Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda

     

    ilustrasi oleh Visinema

    Score: 8,8/10

    Piko (Iqbaal Ramadhan) seorang mahasiswa tingkat akhir, memiliki pekerjaan sampingan sebagai pemalsu lukisan. Ucup (Angga Yunanda) adalah sahabat sekaligus rekan bisnisnya yang bertugas mencari pelanggan “lukisan” karya Piko. Selain itu, rupanya Ucup memiliki keahlian di bidang IT, ia adalah seorang hacker. Di lukisan Piko yang terakhir, yang memalsukan karya Widayat, berhasil laku 900 juta saat dilelang, sementara Piko dan Ucup hanya menerima uang tak lebih dari 50 juta. Padahal, Piko sedang butuh banyak uang untuk membantu Budiman (Dwi Sasono), Papanya, keluar dari penjara. Sejak itu keduanya mulai berani bermain harga dengan Dini (Atiqah Hasiholan), langganannya. Dini menyetujuinya asalkan Piko mau memalsukan lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh. Awalnya Piko sempat ragu, tetapi saat Dini memberitahu angka yang bakal dibayar, akhirnya ia sepakat.

    Kurang lebih begitu pembuka cerita film ini. Lalu scene by scene berjalan sembari mengenalkan keenam karakter dan perekrutannya yang tidak bertele-tele dan menarik sekali untuk diikuti. Penonton langsung dibawa masuk ke backstory masing-masing tokoh dengan segala masalah hidupnya secara proporsional dan tidak mendikte sama sekali. Sejak awal, motif para tokoh dibuat jelas dan masuk akal ketika memutuskan untuk mencuri lukisan Raden Saleh yang akan dipamerkan di Istana Negara.

    Setiap pergerakan dan ucapan tokoh memiliki motivasi dan tidak menyeberang dari penokohan yang sudah dikenalkan sejak awal. Bagaimana Gofar (Umay Shahab) dan Tuktuk (Ari Irham) yang mudah meledak sekaligus komikal misalnya. Lalu Fella (Rachel Amanda) dan Sarah (Aghniny Haque) yang penuh perhitungan dan kehati-hatian, semua grand design characternya betul-betul dipikirkan sehingga saat dihadapkan pada satu situasi, respons masing-masing jadi beragam. Itu pula yang kemudian membuat cerita ini hidup di tangan mereka para aktor muda berbakat, tentu berkat arahan Angga Dwimas Sasongko selaku penulis skenario dan sutradara. Ia  benar-benar telaten sekaligus detail merangkai frame by frame-nya.

    Licik, manipulatif, pengkhianatan, perjuangan, dan kerja sama, semua muncul dalam satu kesatuan yang utuh di film ini. Angga berhasil mengenalkan awal mula sejarah serta alasan dibuatnya lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro” tahun 1857 oleh Raden Saleh Sjarif Boestaman (Mei 1811 – 23 April 1880) itu. 

    Official poster oleh Visinema
    Kita sedikitnya, bagi yang belum tahu, mengenal siapa itu Raden Saleh lewat narasi yang dituturkan Piko sebagai seorang pelukis. Itu pula kata “perlawanan” muncul dari Piko yang menunjukkan bagaimana Raden Saleh di masa penjajahan kolonial Belanda dahulu. Analogi penjajah di sini adalah Pak Permadi (Tyo Pakusadewo) si mantan presiden yang berkhianat kepada Piko dan Ucup. Ia memperalat komplotan bocah-bocah itu untuk membalaskan dendamnya pada negara.

    Saya teringat dengan film-film David Fincher yang mampu memanipulasi penontonnya, lalu tak bisa lepas pula dengan serial Lupin, trik-trik Kaitou Kids di serial Detektif Conan, dan tentu saja Money Heist yang sempat ramai di Netflix beberapa waktu lalu. Kejelian Angga merajut kisah Mencuri Raden Saleh ini patut diapresiasi, mengingat belum banyak film-film karya sineas Indonesia yang mengeksplorasi tema aksi pencurian (heist) seserius ini penggarapannya.

    Tak boleh pula ketinggalan nama Bagoes Tresna Aji diberi tepuk tangan sebagai Director of Photography (DOP) yang ciamik memainkan lensa kameranya begitu fleksibel mengikuti pergerakan setiap karakter. Durasi 2,5 jam terasa kurang lantaran, selain cerita, dukungan dari aspek gambar dan sinematografinya berhasil membius mata.

    Kalau mesti menunjukkan satu plot hole, ada satu scene yang membuat saya bertanya-tanya tentang motivasi Budiman sampai memilih datang ke pesta ulang tahun Pak Permadi? Apa urgensinya? Sebab, kemunculannya ini jadi poin penting dan akan berkaitan erat dengan akhir cerita yang memorable dan bikin saya tanpa sadar memaki (dalam konotasi positif) di bioskop studio 4 XXI Cilegon sore itu.

    Sejak pertama kali diumumkan, saya sudah sangat menantikan penayangan film Mencuri Raden Saleh ini. Walaupun sejujurnya, sempat pesimis saat melihat deretan nama pemain utamanya. Pencurian macam apa yang bakal disuguhkan dari bocah-bocah ingusan itu? Pikir saya. Saat trailer pertama tayang keraguan itu masih ada. Namun ketika final trailer tayang, saya sedikit melihat harapan. Ketika sore tadi di hari pertama penayangannya saya menonton langsung, semua keraguan saya luruh. Apalagi akting Umay dan Iqbaal yang matang dan mencuri perhatian. Saya pikir, sejauh ini, Mencuri Raden Saleh adalah film terbaik yang karakternya berhasil mereka mainkan. 

    Film ini layak box office dan menjadi benchmark film action tema pencurian dan sejarah bagi sineas Indonesia ke depannya.

    Cilegon, 25 Agustus 2022

    Continue Reading
    Official Poster by Netflix

    Score: 9,5/10

    Akhirnya saya menemukan serial terbaik (sejauh ini) setelah Reply 1988 (2015). Alat ukurnya sederhana, saat saya menonton setiap episodenya, durasi satu jam sangat terasa begitu cepat karena saking terhanyutnya ke dalam cerita. Selain itu, saya juga merasakan perasaan menggebu-gebu saat menanti jadwal tayang setiap episodenya di Netflix. Dan sayangnya, semalam episode terakhir untuk season satu ini. 😭😭😭

    Serial Korea Extraordinary Attorney Woo berhasil menempati posisi pertama di delapan negara dan masuk dalam posisi 10 teratas di 22 negara dalam kategori TV Non-English.

    Lewat serial ini juga saya jadi belajar ilmu hukum Korea, pengacara, persidangan, dan lingkarannya. Hal yang paling saya hindari dan bikin puyeng kepala itu setiap kali melihat berita persidangan di televisi, ternyata bila disajikan dalam kemasan sinema jadi sedemikian nagih dan seru.

    Assemble antara satu aktor dengan aktor/aktris lainnya betul-betul memesona. Mereka chemistry-nya sudah terbangun sedemikian mengagumkan. Walaupun di episode awal saya masih ragu dengan Park Eun Bin yang berperan sebagai Woo Young Woo. Tetapi setelah cerita berjalan semua jadi masuk akal. Termasuk alasan Woo menyukai segala apa pun tentang paus.

    Diceritakan Woo adalah pengacara genius dengan sindrom spektrum autisme yang memulai karier di Firma Hukum Hanbada. Serial ini mengingatkan saya pada serial The Good Doctor yang sama-sama mengangkat kisah tokoh pengidap autisme.

    Soal paus, saya tidak benar-benar menemukan alasan kenapa Woo begitu menyukainya, tapi yang jelas di setiap episode selalu ada paus yang muncul dan bisa jadi itu alasan kenapa serial ini jadi serial dengan badget termahal, karena harus ada CGI. Banyak kemudian yang membuat teori tentang Woo dan paus, saya pun menangkap banyak simbol lewat jenis-jenis paus yang dihapal Woo di luar kepalanya.

    Dikabarkan season 2 akan tayang tahun 2024, saya betul-betul tidak sabar menantikannya!! Semoga Yoo In Shik bakal menyutradarainya lagi!

    (Intermezzo: apa cuma gue yg mikir kalau Woo mirip Isyana Sarasvati 😆)

    Cilegon, 19 Agustus 2022
    Continue Reading

    Official poster by Disney+ Hotstar
    Score: 9,3/10.

    Serial Indonesia naik level setelah saya menonton ini. Sungkem sama Yandy Laurens selaku sutradara yang selalu bisa menyisipkan tema surealis ke film-film realisnya tanpa ada kesan maksa.

    Kalian bisa buktikan sendiri dengan menonton film pendek sebelumnya yang sudah tayang di youtube, mulai dari Sore: Istri dari Masa Depan (2017), Axelerate the Documentary (2018), Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode (2018), dan Janji (2019). Itu hanya beberapa dari karyanya yang pernah saya tonton.

    Saat akun IG Disney+ Hotstar mengumumkan bakal ada serial garapan Yandy ini tayang, saya sangat excited dan tak sabar menunggunya. Malam ini episode ke-7 dan ke-8 tayang sekaligus.

    Kejelian Yandy dalam memasukkan detail-detail kecil membuat saya tak henti-hentinya kagum. Ia sangat memerhatikan polah tingkah karakternya dalam setiap scene.

    Premisnya sederhana: bagaimana kalau, orang yang kita cintai tiba-tiba menghilang dalam sekejap di hadapan kita?

    Terkesan seperti cerita misteri atau thriller, tetapi ini adalah serial drama. Hal tersebut bisa masuk akal ketika dengan sabar Yandy, yang juga sebagai penulis, membangun logika dalam cerita sehingga bisa diterima oleh penonton.

    Sheila Dara yang berperan sebagai Dara, berhasil menunjukkan kepolosan dan keluguannya dengan sangat effortless, seperti tidak sedang berakting. Begitu juga dengan aktor lain yang berperan dengan sangat brilian. Saya sampai bosan memuji Reza Rahadian karena lagi-lagi ia berhasil membuat saya dongkol dan ingin meninju wajahnya saat memerankan tokoh Rendra yang abusive.

    Hanya Satria (Dion Wiyoko) yang bisa melihat Dara, teman masa kecilnya yang sekaligus menjadikan Dara sebagai orang pertama yang dicintainya. Itu pula menurut asumsi saya kenapa hanya Satria yang bisa melihat Dara.

    Gadis malang itu tidak benar-benar hilang, dia masih ada di tempat yang sama, hanya saja tubuhnya tak kasat mata. Dan, ternyata semua itu saling berkelindan dan terhubung dengan masa lalu Dara. Gila!

    Lewat serial ini Yandy ingin mengkritik, sekaligus menyampaikan kepada mereka yang memiliki hubungan toxic relationship tetapi masih bertahan untuk hidup bersama. Padahal selalu ada pihak yang dirugikan.

    Satu hal yang mengganggu saya alasan Rendra yang masih ingin menginap di hotel yang sama sebelum melangsungkan pernikahan. Kenapa? Bukankah kalau kita pernah merasa dirugikan justru harusnya menghindarinya?

    Lalu, apa yang hilang dalam cinta? Yups, cinta itu sendiri. Hal paling mendasar dalam hubungan yang sering terlupakan. Kalau tak percaya, tonton dan buktikan sendiri!

    Cilegon, 20 Agustus 2022
    Continue Reading

    Salah satu scene dalam film "Before, Now & Then (Nana)"

    Score: 7,3/10.

    Setelah film Yuni, satu lagi film terbaru karya Kamila Andini yang menggunakan bahasa daerah. Kali ini ia menyasar bumi parahyangan, Bandung. Berlatar tahun 1960-an, film Nana berkisah tentang perempuan sunda yang melarikan diri dari gerombolan dan harus merelakan suami dan anaknya. Diangkat dari novel “Jais Darga Namaku” yang ditulis oleh sastrawan asal Sumatera Barat, Ahda Imran yang kini tinggal di Cimahi.

    Tokoh Nana sendiri adalah sosok Ibu dari Jais Darga, yakni Raden Nana Sunani. Berlatar sejarah PKI, scoring setiap scene berhasil menanamkan perasaan mencekam saat ditonton. Itu pula barangkali alasan kenapa film ini tidak tayang di bioskop Indonesia. Padahal, beberapa waktu lalu, film Nana berhasil meraih Silver Bear di Kompetisi Berinale atau Berlin International Film Festival 2022.

    Happy Salma memerankan tokoh Nana dengan sangat apik. Ia betul-betul menjadi tokoh Nana yang dikejar dosa masa lalunya, hidup tidak tenang, dan menjalani keseharian dengan rasa was-was. Begitu pula dengan Laura Basuki sebagai Ino, Arswendy sebagai Darga, bahkan Rieke Diah Pitaloka sebagai Ningsih yang hanya muncul di scene awal tetapi berhasil mencuri perhatian. Amat disayangkan Ibnu Jamil kali ini tak bisa mengimbangi pemain lainnya─sama saat di film Srimulat kemarin.


    Satu lagi pemain yang layak diganjar pemeran pendukung atau pendatang baru terbaik adalah Chempa Puteri yang berperan sebagai Dais kecil. Setiap kali dia berbicara bahasa sunda, rasanya tenang banget didengar, apalagi waktu dia dan kakak-kakaknya menyanyikan lagu sunda. Salah satu scene terbaik ketika dia mendatangi Ibunya, lalu duduk di pangkuannya dan Nyai Nana menyanyikan tembang sunda yang begitu menyayat hati. Keduanya menangis dalam diam dan rasa sakitnya sampai ke penonton.

    Peringatan saja, bagi kamu yang tidak suka alur cerita lambat, tidak disarankan menonton film ini. karena pasti akan cepat bosan. Tetapi, kalau kamu senang mengambil pelajaran dari suatu karya, film ini banyak sekali memiliki dialog bernas dan membuka wawasan, khususnya tentang nilai dan pandangan dari dan untuk perempuan di masa lalu.

    Cilegon, 03 Agustus 2022
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ▼  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ▼  August (4)
        • [Ulasan Film] Nana: Indonesia Tempo Dulu dalam Lan...
        • [Ulasan Film] Ketika Cinta Menjadi Hal Paling Dasa...
        • [Ulasan Film] Extraordinary Attorney Woo: Berhasil...
        • [Ulasan Film] Mencuri Raden Saleh: Kenalkan Sejara...
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top