Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    doc. pribadi.


    Kenangan yang Berlarian

    setiap kenangan itu tiba
    aku selalu menutup pintu hati
    dari dalam. kuganjal dengan tumpukan
    ingatan dan perasaan yang baru.

    "pergilah dan jangan kembali,"
    kataku menahan sesak.

    dari jendela masalalu
    kuintip kenangan-kenangan itu berlarian
    ada yang terjatuh, terinjak
    terjungkal dan hancur

    aku ingin sekali membawanya masuk
    untuk segera mengobatinya

    tapi kenangan, selalu tahu kapan
    waktunya menyembuhkan dirinya sendiri

    Cilegon, 12 Mei 2019

    ***


    Membakar Kesedihan

    pada suatu sore kau datang membawa kembang api
    dengan mata berbinar mengajak aku pergi
    ke suatu masa di mana hanya ada kita

    lalu hujan datang tanpa kabar
    jendela matamu redup dan berembun
    pamit tanpa suara
    meninggalkan aku tanpa jeda

    hari ini aku masih menggenggam
    kembang api yang sama
    di tempat yang sama
    menantimu datang untuk membakar
    kesedihan bersama

    Cilegon, 21 Februari 2019

    ***


    Aku Tahu Kau akan Pergi

    aku tahu kau akan pergi
    dari kursi di sisi pagi 
    tempat kita menunggu mentari

    pertemuan kita adalah perjalanan
    panjang menerabas belukar 
    menemukan kelokan rasa dan hati

    aku tahu kau akan pergi
    melewati senja di tepi danau
    tempat kita memancing kebahagiaan

    di sini, kanak-kanak adalah puisi yang tak pernah mati
    aku ingin jadi kanak-kanak
    bebas terbang menjadi burung
    lalu tahu kapan dan ke mana mesti pulang

    aku ingin jadi kanak-kanak 
    yang bebas dari kegelisahan
    bermain sampai lelah
    selelah-lelahnya

    dan lupa caranya menjadi dewasa

    Cilegon, 26 Maret 2019

    ***


    Bermalam dengan Penyair
    :as hs

    malam ini aku tidur di rumah penyair
    pintunya yang mengelupas
    terbuat dari bekas sampul buku.

    kasur lapuk itu adalah endapan kata
    yang tidak selesai.
    serakan huruf di mana-mana
    mengisi setiap sudut kamar

    malam ini aku tidur di rumah penyair
    nyamuk-nyamuk berwujud patahan
    huruf menyerbu sekujur tubuh
    ; menghisap darah juga airmata
    tak sedikit pun memberi jeda
    untukku terlelap dan bertemu Engkau

    malam berikutnya aku tak ingin lagi
    tidur di rumah penyair
    sepanjang malam matanya selalu
    terjaga
    berbicara panjang dengan buku-buku
    dinding juga lantai bambu

    katanya, ia tak lagi percaya di luar atap
    serta langit-langit yang selalu menatap
    tak ada lagi manusia utuh
    tak ada lagi Engkau dalam
    tubuhnya yang rapuh.

    Ciloang-Serang, 11 Januari 2017 : 06.23.

    ***

    Lelaki Waringin
                    —kepada Abdul Salam HS

    Padamu sepi hendak berkawan
    di mal, di kota, di komunitas, di jalanan
    suaramu adalah gemerisik padi
    yang ditinggal pergi para petani
    sebab rumput ilalang tumbuh
    di tanah berakar baja dan besi
    —kemudian gedung-gedung subur membajaki
    sawah-sawah.

    Dalam genggammu tersimpan sunyi
    berteriak sepanjang malam.

    Duapuluh empat silam
    tubuhmu singgah ke dunia
    digendong malaikat menjelma
    rupa seorang perempuan ayu
    yang tinggal di Waringin.

    “Aku ingin menjadi Malaikat Waringin,” katamu pada sepi.
    Laba-laba sibuk menyulam jaring
    cicak di dinding berebut nyamuk
    yang terjebak di sawang rapuh
    lalat-lalat menyesapi sisa makan
    di antara tumpukan baju kotor
    gunungan buku dan catatan-catatan
    yang tak pernah kau kirimkan ke manapun.

    “Aku ingin menjadi malaikat Waringin!” katamu semakin lantang.
    Seketika seisi kamar bergeming
    hanya satu bisikan angin pada
    almanak lusuh di dada tembok
    yang bolong-bolong
    seketika seisi kamar bersenandung
    kidung selamat ulang tahun.

    Cilegon, 15 Juni 2016

    ***




    Aku Harus Melalui Jalan Ini

    aku harus melalui jalan ini
    lewat gang-gang sempit
    bau apak dan tikus-tikus
    berkejaran

    aku mau tidak mau
    meningkahi tangga kayu rapuh
    yang meliuk ke entah menuju
    pintu sebelah mana
    ke tempat tinggal siapa

    langit mendung dan
    kepala rasanya ingin copot

    tapi buku puisi
    yang menemani perjalananku
    membebat tangan kuat-kuat
    lalu ia berkata seolah pernah hidup
    jutaan tahun lamanya,
    "jalanmu masih panjang
    merunduklah dan kan kau temui Tuhan."

    aku harus melalui jalan ini
    bukan karenanya

    aku harus melalui jalan ini
    karenaNya menunjukkan satu
    arah saja.

    Cilegon, 04 Januari 2017
    *) puisi ini ditulis pra-sidang skripsi

    ***
    Seseorang yang Mengenalkanku pada Rindu
    : teruntuk engkau yang hendak berbahagia
    sepertinya baru kemarin kita
    menuntaskan perjalanan. Menyusuri jejak
    yang pernah ada, lalu menggantikannya.
    sayangnya jejak itu akan lusuh
    menguap dan terhapus oleh hujan
    yang jatuh dari sulur-sulur kelopak mata
    mengalir dari hulu ke hilir
    sampai jauh mengiringi langkahmu.
    aku bukan tak senang engkau hendak
    melaksanakan sunah rasul; menggenapi
    yang ganjil. hanya saja, caramu pergi
    yang belum bisa kuterima.
    dari bibir yang kian kering; terucap
    doa yang selalu basah untuk kebaikanmu
    jangan beritahu padaku siapa penemu
    rindu. atau matamu akan sukar terpejam
    meski lampu telah padam.
    tahniah. berbahagialah!
    Cilegon, 16 Juli 2015

    ***


    Seperti Ada yang Hilang (?)


    Seperti ada yang hilang
    entah apa
    Kemarin langit wajahmu
    masih cerah
    hari ini hujan datang
    tiba-tiba tanpa pertanda.


    Seperti ada yang hilang
    entah apa
    Sepetak ruang di dadamu
    tandus lalu basah
    kau menyiraminya
    dengan airmata.


    Seperti ada yang hilang
    entah apa
    dengus hangatmu menjalari
    lagi tubuhku yang papa.


    Seperti ada yang hilang
    entah apa
    Kamu, adakah?

    Cilegon, 15 Mei 2016

    ***

    Rumah Seorang Penyair
    : tentang engkau Muhammad Rois Rinaldi


    bunyi menggerisik itu adalah isyarat rumput
    yang tumbuh di atas aspal retak. tiga detik
    kemudian rusak hilang-gerak
    digilas roda truk.

    lurus ke depan suara bising meraja
    kiri sedikit, menyelinap gang sempit,
    memiringkan badan di antara
    dua rumah yang menghimpit,
    mata menyipit, lepas itu ‘kan kau temui
    rumah seorang penyair membungkam jerit.

    melangkahlah.

    sejauh mata memandang
    hamparan sawah menyambut riang.
    bocah dengan aroma lempung
    tengah asyik mencari lubang. katak, cacing
    dan gemelende adalah umpan urek-urek
    untuk pancing. niat menjebak belut
    tapi lebih sering ular yang turut.

    sisanya sepasang kakek-nenek tengah ngegebod
    memilah gabah untuk dijual
    hasil keringatnya bakal dipakai mengganjal
    perut sebulan mendatang, barangkali.
    anak-cucunya pindah ke kota
    mengadu nasib bermodal
    dadu keberuntungan.

    di sisi lain, di bawah pohon randu itu
    sepasang remaja berseragam putih abu-abu
    berkelakar perkara guru, sekolah dan kekasih
    sesekali kikuk bertukar peluk.

    berhentilah.

    kau telah sampai pada
    sebuah rumah seperti di dukuh paruk*
    : sederhana, tenteram dan tenang.
    pintu terkuak sesaat setelah kau ketuk. penyair datang
    menyambutmu dengan segala yang dimilikinya.

    di teras bertukar cakap, beradu topik
    rokok dan kopi dan rebusan
    kacang, mantang, dangder, setia berbagi
    kepulan asap, aroma dan rasa ke tetangga-tetangga.

    sunyi menyergap malam menantang
    penyair izin ke dalam. lantas kembali
    untuk memilih tak lagi bungkam
    kali ini berteriak;
    mengerang
    meraung
    melawan!

    waspadalah!

    Cilegon, 19 Desember 2015


    *) Nama sebuah perkampungan yang ada di dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari.


    Continue Reading


    Ini tahun Pemilu yang memilukan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, di Indonesia, Pemilihan Presiden (Pilpres) dilaksanakan serentak dengan Pemilihan Legislatif  (Pileg). Tahun 2019 ini jadi momentum bagi rakyat untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, dalam satu waktu.

    Sejarah digelarnya Pemilu serentak berawal dari aksi Effendi Ghazali dan Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Serentak. Pada 2013, peraih gelar Ph.D., dalam bidang komunikasi politik dari Radboud Nijmegen University Belanda ini menggugat Undang-Undang (UU) Nomor 42/2008 tentang Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK). MK mengabulkan dan mengeluarkan putusan uji materi (judicial review) untuk UU yang digugat Effendi Ghazali tersebut pada Mei 2013 kendati baru resmi disidangkan pada Januari 2014, seperti yang dikutip dari Tirto.id.

    Menurut MK, Pemilu serentak dapat pula mengurangi pemborosan waktu dan menekan konflik atau gesekan horizontal di masyarakat pada masa-masa Pemilu. Selain itu hanya dengan Pemilihan Umum serentak warga negara dapat menggunakan haknya untuk memilih secara cerdas dan efisien. MK juga meyakini bahwa Pemilu serentak akan membuat proses pesta demokrasi menjadi lebih bersih dari kepentingan-kepentingan tertentu terkait lobi-lobi atau negosiasi politik yang dilakukan oleh partai-partai politik sebelum menentukan pasangan capres-cawapres yang bakal diusung.

    Nyatanya, Pemilu serentak tahun ini perlu dievaluasi ulang. Bahkan boleh jadi yang terakhir. Apa yang disampaikan MK rupanya jauh dari yang kita bayangkan. Kalaupun akan terus dilaksanakan, pastikan sistemnya sudah matang dan siap eksekusi. Karena, sebagai anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di daerah saya tinggal, saya merasakan betapa kewalahannya kami para tim pelaksana. Mulai dari cara penghitungan surat suara, berkas-berkas yang harus diisi, juga lampiran yang bertumpuk-tumpuk. Sementara, masing-masing anggota untuk tiap KPPS hanya berjumlah 6 orang. Ditambah satu penjaga tinta dan dua orang petugas keamanan.

    Pada pelaksanaannya, semua anggota dilibatkan tak terkecuali petugas keamanan. Sebab, tidak akan terpegang andai hanya satu atau dua anggota yang bekerja; baik saat menulis berita acara, laporan, juga saat penghitungan suara. Waktu yang disediakan pun boleh dibilang sangat mepet. Bisa dibayangkan, mulai pencoblosan pukul 07.00 dan mesti selesai pukul 13.00 wib. Padahal, kotak surat suara baru boleh dibuka ketika saksi, Bawaslu dan anggota sudah berkumpul. Itu juga memakan waktu yang tidak sedikit. Akhirnya anggota kewalahan dan keteteran, karena harus mengisi data surat suara yang ditandatangani Ketua KPPS terlebih dahulu.

    Hal berikutnya yakni masuk ke proses penghitungan suara. Ini tidak kalah kompleks dari saat pemungutan suara. Karena pertama-tama kami harus menggelar kertas penghitungan suara dalam ukuran besar, dan itu jumlahnya cukup banyak. Lagi-lagi banyak waktu yang terpakai. Tak heran, seperti yang diberitakan banyak media, paling cepat penghitungan suara selesai pukul 01.00 malam. Di sanalah jam kerja manusia umum terlampaui. Pegawai atau buruh yang biasa kerja maksimal 6-8 jam, ini kami nyaris 24 jam—bahkan sebetulnya lebih dari 48 jam. Karena H-1 kami harus menyiapkan semuanya sendiri, termasuk soal mendirikan tenda, menyiapkan kursi, dan perlengkapan lainnya. Belum lagi kami mendapatkan C6-KPU (surat pemberitahuan pemungutan suara) H-2, kami harus membagikannya kepada Daftar Pemilih Tetap (DPT).

    Saat hari pelaksanaan, semua proses harus selesai dalam satu hari itu. Usai pemungutan suara, penghitungan suara dan merekap laporan, kami harus segera mengantar surat suara ke Kecamatan. Tanpa ada waktu jeda sehari. Untuk ibadah dan makan saja kami harus bergiliran, demi memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Tenaga anggota benar-benar terkuras habis.

    Artinya, kami para anggota KPPS bukan hanya bekerja pada hari H pelaksanaan, tanggal 17 April 2019, tetapi juga di hari-hari sebelumnya. Karenanya, dan ini yang membuat Indonesia berduka, banyak dari PPK dan KPPS yang tumbang akibat kelelahan. Korban yang meninggal dunia tercatat berjumlah 230 orang dan ada 1500 orang lainnya yang sakit dan mesti dirawat.

    Ini menjadi masalah yang serius dan perlu penanganan yang intensif. Awalnya pelaksanaan Pemilu 2019 serentak yang digadang-gadang akan menghemat anggaran ini justru semakin membengkak hingga 24,8 triliun rupiah. Sungguh angka yang fantastis.

    Sedangkan, upah atau bayaran untuk masing-masing anggota pelaksana Pemilu tidak sampai angka 1 juta. Untuk ketua KPPS 550 ribu sedangkan anggotanya 500 ribu rupiah. Lain hal yang diterima oleh Petugas Keamanan, hanya sebesar 400 ribu rupiah dan tanpa diberi seragam. Padahal di setiap pemilihan umum selalu ada anggaran untuk seragam petugas keamanan. Dari masing-masing angka itu dipotong pajak sebesar 6 persen. Pasti sulit dibayangkan untuk pekerjaan yang boleh dibilang tidak sebanding itu. Belum lagi kami harus menanggung hujatan dan tuduhan kecurangan dari masing-masing pendukung Capres-Cawapres dan Caleg.

    Titik fokusnya bukan pada soal pantas atau tidaknya ukuran upah yang diterima, karena toh ini bagian dari berkontribusi untuk negara. Yang perlu diperbaiki lebih ke sistem yang bisa jadi keliru. Semisal persiapan kelengkapan alat semacam tenda, kursi dan sebagainya yang baiknya disediakan oleh KPU, sosialisasi dan Bimtek yang intens, dan penjemputan hasil surat suara yang progresif. Sehingga anggota KKPS cukup menaruh perhatian pada hari H pelaksanaan saja.

    Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Pramono Ubaid Tanthowi, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Ia mengatakan bahwa pelaksanaan Pemilu 2019 perlu dievaluasi dan Pemilu serentak dengan sistem lima surat suara cukup menjadi yang pertama dan terakhir. Sistem serentak lima surat suara langsung ini diamanatkan UU nomor 7/2017 sekaligus putusan MK nomor 14/2013. Tidak dilaksanakan pada tahun 2014 karena dianggap terlalu mendadak dan belum adanya kesiapan.

    Akan tetapi, setelah kejadian demi kejadian bertumbangannya para tim pelaksana PPK dan KPPS tahun ini, bukankah sistem Pemilu 2019 ini juga masih belum siap untuk dilaksanakan dan perlu ditinjau ulang?
    Cilegon, 29 April 2019



    source by: dmii.or.id



    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ▼  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ▼  May (2)
        • [Catatan] Mengkaji Ulang Sistem Pemilu 2019
        • Aku Tahu Kau akan Pergi (9 Puisi tentang Pertemuan...
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top