CONGK(L)AK
Udin merengek. Air mata dan ingusnya meleleh-menyatu. Suaranya sember tak ketulungan. Kalau sudah begini, teman-temannya akan segera membubarkan diri. Atau paling tidak, mereka akan masuk ke dalam rumah Santi. Tentu saja tanpa mengajak Udin. Ya, setiap sore, mereka menghabiskan waktu di rumah Santi untuk bermain Congklak. Alatnya sederhana. Hanya berupa papan seukuran kurang lebih setengah meter. Biasanya papan itu terbuat dari kayu jati ataupun plastik. Namun yang dimiliki Santi adalah yang disebutkan pertama. Pemberian dari almarhum bapak. Ada beberapa lubang di bagian badan itu pada dua sisinya. Masing-masing terdiri atas 7 lubang berukuran kecil dan termasuk di dalamnya 7 biji cangkang kerang. Sementara di dua bagian paling ujungnya ada 1 lubang berukuran lebih besar. Lubang itu dianggap lumbung atau tempat penyimpanan biji-bijian (bisa pula berupa cangkang kerang, kelereng, atau batu-batu kecil) yang diperolah si pemain. Seperti tadi, Udin sedang beradu tangkas dengan Wawa...