Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    Image by: imdb.com

    Score: 8/10.

    Setelah sukses dengan filmnya yang pertama, Keluarga Cemara kembali dengan kisah terusan dari kehidupan Abah, Emak, Euis, Ara, dan kali ini ada tambahan karakter Agil yang sebelumnya bayi kini sudah balita. 

    Di bagian kedua ini, fokus ceritanya ada di Ara (Widuri) dan segala pikirannya; ia yang melihat kakaknya mulai asing, lalu abah yang mulai tidak bisa menepati janjinya, Emak yang sibuk mengurusi Agil (Niloufer) karena di usianya yang sekarang sedang rewel-rewelnya, dan Ara yang bisa mengerti bahasa anak ayam (pitik)—yang kemudian ia beri nama: Neon. 

    Bagian yang disebutkan di akhir ternyata jadi premis film ini dan membawa kita ke dalam petualangan yang menyenangkan: Pencarian Keluarga Neon. 

    Saat Ara merasa sudah tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari keluarganya, beruntung ia menemukan seekor anak pitik di tengah jalan dan mereka kemudian bersahabat. Hanya Aril (Muzakki) dan Mang Ramli (Abdurrahman Arif) yang percaya pada Ara kalau dirinya memang bisa berbicara dengan anak ayam itu. Abah, Emak, dan Teh Euis tidak memercayainya. Begitulah awal mula hubungan dan kehangatan di keluarga itu mulai memudar. 

    Ditemani Aril, Ara mulai berpetualang menuju Kampung Badak, tempat anak ayam itu berasal, itu yang Ara dengar dari ucapan si Neon. Dan di sinilah masalah sesungguhnya, Ara pulang telat ke rumah dan membuat sekampung geger mencari dirinya yang dianggap hilang. 

    Sepanjang film saya dibuat senyum-senyum sendiri dengan persahabatan Ara dan Aril. Apalagi diperankan oleh dua aktor muda berbakat dan potensial. Widuri dan Muzakki begitu lihai dan sangat meyakinkan saat memainkan perannya. Polos, naif, dan segala ekspresinya sebagai bocah begitu natural. Semoga Visinema membuat animasi film ini, saya sungguh kagum dengan penulisan skenarionya yang digarap oleh M. Irfan Ramli. 

    Berbeda dengan Keluarga Cemara 1 yang disutradarai oleh Yandy Laurens, kali ini Ismail Basbeth yang memegang kendali sebagai sutradara. Film yang benar-benar cocok ditonton oleh anak-anak Indonesia, begitu relatable dan dekat. Dari premis sepele itulah ada makna yang dalam yang hendak disampaikan oleh sutradara lewat filmnya. 

    IP dari sinetron garapan Arswendo Atmowiloto ini sepertinya akan terus berkembang ke berbagai platform media, bahkan sudah ada serialnya juga yang fokusnya ke kehidupan Teh Euis (Adhisty Zara) yang duduk di bangku SMA. 

    Bagian yang rada maksa ya soal jualan opak dan panggilan Emak dan Abah yang kurang meyakinkan sejak film pertama. Karena Nirina Zubir dan Ringgo Agus Rahman terlalu muda, berasa nggak cocok aja gitu. Apalagi diterapkan di masa kini. 

    Selebihnya, saya sukak banget sama film Keluarga Cemara 2 ini. Saya tak henti-hentinya kagum dengan Widuri khususnya, yang begitu cemerlang aktingnya!! Saya tak sabar menonton film dia yang lainnya~

    Cilegon, 28 Oktober 2022


    Continue Reading

     


    Novel yang dimaksud dalam catatan ini adalah novel Yuni yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama awal tahun 2022 lalu. Cerita di bawah ini pernah saya tulis di Facebook tahun lalu.

    * * *

    Sejak satu tahun terakhir, saya ada satu project menulis novel yang sulit diselesaikan. Justru, sewaktu mengerjakannya, saya selingkuh menulis naskah lain yang selesai lebih dulu, yakni kumcer saya yang nanti terbit akhir tahun ini di Indonesia Tera. (Sudah terbit: Sahut Kabut)

    Suatu hari, sebagai penulis yang ahli dalam beralasan demi menutupi kemalasannya, saya mengatakan ke beberapa teman terdekat: "Saya butuh seminggu saja menyendiri agar fokus menulis dan menyelesaikan project ini". 

    Satu orang teman membolehkan saya meminjam sebuah ruangan di kantornya, tapi kemudian saya punya alasan lain untuk menolak. Kalau saya harus buka kamar di hotel tentu akan jebol keuangan yang tidak seberapa ini, maka, setelahnya saya melupakan keinginan saya itu. Novel saya mangkrak dan saya mulai disibukkan dengan kegiatan lain di kampung saya.

    Awal Oktober lalu, salah seorang guru menulis saya di Yogyakarta menghubungi saya lewat inbox fb. Dengan kerendahan hatinya ia mengundang saya untuk bersilaturahmi dan meneruskan obrolan yang pernah saya sampaikan di jauh-jauh hari. Beliau tidak tahu soal urusan personal saya mengenai project novel ini.

    Saya sampaikan, siap akan datang tapi setelah kegiatan Maulid di kampung saya usai. Beliau setuju dan tibalah hari di mana saya berangkat memenuhi undangannya. Saya tak benar-benar tahu apa yang nanti bakal diperbincangkan. 

    Yang jelas, ketika kami bertemu, ia bertanya, "Seminggu ke depan kamu sementara di sini dulu, ya, De. Bisa, kan?" Saya mengangguk dan hanya menjawab "Enggeh". Malam itu sulit rasanya saya jelaskan kalau pekerjaan saya sengaja saya bawa ke sana.

    Saban malam, beliau mengadakan perayaan Maulid Nabi dari kafe ke kafe miliknya, sesekali bergantian di rumahnya. Saya disarankan untuk ikut semua kegiatan tersebut. 

    Dengan senang hati saya setuju, dan saya baru kali ini mendapatkan pengalaman bertemu dengan seseorang yang merayakan dan mengagungkan hari lahir Nabi Muhammad SAW sampai satu bulan penuh. Allah sedang menunjukkan hal lain pada saya lewat perantara beliau.


    Padahal, saya sudah merasa perayaan Maulid Nabi di kampung saya sudah sangat mewah dan besar-besaran, ternyata di suatu tempat ada yang lebih dari itu dan perayaannya benar-benar diinisiasi oleh satu orang dan diikuti oleh banyak jamaah yang didominasi generasi milenial alias para pemuda. Saya tak henti-hentinya dibuat kagum.

    Setiap pagi sampai sore, keinginan saya yang pernah saya lupakan itu justru terwujud begitu saja. Saya diberi tempat menginap di kafe, setiap pagi hingga sore saya bisa mengerjakan novel tanpa ada hambatan. 

    Malam harinya kami melaksanakan Maulid Nabi dan disambung dengan diskusi ringan sampai dini hari. Begitu terus sampai hampir dua minggu saya tinggal di Yogyakarta.

    Di malam terakhir saya di sana, akhirnya saya utarakan kalau saya dulu pernah membayangkan hal ini, hidup hanya benar-benar untuk menulis. Saya jelaskan soal project novel apa pada beliau dan hal yang seolah serba kebetulan ini--sebab saya meyakini tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua atas kehendak-Nya.

    Beliau hanya tersenyum, lalu berkata singkat saja, "Kok, bisa pas gitu, ya, De. Saya, kan, minta kamu ke sini tujuan utamanya buat silaturahmi. Syukurlah kalau ada manfaat lain," katanya tenang. (Padahal, beliau juga pemilik penerbitan di Jogja, tetapi memang kebetulan novel saya itu sudah mendapatkan penerbitnya sendiri).

    Melihat cara beliau menjalani hidup, membuat saya belajar dan tidak tergesa-gesa dalam meraih sesuatu. Semua sudah ada waktunya sendiri, tugas kita hanya berusaha, katanya di suatu diskusi. 

    Dan dari semua peristiwa ini, saya betul-betul ditunjukkan bahwa jangan ragu ketika berdoa kepada Allah. Cepat atau lambat, doamu akan terwujud bisa lewat jalur-jalur yang tidak terduga.

    "Niatkan semua untuk mendapatkan ridha dan rahmat-Nya. Dengan begitu hidupmu akan selo," katanya lagi disisipi guyon khasnya.

    Saya pertama kali bertemu dengannya tahun 2014 awal saya mengikuti Kampus Fiksi yang diampunya. Tidak ada balasan yang bisa saya berikan selain doa terbaik untuk kesehatan dan kebahagiaan untukmu Pak Edi Mulyono beserta keluarga dan semua pegawai-pegawaimu yang baik hati. Semoga Allah balas kebaikanmu. Matur nuwun sanget. 
    🙏🙏🙏


    اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَهْلِ بَيْتِهِ

    Yogyakarta, 30 Oktober 2021

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ▼  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ▼  October (2)
        • [Catatan] Cara Allah Mengabulkan Doa Hamba-Nya
        • Keluarga Cemara 2: Ara dan Petualangan Mencari Kel...
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top