[CERPEN] Jejak di Bahu Jalan
image by:poskotanews.com “Aku datang hanya untuk bertemu denganmu lagi dan menceritakannya....” Beberapa waktu lalu resmi harga BBM dinyatakan naik. Presiden sendiri yang menyampaikannya langsung melalui para media. Di indekos, sebelum berangkat bekerja, aku menyaksikan berita tersebut di layar televisi 14 inch—hasil tukar-tambah dengan sepeda ontel mendiang bapak. Entah harus berkomentar dan berekspresi seperti apa; bila bahagia, apa yang patut aku banggakan? Toh, tak ada pengaruhnya mungkin, aku tetaplah seorang buruh. Namun bila aku bersedih, untuk apa pula aku lakukan? Tetap saja tak akan ada yang peduli. Kalaupun aku berteriak-teriak di depan televisi, apa Pak Presiden akan mendengarnya? Ha-ha-ha... bisa-bisa aku dianggap gila andai tetangga lewat di gang sempit depan indekos ini. Ah, segera saja kubunuh televisi itu. Jam sudah menunjukkan pukul 08.53, entah aku sudah terlambat berapa menit dari jadwal masuk kerja. Malas sekali untuk mengingat-ingatnya. Beruntu...