan cerita yang ditulis oleh Ghyna Amanda Putri (Astrajingga), Farrahnanda (Darah Koteklema dan Air Mata Lama Fa), Dian Iriana (Dokter dari Kaki Gunung Manggar), Nadine Zulia Putri (Dongeng Sepentas Kenangan), Pia Devina (Dua Masa di Siberut), Mufidatun Fauziah (Forgotten Promise), Devi Eka (Istana Api), Rosanti Dwi Septiani (Janji Kecil di Tanah Dewa), Asmira Fhea (Jawaban untuk Pergi), Reza Nufa (Kabar untuk Galuh dari Lumpang), Evi Sudarwanto (Lelaki Pembawa Lilin), Lia Nurida (Lelaki Tak Bersenyum dan Gadis Berpipi Semerah Senja), Andari Hersoe (Mata Kaki Pelangi), Elisa S. (Pelangi; Sekeping Kebahagiaan di Balik Kabut), Zachira (Retak-Retak Mutiara di Tepi Laut Wakatobi), Dhamala Shobita Chandra (Tiga Hari di Melibur), Ersa Yusfiandi (Wae Rebo; Kenangan di Atas Awan), Adityarakhman (Wajah Petaka dan Teladan) dan Avannoa Zahra (Wide Shot; Yang Terlupakan di Belahan Timur Indonesia).

    Melihat judulnya saja sudah mampu membuat kita penasaran. Dan dari keseluruhan cerita yang termaktub, memiliki karakter serta ciri khas yang berbeda. Tak heran memang, karena beberapa nama yang tercantum dalam buku kumpulan cerita ini sebagian besar sudah banyak melahirkan karya tulis berupa novel.
    Buku ini akan menambah wawasan kepada pembaca untuk mengenal lebih jauh tentang keanekaragaman nusantara tanpa merasa jenuh dan bosan. Sebab diracik dengan cerita yang sedemikian menarik dengan kejutan (Twist) yang tak mudah ditebak hingga akhir cerita.
    Bagi siapa pun yang ingin tahu dan mengenal wilayah Indonesia dengan segala budaya dan tempat wisatanya, sangat dianjurkan membaca buku kece dan fresh ini. Dapat dipastikan setelah merasuki setiap ruang ceritanya, pembaca tentu ingin segera menyinggahi seluruh penjuru Indonesia yang kaya akan kebudayaan dan tempat pariwisata ini yang mungkin belum banyak orang ketahui.[]

    Cilegon, 27 Agustus 2014
    Continue Reading

    Dewan Kesenian Jakarta  kembali menyelenggarakan
    Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
    untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel. Melalui sayembara ini DKJ berharap lahir novel-novel terbaik dari pengarang Indonesia yang memperlihatkan kebaruan dalam bentuk dan isi.
     
    Ketentuan Umum
    • Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan fotokopi KTP atau bukti identitas lainnya).
    • Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
    • Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
    • Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
    • Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
    • Tema bebas.
    • Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan (sebagian atau seluruhnya).
    Ketentuan Khusus
    • Panjang karya 40.000-100.000 kata, halaman A4, spasi 1,5, huruf  Times New Roman ukuran 12.
    • Peserta berusia antara 17-37 tahun (dibuktikan dengan fotokopi KTP).
    • Tiga (3) karya prosa atau cerpen peserta pernah dimuat di media massa (bukan media internal seperti: majalah sekolah atau kampus, media komunitas, blog, online) atau satu (1) buku tunggal peserta (bukan antologi) pernah diterbitkan oleh penerbit umum (bukan self publishing).
    • Menyertakan fotokopi contoh prosa (cerpen) karya sendiri yang pernah dimuat di media cetak minimal 3 karya.
    • Menyerahkan biodata, alamat surat, dan nomor kontak di lembar terpisah.
    • Empat salinan naskah dikirim ke:
      Panitia Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
      Dewan Kesenian Jakarta
      Jl. Cikini Raya 73
      Jakarta 10330
    • Batas akhir pengiriman naskah:
      30 September 2014 (cap pos atau diantar langsung).
    Lain-lain
    • Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2014 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Desember 2014.
    • Hak Cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis.
    • Naskah pemenang yang diterbitkan menjadi buku harus mencantumkan logo DKJ.
    • Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat.
    • Pajak ditanggung Dewan Kesenian Jakarta.
    • Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta Periode 2012-2015 dan keluarga inti Dewan Juri.
    • Maklumat ini bisa diakses di www.dkj.or.id.
    • Dewan Juri terdiri dari sastrawan dan akademisi sastra.
    Hadiah
    • Pemenang I     Rp.20.000.000
    • Pemenang II    Rp.10.000.000
    • Pemenang III   Rp.7.500.000
    • Pemenang IV   Rp.5.000.000
    Jadwal
    • Publikasi Maklumat: Juni 2014
    • Pengumpulan karya: Juni-September 2014
    • Penjurian: Oktober-November 2014
    • Pengumuman pemenang: Akhir Desember 2014
    Source info by: Website DKJ
    Lihat juga: Akademi Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014
     
    Continue Reading


    Maaf, Aku Membencimu, Ibu

    Aku paling tidak bisa berkisah tentang ibu. Entah mengapa, terkadang aku sampai pusing sendiri jika harus mengungkapkan dan mendeskripsikan ibu dengan kata-kata. Aku lahap kamus besar bahasa Indonesia yang aku beli minggu lalu, namun tak ada kata terindah yang bisa menjelaskan tentangmu, ibu. Aku benar-benar membencimu ibu. Begitu sulit menggambarkan semua kebaikanmu semenjak aku dalam rahimmu dengan diksi-diksi yang puitis. Kurasa bahkan seorang penyair pun tak menemukan itu. Jika pelangi adalah penggambaran tentang warna-warni yang menakjubkan, engkau lebih dari itu bahkan tidak sebanding dengannya. Lalu, dikala gersang mengisi siang, satu-satunya yang dinanti adalah hujan, maka engkau jauh dan sangat jauh dari jauh, hadirmu sungguh menyejukkan. Dan apabila masih ada yang berkata warna jingga ketika sore tiba itu adalah hal yang paling dinanti sekaligus dengan hadirnya sunset, maka engkau sungguh wanita yang selalu ditunggu kehadirannya dalam setiap waktu.
    Ibu, aku membencimu. Hanya itu yang bisa aku ungkapkan. Ketulusan kasih sayangmu terlalu besar, atau mungkin memang benar, Ibu adalah sinonim dari kata CINTA dan juga kata ganti dari KASIH SAYANG yang tulus. Aku malu padamu, Ibu. Aku hanya selalu merengek bahkan memarahimu dengan alasan yang tidak jelas. Aku membencimu karena engkau terlalu baik menjadi manusia, atau tunggu… engkau bukan sepenuhnya manusia, itu yang aku duga sejak lama. Engkau adalah penjelmaan dari bidadari surga yang tak bersayap yang telah Tuhan kirimkan bagi anak sepertiku.
    Teringat dengan beberapa hari yang lalu, ketika bapak jatuh sakit. Sangat jelas engkaulah orang pertama yang khawatir dengan keadaannya. Terlebih, saat itu bapak harus dilarikan ke rumah sakit. Kau berangkat di pagi hari menemaninya, sedang aku masih terlelap, tanpa tahu harus berbuat apa. Maishkah pantas aku disebut anak yang berbakti, Bu?
    Ibu, maafkan anakmu ini. Aku hanya bisa datang mengunjungi kalian ketika mentari berdiri tepat di atas kepala. Kau sibuk dengan segalanya sesuatu yang harus diurus saat itu juga. Mulai dari pendaftaran, persyaratan, hingga biaya yang harus dikeluarkan. Sungguh tidak aku duga, engkau sangat cekatan dengan semuanya. Engkau sudah berkemas dengan detail dari rumah, sejak subuh tadi; tak sedikit pun luput dari ingatanmu. Jangankan itu, perangkat solat saja sudah tertata rapi dalam tas yang sedang kau kenakan saat itu.
    Jika ada yang berkata superman adalah penggambaran dari seorang pahlawan yang sangat tangguh, tentu tidak akan ada apa-apanya denganmu, Ibu. Engkau begitu kuat dan hebat. Engkau wanita yang sangat tangguh. Engkau adalah wanita yang tak mengenal lelah. Bahkan sebelum kau berangkat mengantar bapak ke rumah sakit, telah engkau siapkan hidangan untuk aku lahap di meja makan. Lalu apa kerjanya anakmu ini, bu, yang hanya bisa menyusahkanmu saja. Aku tahu, engkau belum sedikit pun mengganjal perutmu dengan sesuap nasi. Aku mengenalmu sudah hampir 20 tahun lamanya. Selalu keluarga yang kau jadikan prioritas utama. Ketika kulihat ibu kurang sehat, Ibu tetap saja bekerja layaknya ibu rumah tangga pada umumnya. Ibu sebenarnya kau itu siapa? Begitu kuatnya dirimu menahan lelah.
    Kerut di kedua sudut pelipismu menandakan usiamu yang telah senja. Namun semangatmu melebihi anak-anakmu yang usianya terpaut jauh denganmu. Ibu, maaf, aku membencimu karena engkau terlalu baik kepadaku. Pernah aku dengar jika orang baik selalu meninggal lebih cepat. Aku tidak mau itu terjadi denganmu sebelum aku bisa membahagiakanmu. Aku ingin melihat air mata haru di kedua matamu yang teduh karena prestasiku. Aku ingin membuat ibu dan bapak bangga dengan tingkahku, entah dalam hal apa pun. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu, Ibu. Tidak akan ada seorang pun yang sanggup menggantikanmu.
    Dua minggu lamanya kau menemani bapak di rumah sakit. Sedang aku hanya datang setelah selesai dengan aktifitas kuliahku yang kebetulan sedang ada UAS. Pernah suatu ketika aku mendapati ibu tertidur pulas dalam keadaan duduk di samping ranjang tempat bapak berbaring— yang juga sedang tertidur. Kulihat wajahmu menggambarkan keletihan setelah seharian penuh menemani bapak, sekalipun ada suster ibu selalu saja turut sibuk. Kupandang parasnya yang cantik lekat-lekat. Tak terasa air mata jatuh membasahi pipi. Kuelus kepalanya yang tertutup kerudung berwarna merah yang tidak diganti-ganti sejak kemarin pagi. Ibu selalu sibuk mengurusi orang lain ketimbang dirinya sendiri. Beliau selalu menjadi orang pertama yang merasakan kekhawatiran bila diantara keluarganya sedang sakit.
    Aku menyesal ketika di suatu hari pernah membentaknya karena capek sepulang dari kuliah. Suaraku benar-benar mengagetkannya saat aku menjawabi pembicaraannya. Aku tahu, kala itu hati ibu terluka. Bagaimana tidak, beliau memintaku untuk makan siang bersamanya tetapi aku menolak dengan bentakan yang cukup kasar. Aku tahu ibu saat itu ingin menangis, matanya berbinar. Tetapi ibu adalah ibuku yang aku kenal. Dia tetap wanita tangguh yang jarang menunjukkan kesedihannya didepan kami: anak-anaknya. Selepas kejadian itu aku baru berpikir, betapa bodohnya aku. Ucapan lembut yang terlontar dari bibir tipisnya, malah aku tanggapi dengan perkataan yang tidak semestinya aku lontarkan.
    Namun lagi-lagi aku harus mengatakan bahwa aku membencimu, Ibu. Entah mengapa saat itu tidak kau balas amarahku yang tidak jelas itu, Bu. Kau hanya tersenyum kemudian berlalu. Bahkan engkau yang meminta maaf seolah ibulah yang melakukan kesalahan. Itu adalah pelajaran berharga, bu. Ibu tunjukkan kebesaran hatimu yang melawannya dengan kesabaran seperti sabarnya dirimu menanti Allah memanggilmu untuk pergi menunaikan rukun islam yang kelima.
    Satu hal yang selalu mampu membuat bulir air mataku mengalir. Ketika ibu menyaksikan tanah suci melalui televisi. Ya, hanya melalui televisi. Engkau selalu menitikkan air mata ketika menyaksikan ribuan orang yang menunaikan ibadah haji di tanah Mekkah. Dan saat menghadiri undangan tetangga yang akan berangkat haji, engkau berbisik penuh harap padaku.
    “Dek, kapan ya ibu bisa pergi haji, bareng Adek dan bapak,”
    “Pasti nanti waktunya giliran ibu tiba,” aku hanya menjawabnya singkat. Itu yang masih menjadi impian terbesarku sampai detik ini, Bu. Aku ingin sekali mampu membiayai ibu dan bapak untuk menunaikan rukun islam yang kelima itu. Setiap kali ibu berkata demikian, aku tidak mampu berkata banyak. Aku selalu berpaling dan berlalu meninggalkanmu. Aku hanya tidak ingin ibu melihat anak lelakinya menangis. Aku tidak ingin terlihat cengeng dihadapan kedua orangtuaku yang membesarkanku sejak pertama kali aku mengenal dunia.
    Ibu…
    Hanya kata maaf yang bisa aku  sampaikan padamu di hari istimewamu ini, tetapi bagiku, setiap hari adalah hari istimewa selama aku masih bisa melihat lengkungan senyum terindah di wajahmu yang menua. Ibu, sungguh tidak mampu aku membalas semua jasa-jasamu. Sekalipun Allah menghendaki aku untuk membiayai keberangkatanmu ke tanah suci, tentu itu tiada bandingannya dengan apa yang telah ibu dan bapak berikan kepadaku selama ini.
    Ibu…
    Dalam setiap waktu, selepas dari sujudku padaNya, selalu tak pernah luput aku selipkan doaku untuk ibu, bapak juga keluargaku supaya dikaruniai kesehatan. Aku selalu memohon pada Allah agar mengizinkan ibu dan bapak hidup lebih lama lagi denganku di dunia sebelum aku bisa menunaikan janjiku dalam hati untuk bisa memberangkatkan haji bapak dan ibu.
    Ibu…
    Mohon doakan juga, supaya kuliahku lancar dan sesegera aku bisa mencari biaya kuliahku dengan hasil jerih payahku sendiri. Malu rasanya bila masih terus-terusan ditanggung oleh gaji pensiunan bapak yang tidak seberapa. Aku tahu, tanpa diminta tentu ibu selalu mendoakan yang terbaik untukku.
    Tetapi sekali lagi aku memohon maaf padamu, bu. Aku harus berkata aku membencimu karena engkau terlalu baik dengan semua yang telah kau berikan kepadaku pun tanpa meminta pamrih atau balasan. Aku belajar ketulusan darimu. Aku belajar tentang arti sabar yang sesungguhnya. Aku belajar mengartikan kehidupan darimu, bu. Aku benar-benar berhutang budi padamu dan tidak akan mampu aku ganti. Sebab, kasih sayang serta ketulusan hatimu laksana air laut yang tak pernah surut, sedangkan balasan apa pun, sebesar apa pun dariku hanya ibarat jemari yang dicelupkan kedalamnya lalu ketika diangkat meneteslah air yang terbawa pada jemari itu, dan itu tidak lebih banyak dari apa yang telah kau berikan.
    Ibu, teruslah menjadi motivator hidupku. Tetaplah menjadi pelangi bagiku ketika badai besar menghantam.
    Ibu, teruslah engkau menjadi senja yang dinanti kehadirannya, pun jadilah hujan disaat kekeringan merengkuh hatiku yang lemah. Siramlah jiwaku dengan kata-kata penyejuk yang bisa menenangkan dari segala masalah yang aku hadapi. Ibu aku mencintaimu melebihi cinta itu sendiri. Aku menyayangimu melebihi kasih sayang itu sendiri, dan ibu, aku belum siap melepasmu sebelum aku bisa membuatmu bangga akan segala pencapaianku dan melunasi cita-citaku untuk memberangkatkan engkau haji ke tanah suci, Mekkah. Semoga saja Allah mengabulkan doaku, bu; segera… Aamiin ^_^

    Ruang Inspirasi, 22 Desember 2013
    ***
    Salam senyum, salam semangat^^
    FAM1198M, Cilegon.

    *Tulisan ini juga pernah di posting di laman cerpen Kompasiana: [Untukmu Ibu] Maaf, Aku Membencimu, Ibu...

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ▼  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
        • [Catatan Seorang Anak]
      • ►  July (1)
        • Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014
      • ►  September (1)
        • [RESENSI] Kumpulan Cerpen: GADIS 360 HARI YANG LAL...
      • ►  November (6)
        • Jantung (Radar Banten, 31 Agustus 2014)
        • PIGURA (Majalah UMMI, 30 Agustus 2014)
        • Saksi Bisu Beribu Kematian (Banten Raya, 26 April ...
        • ROSSY
        • Kisah Pemenggal Kepala (Kumcer: Mayat dalam Lumbun...
        • Aku, Percaya Keajaiban!
      • ▼  December (4)
        • [RESENSI] NOVEL: PASUKAN MATAHARI (Penerbit Indiva...
        • Kumpulan Cerpen: SENJA MELANKOLIS (AG Litera, 2014)
        • 7 Fakta "MENYESATKAN" Ajaran Bob Sadino dalam Berb...
        • Kumpulan Cerpen: MELUKIS KA'BAH (LovRinz Publishin...
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top