[CERPEN] JEJALON IBU (Republika, 12 Juni 2016)
Cerpen, "Jejalon Ibu" dimuat Koran Republika, (12/06/16) Itu irisannya yang kesepuluh setelah aku mulai mengajaknya bicara, tetapi belum juga ada tanggapan. Kembali aku menghitung sampai ke angka duapuluh tiga, dan Ibu masih diam. Seperempat lagi menjelang irisan ke duapuluh empat jari telunjuk kiri Ibu berdarah. Aku menahan untuk tidak merengek lagi. Air muka ibu pias, dan menatapku dengan pandangan menuduh. Ada apa? Bukankah pisau itu Ibu yang pegang? Ibu masih saja bungkam. Belum mau menanggapi kecemasanku. Ia berdiri dan menggamit kain mori di atas meja. Tidak seperti biasanya, untuk hal-hal sepele dan tanggung ditinggali, ibu selalu meminta bantuanku, namun tidak kali ini. Kenapa ibu tampak marah padaku? Bukankah ini hal biasa? “Kata Pak Ishaq, besok hari terakhir melunasi tunggakannya, Bu.” Dengan hati-hati akhirnya mulutku bicara lagi. Kali ini dengan suara yang teramat rendah dan hampir tidak terdengar. Ibu berhenti mengiris-iris singkong rebusnya, ent...