[Cerpen] Preman Pasar Kranggot
image by shutterstock.com “Terima kasih kepada pemerintah, Kepala Desa, Pak RT, dan Pak RW atas bantuannya...,” ucap Juki di depan kamera. Belum selesai ia merekam video, Mahmud menyahut. “Juk, emang lu udah dapat bantuan?” Mahmud garuk-garuk kepala kebingungan. “Belum, Mud. Ini gue lagi latihan aja dulu. Siapa tahu dapat, kan gue udah punya stok video ucapan terima kasihnya.” Juki cekikikan. Mahmud menepok jidatnya kesal. Jam-jam segini, bisa-bisanya si Juki bikin Mahmud sebal. “Mau ke mana, Mud?” tanya Juki yang gantian bingung melihat Mahmud berjalan keluar gudang bekas itu. “Nyari makanlah. Pusing gue sama lu,” Mahmud pergi meninggalkan Juki yang masih melongo. Dua preman itu belum berkeluarga. Mereka tinggal di kosan yang sama. Jangan ditanya sudah berapa bulan menunggak. Cari kerja, bagi mereka sama sulitnya dengan menemukan jarum di tumpukan jerami. Lamaran kerja sudah tak terhitung jumlahnya yang mereka ajukan ke perusahaan-perusahaan. Bahkan, seringkali duit...