"ESAI PERTAMAKU, BERBUAH MANIS!"
April 23, 2013
Senin (22/4),
Pagi itu, cuaca cukup sejuk, dan hujan pun merintik di pelataran rumahku.
Seperti ada yang terlupa di pagi itu, namun aku tidak terlalu memikirkannya.
Setelah selesai dari salat subuhku, aku beranjak untuk melakukan aktivitas yang
biasa aku kerjakan, yaitu TIDUR. Hehehehe....
Mengingat jadwal
masuk kuliah pukul 11.00 WIB, maka aku pun bersantai-santai dengan bantalku.
“De, di mana? Gak
ke kampus tah?” tiba-tiba pesan singkat dari temanku melayang di ponsel
jadulku.
Dengan mata yang
masih sayu aku pun membalas semampunya, “Kan, masuk siang, sekarang pan baru
jam 08.00 WIB.”
“Kamu lupa yah?
Kamu kan ikut lomba essay, pengumumannya sekarang!” balas temanku mengingatkan.
“Astagfirullah,
ane lupa gan. Terus udah di umumin belum?” sangkaanku benar tentang apa yang
terlupa di pagi itu.
“Selamat yaa,
kamu menang! Dapet juara 2 (dua).” Balasnya singkat.
“Al-hamdulillah!
Terus yang ngambil hadiahnya siapa?” tanyaku dengan hati yang bergejolak karena
mendengar hal yang tidak pernah aku sangka.
“Saya yang
ngambil. Huh, sayang sekali. Kamu gak bisa bersalaman dengan Rektor dong.
Hahhaha...” tawanya lepas mengejekku. Aku langsung bangkit dari tidurku.
Sesegera mungkin aku berlari ke kamar mandi. Meski hujan masih mengguyur,
tetapi semangatku yang menggebu memberanikan diri untuk menerjangnya. Hehehee
*maklum, belum pernah merasakan menang dalam lomba menulis, apalagi masuk 2
besar. Al-hamdulillah yah, sesuatu banget :D
***
Tibalah aku di
kampus. Yang harusnya teman-teman tidak tahu tetapi karena aku mau ngasih tahu,
sesampainya aku di sana dengan pakaian yang walhasil basah kuyup, dan celana
panjangku tersiram cipratan dari mobil truk yang melaju dengan cepat sewaktu
dalam perjalanan. Namun, kesengsaraan itu terbayar dengan sebuah piala yang
temanku tunjukkkan dan sertifikat yang terukir namaku di dalam bingkai itu, “
JUARA 2 LOMBA ESAI TINGKAT MAHASISWA SE-BANTEN.” Hatiku gemetar, segala sesuatu
yang aku perjuangkan dengan segala ketulusan, akhirnya menghasilkan sesuatu yang
memuaskan.
***
[berikut adalah essai yang aku ikutsertakan dalam lomba!]
Tema: "Aktualisasi Nilai-Nilai Islam di Era Globalisasi"
“Mengimplementasikan Hukum-Hukum Islam di Negara Peninggalan Penjajah”
Sebuah kendaraan—sebutlah sepeda motor. Mampu dioperasikan
atau tidaknya kendaraan itu salah satu ialah karena tersedianya bensin yang
memenuhi isi dari tangki motor tersebut. Mau sebagus apa pun sepeda motornya,
jika bahan bakar minyaknya tidak ada, maka terpaksa sang pengendara mau tidak
mau harus mendorongnya—mogok.
Dari pendeskripsian di atas, dapat kita
analogikan ke dalam sebuah kehidupan
Pemuda-pemudi Islam yang akhir-akhir ini berseru dan berkoar-koar untuk
memperjuangkan suatu kebenaran dalam tatanan pemerintah yang sumber hukumnya
mulai berantakan dan jauh dari hukum-hukum yang telah di tetapkan di dalam
kitab suci Al-Quran.
Kalimat penyeru serta ajakan mulai
bermunculan. Di jejaring sosial, dalam surat kabar, bahkan hingga media
elektronik. Semua menginginkan perubahan di negara bekas penjajahan belanda
ini. Mereka mulai menolak penggunaan hukum-hukum negara yang berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara 1945, yang notabene hasil dari buah pemikiran
manusia. Pemuda Islam mengecam, bahwa sebuah hukum yang berdasarkan buatan
manusia, tentu tidak akan sesuai dengan apa yang seharusnya di terapkan. Hukum
yang ada di Indonesia mulai mudah di rubah semaunya sendiri hanya dengan
perantara uang. Uang yang berkuasa. Setidaknya itu adalah semboyan yang pantas
untuk Bangsa yang sedang aku pijak ini. Kebobrokan hukum sudah tidak mampu di
sembunyikan dan di pungkiri lagi, media berita ada di mana-mana. Bahkan tindak
penyuapan sebagai ‘uang pelicin’ pun terlihat dengan jelas, terlebih dalam media
elektronik. Bahkan manusia yang awam akan hukum pun mampu membedakan mana
sebuah hukuman yang berlaku adil dan mana yang keluar dari koridor sebenarnya.
Rakyat semakin cerdas, ketika melihat kebodohan para pemimpinnya.
Bagaimana cara pemuda agar turut andil dan
berperan dalam perbaikan hukum di Negara Indonesia yang sudah mulai berantakan
ini?
Sistem demokrasi
yang kini selalu dijadikan acuan, sudah tidak mulai berjalan seperti yang di
katakan di awal. Semua haus akan kepemimpinan, dan tamak akan kekayaan. Tidak
memedulikan rakyatnya, malah sebaliknya, rakyat yang dijadikan korban dari keserakahan
sebagian pejabat tinggi yang bejat mengkorupsi uang rakyat dan tega
menelantarkannya.
Saatnya pemuda Islam Indonesia bergerak, menyatukan barisan dan membentuk pagar keimanan yang sedianya mampu untuk bisa merubah hukum-hukum buatan manusia, menjadi hukum yang kekal, yang telah di tentukan Allah SWT di dalam kitab suci Al-Quran. Menjadikan negara Indonesia yang menggunakan sumber hukum yang semestinya. Mengaplikasikan hukum-hukum Islam, sehingga menjadikan sebuah negara Khilafah-- Sistem Pemerintahan sesuai tuntunan yang telah di jalankan oleh nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya--- negara yang segala tindak-tanduk hukumnya murni berlandaskan pada Al-Quran dan Al-hadist.
Mampukah pemuda Islam Indonesia melakukan itu?
Mewujudkan pemerintahan yang sumber hukumnya di adaptasi dari Al-Quran, hingga
menjadi Negara yang khilafah seperti
pada masa pemerintahan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Semua tanda tanya itu terus membesar hingga menyesakkan
dada. Mengitari pikiran sebagian Pemuda Islam, yang salah satunya aku pribadi.
Namun, jika di telaah lebih jauh, tidak ada kata yang tidak mungkin, selama
kita mau memperjuangkannya. Terlebih ini mengarahkan ke suatu kebenaran yang
memang harus di perjuangkan.
Dalam sebuah hadist riwayat Rasulullah SAW pernah
bersabda yang artinya: “Katakanlah suatu kebenaran, walau itu pahit.”
(HR.Ahmad)
Ada beberapa faktor yang kurang mendukung menurut kaca
mataku. Sebagian pemuda Islam Indonesia masih kurang memiliki wawasan akan arti
sebenarnya tentang pemerintahan khilafah. Tidak sedikit pun bermaksud
merendahkan sesama muslim, namun memang itu yang terjadi sekarang ini. Banyak
pemuda yang berpotensi untuk ikut andil dalam tatanan pemerintahan, seperti
ikut memperjuangkan perubahan hukum-hukum negara Indonesia, agar menganut hukum
Islam yang berlandaskan Al-Quran. Namun, mirisnya ketika mereka—sebagian pemuda
Islam, ditanya tentang apa itu Pemerintahan Khilafah, mereka masih bingung dan
bahkan ada yang tidak tahu sama sekali, tetapi ikut nimbrung hingga turut serta
dalam memperjuangkannya.
Ini yang aku maksudkan tentang pendeskripsian di atas.
Sebagian pemuda Islam ibarat sebuah “Motor” yang kekurangan atau bahkan tidak
memiliki “bahan bakar/ bensin”.
Bensin itu aku ibaratkan sebuah wawasan serta Ilmu
pengetahuan yang mumpuni, untuk mendukung perjuangannya dalam usaha mengganti
hukum yang berdasarkan Undang-Undang Dasar serta pancasila dengan hukum-hukum
yang berlandaskan Al-Quran dan Al-hadist.
Penting bagi seorang pemuda Islam untuk mempelajari dan
memperdalam ilmu agamanya, yang nantinya akan di implementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Terlebih untuk ikut mengelola tatanan pemerintahan yang
sudah mulai kacau-balau dalam segi hukum dan penggunaanya.
Pastilah akan sangat sulit, namun apa salahnya jika terus
dan terus mencoba. Indonesia bisa dikatakan adalah Negara bermayoritas Muslim.
Karena hampir 90% semua warganya pemeluk agama Islam. Itu sebabnya mengapa kita
harus memperjuangkan Negara Khilafah guna di terapkan dalam hukum-hukum di
negara ini.
Mungkin bukan sebuah khayalan yang terlalu membumbung
tinggi, jika semua negara di muka bumi ini menjadikan Al-Quran sebagai landasan
hukumnya yang mereka terapkan. Mudah-mudahan itu dapat terwujud nyata. Tetapi
kembali pada konsep awal, mulailah sesuatu kebaikan meskipun dari hal terkecil.
Semoga negara Indonesia tercinta ini dapat menjadi negara yang lebih baik, dan
di jauhkan dari pemimpin-pemimpin yang dzalim. Saatnya Indonesia melahirkan
pemimpin yang yang berjiwa islami, yang mampu berperan penuh dalam sektor
tatanan pemerintahan yang mengunakan hukum-hukum islam, dan menjadikan Al-Quran
serta Al-Hadist sebagai pedoman, landasan dan sumber hukum yang di gunakan.
Hingga Indonesia menjadi negara muslim. Negara yang menganut pemerintahan
Khilafah, bukan lagi memakai hukum-hukum peninggalan para penjajah.
“Menulislah! Ide-ide
akan datang dengan sendirinya bak debu-debu yang beterbangan.”
Salam senyum, salam semangat!
*Lomba ini sudah diikutsertakan dalam lomba essai tingkat provinsi Banten dan meraih juara 2, yang diselenggarakan oleh kampus Universitas Serang Raya (UNSERA).
0 komentar