Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • [PROFIL] TENTANG ADE UBAIDIL
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    PIPA DAN KEBOHONGAN TAK ADA UJUNG




    Judul Buku       : Jalan Tak Ada Ujung
    Jenis Buku       : Novel
    Penulis             : Mochtar Lubis
    Penerbit           : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
    ISBN               : 978-979-461-980-3
    Tahun Terbit    : Februari 2016
    Tebal               : 168 halaman


    Guru Isa hendak berangkat ke sekolah. Ia melewati sebuah warung. Ia melihat istrinya di sana, kemudian merunduk. Ia tahu kalau istrinya hendak mengutang beras lagi di warung Pak Damrah. Guru Isa kembali berjalan, sayang, para serdadu Nica (No Indonesian Cares About)—serdadu Sich Hindia Belanda dan para penentang kebijakan Sukarno—yang berada di dalam sebuah truk datang berkeliling gang. Mereka melintasi jalan yang hendak dilalui guru Isa. Lantas orang-orang dalam warung tadi berlarian, refleks guru Isa pun mengikuti. Ia bersembunyi pada salah satu rumah yang berada di dekatnya.

    Serdadu Nica, setiap kali melihat orang yang berlarian dan hendak bersembunyi, lekas saja mengokang senjata dan menembakkan peluru panasnya secara membabi-buta. Dalam satu kesempatan, salah satu anggota Nica berkata, “Mampus lu, anjing Soekarno! Mau merdeka? Ini merdeka!”—(hal.06). Nahasnya tak ada yang berani melawannya. Sembari menembaki mereka terus berjalan. Entah ditembakkan ke berapa, tepat berada di pandangan Guru Isa, serdadu Nica itu menembak seorang perempuan Tionghoa yang halaman rumahnya ia pakai untuk bersembunyi. Guru Isa gemetar takut tertangkap. Meski setelah itu para serdadu keparat kembali ke dalam truk dan melanjutkan perjalanan. Sejak saat itu, guru Isa selalu merasa kalah, dan ketakutan selalu berada selangkah di belakangnya, menjadi bayang-bayang yang menghantuinya ke manapun ia berjalan, bahkan sampai terbawa ke alam mimpi. Setiap kali hendak tidur, ia selalu gusar.

    Entah bisa dibilang nasib buruk atau baik, dalam keadaan guru Isa yang dalam ketakutan, ada seorang pemuda bernama Hazil yang menemuinya. Mula-mula mereka ada kecocokan pada hobi yang dimilikinya. Hazil datang kepadanya karena ia senang menggesek biola, dan seseorang membawanya kepada Guru Isa, si pemain biola terbaik di sekolah tempatnya mengajar. Akan tetapi, karena intensitas Hazil datang ke rumah Guru Isa, pada akhirnya ia mengajak juga guru yang lugu dan berperangai kaku dalam bergaul itu untuk tergabung dalam gerakan perjuangan yang mereka dirikan. Lagi-lagi karena ketidakenakan serta kurang beraninya ia menolak ajakan Hazil, maka ia menurutinya. Hingga di kemudian hari ia ditunjuk sebagai pemimpin gerakan. Dan sejak saat itu berpikir bahwa pada akhirnya semua ibarat jalan. Apa yang ia kerjakan dan putuskan adalah jalan. Jalan tak ada ujung.


    Penggalian karakter yang sedemikian detil itu berhasil merasuk ke dalam benak pembaca. Betapa Guru Isa adalah orang yang sangat pendiam dan selalu memendam segala perasaannya. Ia penuh keragu-raguan sampai membuat ia harus menjadi orang lain. Berperang, bertarung secara fisik adalah bukan guru Isa yang ia sendiri tahu. Ia hanya seorang guru. Guru sekolah dasar. Selama ia bersama Hazil, ia hanya orang yang berpura-pura; pura-pura berani, pura-pura berontak. Ia sekali pernah berucap pada istrinya, Fatimah, “aku tidak suka pada orang yang berpura-pura”—(hal.71).
    Guru Isa menaruh kekaguman pada Hazil ketika pemuda itu menggesek biola pinjaman darinya. Ada karakter baru yang ia lihat, bukan sebagai pemuda pemberontak, tetapi pemuda yang berhasil memberikan ekspresi positif. Sayangnya, kekagumannya itu tak berlangsung lama. Ketika guru Isa sedang terbaring sakit, sudah sejak jauh hari ternyata Hazil pernah bertukar pandang secara diam-diam dengan Fatimah. Mereka menaruh rasa satu sama lain. Hingga tiba sebuah kesempatan, saat mereka berdua di dapur, mereka pun melenggangkan nafsu birahinya masing-masing. Bibir keduanya saling berpagut, tak peduli lagi kalau di dalam rumah itu ada orang lain selain mereka, yakni suaminya Fatimah.
    Bahkan, alih-alih menyesali perbuatannya—karena memang Fatimah sudah tak menaruh gairah lagi dengan guru Isa—mereka malah semakin menjadi. Puncaknya ketika guru Isa sedang mengajar, Hazil datang menemui Fatimah. Mereka berhubungan layaknya suami istri di kamar guru Isa. Kebiasaan Hazil selalu menaruh pipa rokoknya di bawah bantal. Ia akan selalu diingatkan Fatimah untuk tidak lupa mengambil pipa rokoknya. Sepandai apapun kau menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga. Begitulah aksioma bersabda. Dan benar saja, ketika malam hari, saat guru Isa hendak tidur, tangannya tanpa sengaja mendapati sebuah pipa di bawah bantalnya. Kegeraman guru Isa pun dirasakan oleh pembaca tentunya. Lebih-lebih dengan keputusan Guru Isa untuk tidak memperpanjang masalah dan tidak menanyakannya. Bahkan pipa itu ia simpan dalam laci kerjanya dan tak butuh bertanya apa pun pada kedua tersangka.
    Kebohongan demi kebohongan pun mulai terbangun. Satu kebohongan timbul menutupi kebohongan lainnya. Hazil dengan kawannya Rahmat setelah berhasil menyelundupkan senjata dan granat, mereka merencanakan untuk menyerang serdadu Hindia Belanda yang ramai berada di bioskop. Hazil meminta Guru Isa untuk ikut dan memastikan keduanya setelah penyerangan akan baik-baik saja. Setelah mengangguki, terjadilah segalanya. Granat berhasil meledak meski hanya dua serdadu saja yang tewas. Hazil dan Rahmat aman, tentara belum berhasil melacak siapa pelakunya. Sayang hanya berlaku satu Minggu saja. Minggu berikutnya Hazil tertangkap dan membuat guru Isa ketakutan. Hari-hari berikutnya ia tidak bisa terlelap. Selalu saja membayangi kalau suatu waktu para tentara datang menjemputnya. Tetapi sesekali ia berpikir akan aman. Sebab Hazil dan Rahmat sebelum melakukan aksi itu, bila tertangkap nanti tidak akan menyebut-nyebut nama Guru Isa. Sayangnya Hazil hanyalah orang bodoh yang tak tahu rasa terima kasih. Karena ketidaktahanannya oleh hukuman dan penyiksaan yang dilakukan serdadu Nica padanya, maka ia pun mengatakan kalau masih ada dua orang lagi kawan yang berkomplot dengannya. Yakni guru Isa dan Rahmat.
    Rahmat berhasil kabur keluar kota. Sedangkan guru Isa tak berdaya apa-apa saat digelendang tentara ke jeruji besi. Ia sungguh tak menyangka, Hazil si pemuda yang ia kagumi ternyata menelan ludahnya sendiri. Ia berkhianat padanya.
    Novel Jalan Tak Ada Ujung berhasil mengilustrasikan sisi gelap dari orang-orang yang hidup di masa pra-kemerdekaan. Tidak semua yang berkata berjuang untuk negara benar-benar tulus. Banyak yang menjadikan gaung perjuangan sebagai jalur mencari keuntungan diri sendiri, menjadikan orang-orang oportunis. Bahkan hingga tak peduli lagi pada orang lain. Hazil adalah apa yang biasa kita temui dan kita lihat hingga kini. Orang-orang terdekat kita sangat berpotensi besar untuk menjadi pengkhianat. Sebab ia sudah tahu banyak hal dari apa yang diri kita miliki.
    Mochtar Lubis berhasil kuat menampilkan suasana empiris tokoh-tokoh yang dibuatnya. Juga penggambaran suatu ruang dan waktu di masa kelam negara Indonesia. Pada akhirnya, kemerdekaan hanya menjadi sebuah pertanyaan yang mengapung-apung di udara. Ia bak sebuah debu yang dihempas angin ke sana-kemari. Ia juga bak jalan yang tiada habisnya. Tiada tujuannya. Tiada ujungnya.[]


     Cilegon, 17 Agustus 2016
    Continue Reading

    Kementerian agama dalam rangka menyambut hari santri Nasional mengadakan beberapa ajang, di antaranya lomba foto dan cerpen. Hadiahnya total Rp. 200 Juta.
    Lomba ini diperuntukkan bagi santri dan umum (ada dua ketegori ya).
    Mari kita simak informasi lengkapnya berikut:
    Penyelanggara lomba ini khususnya ialah Diktorat Pendidikan Diniah dan Pesantren yang tahun 2016 dalam memperingati Gebyar Hari Santri Nasional, dimana Hari Santri Nasional akan diagendakan jatuh pada tanggal 22 Oktober 2016.
    Tema Lomba:
    “Dari Pesantren Untuk Indonesia”
    Syarat dan Ketentuan Lomba Cerpen Sebagai Berikut:
    • Peserta lomba cerpen, akan dibagi menjadi dua, yang pertama adalah Umum, dan yang kedua adalah santri
    • Cerpen yang diikutsertakan dalam lomba merupakan karya sendiri, no plagiat, no pornografi dan juga belum pernah di publikasikan ke media cetak ataupun media online
    • Keputusan panitia tidak bisa dinggu gugat
    • Panitia berhak mempublikasikan hasil cerpen terpilih, akan tetapi tetap karya menjadi hak pemilikcerpen
    • Cerpen tidak boleh melebih deadline pendaftaran, yakni pada tanggal 26 September 2016
    • Karya Cerpen harus sesuai dengan tema
    • Pendaftran Lomba Cerpen ini Gratis
    Ketentuan Khusus Lomba Cerpen:
    1. Peserta hanya dapat mengirimkan 1 (satu) cerpen terbaik.
    2. Khusus peserta kategori santri wajib menyertakan foto copy kartu santri atau surat keterangan dari pondok pesantren.
    3. Naskah cerpen yang diikutsertakan dalam lomba harus sesuai dengan tema dan tidak mengandung unsur SARA dan pornografi.
    4. Panjang karya 10.000-15.000 karakter (dengan spasi), halaman A4, spasi 1,5, huruf  Times New Roman ukuran 12.
    5. Cerpen diketik menggunakan format MS World dan atau dicetak menggunakan kertas HVS Folio.
    6. Kriteria penilaian meliputi kreativitas, kesesuaian dengan tema, serta kekuatan pesan yang disampaikan dalam cerpen.
    7. Naskah cerpen yang terpilih akan diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan cerpen. Setiap peserta yang karyanya masuk katagori cerpen terpilih akan mendapatkan kiriman buku tersebut.
    Pengiriman Cerpen:
    1. Peserta mengirimkan naskah cerpen dalam bentuk cetak dan file digital,
    2. Naskah cerpen dalam bentuk  file digital dikirim melalui E-mail  (lombacerpensantrikemenag2016@gmail.com),
    3. Naskah cerpen dikirim ke:
    Panitia Pelaksana Lomba Cerpen Gebyar Hari Santri 2016
    d/a Subag Tata Usaha / TU, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren, Kementerian Agama Republik Indonesia, Lantai 6 Jl. Lapangan Banteng Barat no.3-4 Jakarta Pusat 10710
    1. Tuliskan kategori lomba yang diikuti (umum/santri) di amplop depan kanan atas,
    2. Tuliskan nama, alamat, e-mail, dan nomor telepon yang bisa dihubungi,pada halaman terkhir naskah cerpen,
    3. Format file digital : Lombacerpensantri-Nama lengkap peserta,
    4. Batas akhir pengiriman cerpen: 26 September 2016 (diterima panitia).
    Pemenang dan Hadiah:
    Kategori Umum
    • Pemenang I                   Rp. 15.000.000,-
    • Pemenang II                  Rp. 10.000.000,-
    • Pemenang III                 Rp. 7.500.000,-
    • Pemenang Harapan I    Rp. 5.000.000,-
    • Pemenang Harapan II   Rp. 3.000.000,-
    Kategori Santri
    • Pemenang I                   Rp. 15.000.000,-
    • Pemenang II                  Rp. 10.000.000,-
    • Pemenang III                 Rp. 7.500.000,-
    • Pemenang Harapan I    Rp. 5.000.000,-
    • Pemenang Harapan II   Rp. 3.000.000,-
    Dewan Juri:
    (1) KH. A. Mustofa Bisri (sastrawan, pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin Rembang),
    (2) Triyanto Triwikromo (cerpenis),
    (3) Putu Fajar Arcana (redaktur sastra harian Kompas).

    Informasi lebih lengkap bisa dilihat diwww.ditpdpontren.kemenag.go.id, atau menghubungi Ady S via telepon 082322889476 dan E-mail: adyagus17@gmail.com.
    Untuk syarat dan Ketentuan Lomba Foto bisa dilihat di poster, ya.
    Pengumuman pemenang lomba menulis terbaru ini akan diumumkan pada tanggal 05 Oktober 2016.
    Selengkapnya lihat di http://ditpdpontren.kemenag.go.id/uncategorized/lomba-foto-dan-cerpen-santri-2016/


    *) reblog from: lomba-menulis.com
    Continue Reading
    image by: klik



    Pengantar tulisan ini barangkali dimulai dengan pertanyaan begini, “siapa yang tak mengenal Ridwan Kamil atau Kang Emil?”
    Saya tidak memiliki data akurat tentang berapa banyak orang yang mengenal beliau, dan orang yang tidak mengenalnya. Hanya saja, di era digital macam sekarang, hal demikian sulit sekali untuk dinafikan. Setakpedulinya kita pada pejabat pemerintahan, akan tetapi, bila melihat dari media pemberitaan; baik cetak, audio-visual, maupun digital atau online, saya rasa sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya, pastilah akan mengenal siapa sosok Ridwan Kamil yang dimaksud. Kelahiran Bandung, 04 Oktober 1971 tersebut adalah seorang pejabat publik di Kota Bandung saat ini, menjabat sebagai Walikota untuk periode 2013-2018 mendatang. Di usia yang terbilang muda tersebut beliau sudah memijaki tangga-tangga kesuksesannya. Bukan hanya itu, kesuksesan saja tidak cukup bila tidak dibarengi dengan kebermanfaatan yang maksimal bagi orang banyak. Dan saya rasa, beliau sudah menggapai keduanya; sekalipun dengan catatan-catatan kecil di belakangnya yang harus segera dituntaskan.

    Saya sempat kebingungan, harus mengorek atau mengambil gagasan apa ketika ingin menuliskan artikel tentang beliau. Tentu saja bukan karena kesulitan mencari bahan referensi atau segala macam, justru saking banyaknya media yang memberitakan sosok pemuda bersahaja dan memiliki sense of humor yang tinggi itulah yang menjadi alasannya. Namun meski demikian, saya tetap ingin menuliskan artikel ini lantaran dalam penilaian saya, pengamatan awam saya yang sampai sekarang masih menjabat sebagai warga sipil yang lata ini, Ridwan Kamil adalah ikon pemuda dambaan emak-emak yang dimiliki Indonesia saat ini. beliau bisa dikatakan sebagai role model pemimpin muda yang kreatif, penuh gagasan-gagasan cemerlang, dan inovatif. Barangkali latar belakang pendidikan beliau juga yang menjadi pengaruh terbesarnya dalam membuat kebijakan-kebijakan yang diterapkan di kota yang dipimpinnya itu. Mengambil jurusan Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1990-1995, kemudian melanjutkan S-2 jurusan Master of Urban Design di University of California, Berkeley pada tahun 1999-2001 dan sempat menjadi tenaga ahli atau bekerja secara profesional sebagai arsitek di berbagai firma di Amerika Serikat. Itulah sedikitnya yang menuntut beliau untuk terus bekerja kreatif. Dan terbukti, Bandung menjadi contoh salah satu kota yang telah bertransformasi dan menerapkan Kota Cerdas (Smart City) di Indonesia. Bukti konkretnya adalah didirikannya Bandung Command Center (BCC) sebagai pusat pengawasan realtime Kota Bandung.

    Bandung disiapkan agar menjadi kota yang berbasis teknologi yang diintegrasikan pada pelayanan publik untuk mencerdaskan warga dan kotanya. Kriteria utama yang digunakan untuk Indeks Kota Cerdas adalah kondisi ekonomi (ekonomi pintar), interaksi sosial antara masyarakat dan pemerintah yang didukung oleh TI (masyarakat cerdas) dan lingkungan (lingkungan pintar). Kota Cerdas tentu saja bukan hanya kotanya—yang dalam hal ini infrastruktur, sarana publik, sarana pemerintah—melainkan warganya pula dituntut cerdas dan mau turut andil mengambil peran sebagai pelopor sumber daya manusia yang baik. Selain itu, BCC juga memiliki fitur tentang data-data cuaca, peta, video analisis, video feed, special vehicles location, dan fitur menarik lainnya. Pemantauan tersebut tentu saja diperoleh atas kerja sama dengan berbagai lembaga. Tak lupa pula pemasangan CCTV di beberapa titik yang ada di kota Bandung. Ruang kerja pemerintahan pun tak lepas jadi sorotan. Dan warga bisa sama-sama melihat apa saja yang mereka lakukan. Asalkan terintegrasi dengan aplikasi yang juga sudah diluncurkan. Penggunaan mesin komputer beserta alat-alat pendukungya bisa diberdayakan untuk fungsi monitoring aktivitas di Kota Bandung.

    Fungsi utama BCC, seperti yang dilansir dari berbagai sumber, adalah untuk menyempurnakan pelayanan publik keluar dan mempermudah pelayanan kedalam yakni manajemen pengambilan keputusan cepat. Untuk pelayanan publik kota Bandung dapat diakses dengan mudah dengan teknologi yang canggih. Ditargetkan 150 pelayanan publik di Kota Bandung dilakukan secara online,  mulai dari mengurus KTP, mengecek perizinan, hingga memonitor kemacetan atau banjir bisa dilakukan pengawasan dan penyebaran informasi secara realtime. Command Center ini, akan menjadi pusat data informasi dari seluruh instansi di lingkungan Pemkot Bandung. Untuk penggunaan software Command Center ini akan ada beberapa tahapan. Versi pertama dinamakan Bandung Command Center 1.0 yang hadir pada awal 2015. Versi selanjutnya Command Center 2.0 akhir 2015, dan Command Center 3.0 sekaligus penyempurnaannya ditargetkan pada 2016 ini.

    Saya percaya, selain Kang Emil sebenarnya masih banyak lagi pemimpin-pemimpin berjiwa muda dan berdedikasi tinggi kepada bangsa Indonesia, hanya saja tak semua terjangkau oleh media—atau memang memilih untuk tidak sering di-ekspose media. Namun saya rasa, poin tambahan lagi untuk Kang Emil adalah kejeliannya dalam memanfaatkan media sosial dengan sangat baik. Di BCC itu juga ada pengelola media sosial, sebut saja Facebook, Instagram, Twitter, dls. Meski konon, beberapa kali Kang Emil yang turun langsung menyapa warga Bandung melalui media sosial tersebut. Karena itulah, kedekatan yang tercipta bukan hanya antar warga Bandung dan Walikotanya saja, melainkan warga lainnya, seperti saya yang asal Kota Cilegon, merasa dekat pula dengan pejabat macam beliau. Lebih-lebih caranya berinteraksi sesekali sangat jenaka. Kecermatannya dalam melihat problematika anak muda masa kini pun patut diacungi 4 jempol. Isu yang biasa dijadikan embel-embel adalah soal, “kejombloan”. Tingkat kebaperan anak muda zaman sekarang berbanding lurus dengan menjamurnya mamang tahu-bulat-digoreng-dadakan di mobil bak keliling. Sekarang ini bisa dengan mudah ditemukan di mana pun.

    Ketertarikan saya pun kepada beliau karena caranya yang menarik simpatik dan rasa hormat warga, dan karenanya patut pula diikuti oleh pemimpin-pemimpin daerah lainnya—bahkan bila perlu pemerintah pusat. Beliau sanggup menempatkan diri kapan saatnya untuk tegas dan serius, kapan pula saatnya untuk bergurau—meskipun selalu ada pesan yang hendak disampaikan. Karenanya tak heran bila banyak dari warga selain pribumi Bandung merasa cemburu pada orang-orang Bandung yang memiliki pemimpin atau Walikota seperti Ridwan Kamil. Dan saya lihat, upaya beliau mendekatkan diri dengan masyarakat bukanlah pencitraan belaka, atau sekadarnya saja. Sering kali beliau menghadiri acara pernikahan dan menjadi saksi pengantin, berkunjung ke rumah-rumah warga yang butuh perhatian, menjewer langsung para pengguna jalan yang tidak taat aturan dan lain sebagainya. Saya ingin sekali media selalu meliput hal-hal semacam itu, hal-hal yang positif, agar kita sama-sama saling mengawal dan mengawasi.

    Di tahun 2017 mendatang, provinsi Banten akan melangsungkan sebuah pesta rakyat, yakni pemilihan gubernur. Saat ini yang tengah menjabat sebagai gubernur Banten adalah Rano Karno, yang sebelumnya menjadi wakil kemudian menjabat gubernur PLT, menggantikan sosok Atut Chosiyah, gubernur perempuan pertama di Banten—bahkan di Indonesia—dan pertama kali juga gubernur perempuan yang tersangkut kasus korupsi. Tentu saja ini sebuah prestasi; untuk poin pertama bisa dibanggakan, sayangnya tidak untuk poin setelahnya. Barangkali begitulah perempuan, “mulutnya saja punya dua”, begitu celetukan orang-orang di warung kopi kalau melihat pertingkah dua perempuan yang sedang bertemu di pedagang sayur, pasti terdengar riuh dan suaranya seolah melebihi dari jumlah yang kasat mata. Ya, meskipun gubernur sekarang kalau diambil inisialnya jadi, “RK”, tetapi Bandung dan Banten berbeda. Boleh sama-sama “RK” tetapi beda rasa dan rupa.
    Sekalipun pemilihannya tahun depan, tetapi keriuhan tim suksesnya sudah menggaung sejak sekarang. Satu pasangan yang sudah pasti melenggang dan mendapatkan restu adalah Wahidin Halim dan Andika Hazrumy (Putra pertama Atut Chosiyah). Konon Rano Karno juga akan mencalonkan diri, namun masih menunggu keputusan dari partai tempatnya bernaung dan besar di dunia perpolitikan sampai sejauh ini.

    Kemarin saya sempat berdialog dengan salah seorang tim sukses salah satu calon, ia sangat menjagokan calonnya dibanding kandidat lainnya. Saya, sih, menghargainya saja dan mau mendengarkan ia berbicara lebih dulu. Ia juga mengatakan kalau yang ia dukung itu prestasinya dalam kepemimpinan tidak diragukan lagi. Kemudian ia menyampaikan kalimat primisif setelah sebelumnya saya mengatakan, “untuk saat ini, saya hanya bisa mendukungmu saja terlibat di dunia politik. Sebab dunia perpolitikan di provinsi Banten belum berhasil menarik minat saya untuk terlibat lebih jauh. Lagipula kriteria para kandidat belum ada yang sesuai dengan ekspektasi saya.” Dia menanggapi begini, “saya hanya memilih yang terbaik di antara yang terburuk,” tandasnya. Barangkali ia berpikir saya kalah berargumen, tetapi saya tak mau ambil pusing, sudah lelah juga dengan perdebatan-perdebatan sejenis ketika tahun 2014 lalu, masa di mana pemilihan Capres dan Cawapres sedang berlangsung. Itu masa yang paling menghebohkan dan membuat saya kehilangan banyak teman, hanya gara-gara beda pendapat dan jagoan. Setelah saya pikir, saya merasa lucu—untuk tidak mengatakan bodoh. Bagaimana mungkin saya bisa sebegitu kekanak-kanakannya? Bukankah siapapun yang terpilih toh sama-sama menjadi pemimpin di negara ini? negara yang sama-sama kita tinggali.

    Akhirnya, saya hanya berkata begini, sebagai pamungkas barangkali, “selama belum ada calon yang nongol, muncul kepermukaan, dengan gaya kepemimpinannya yang sama dengan Ridwan Kamil (meskipun yang kami debatkan calon Gubernur, bukan Walikota), kayaknya saya masih memilih apatis saja soal dunia perpolitikan di provinsi Banten”, kemudian hening dan, yah, namanya tim sukses, jelas sekali masih bersikeras membela jagoannya. Saya memilih diam.
    Lagi-lagi, Ridwan Kamil, saya pikir sudah menjadi standardisasi sosok pemimpin muda di Indonesia saat ini. Ia bisa merangkul banyak kalangan, sekalipun tak lepas juga dari catatan-catatan kecil yang memerlukan pembenahan sampai tuntas. Namun kalaupun ada sosok lain, tentu saja harus lebih baik dari beliau, dan jelas saya akan menyambutnya dengan sangat gembira. Dan lagi, ketika saya menyebutkan sikap saya untuk “apatis” tadi, bukan bermaksud untuk benar-benar tidak peduli. Seapatis-apatisnya saya, sebagai pribumi di Cilegon-Banten, saya tetap melihat perkembangan politik yang tengah berlangsung di provinsi Banten hari ini. Hanya saja saya memilih menepi di trotoar, sesekali menyesap kopi yang saya pesan dari pedagang kaki lima pinggir jalan, sembari melihat-lihat loper koran—yang menjual berita-berita yang sedikit banyak tidak berimbang, yang akan condong ke arah tertentu tergantung siapa pemilik saham terbesar di media cetak tersebut—ketimbang terbawa arus kemacetan huru-hara para tim sukses yang berisi kernet-kernet angkot, penumpang sembarangan, dan tiupan peluit tukang parkir yang memarkirkan kendaraan orang lain seenak jidatnya itu.

    Sesekali di tengah-tengah keriuhan itu terdengar pula hujatan, caci-maki, saling serobot dan dorong. Bahkan kendaraan yang disetir oleh sopir abal-abal melintas saja mengambil hak para pejalan kaki di atas trotoar. Ah, begitu runyam sekali dunia perpolitikan kami. Kenapa begitu kekanak-kanakan? Apakah kami lebih kanak-kanak dari kanak-kanak itu sendiri? Mereka belajar cara berbaris, agar kelak menjadi manusia yang disiplin. Kanak-kanak diajari membuang sampah pada tempatnya, agar kelak mereka mau sama-sama menjaga kebersihan. Kanak-kanak dibekali kata-kata motivasi untuk berkata jujur, agak kelak mereka siap dengan segala risiko apa saja yang harus diterimanya, dijadikan tanggung jawabnya, sepahit apa pun itu ketika berkata jujur dianggap sulit dan berat. Sebab di hari depan, membedakan kebohongan dan kejujuran sama sulitnya ketika kapur barus disatukan dengan permen mentos. Memang benar sama putihnya, tetapi jelas beda rasanya dan beda manfaat kegunaannya.

    Apa kita tak bisa bermain sedikit lebih elegan? Tak bisakah tatap muka langsung seraya membuat diskusi-diskusi yang berbobot. Mengajak para pemuda untuk berdialog, bertukar gagasan, membedahnya, agar mereka benar peduli dan tak apatis lagi soal politik. Buatlah hal itu menjadi sesuatu yang menarik. Sebab kalau terus begini saja permainannya, seantusias apa pun kalian (kernet-kernet dan segala macam itu); seheboh apa pun kalian berteriak-teriak dengan toa mencari penumpang, tetap saja, dari jauh, ada segelintir orang-orang yang menanti setoran suara yang berhasil kalian kumpulkan tadi dan orang-orang itu yang akan menikmatinya jauh lebih baik ketimbang yang kalian rasakan sesaat itu. Barangkali mereka tengah asyik duduk-duduk, sekarang. Sesekali pijat refleksi sembari ngikik pongah, betapa mudahnya mempekerjakan kalian yang tak banyak tanya ketika uang menjadi iming-iming yang masih menggiurkan, tetap menggiurkan, dan akan terus menggiurkan dibanding geolan pinggul seorang biduan.[]

    Cilegon, 23 Agustus 2016




    *)Pernah dimuat di seword[dot]com: KLIK


    Continue Reading



    Cilegon, (17/8/16), masih dalam suasana menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 tahun, tak mau kalah dengan daerah lain, Desa Cibeber, Kecamatan Cibeber, pun turut meramaikannya dengan beraneka lomba. Ada yang menarik dari perhelatan lomba kali ini. Bak tengah beradu kekompakan, sejak pagi tadi desa Cibeber Timur memeriahkan 17 agustusan yang dilaksanakan oleh masing-masing RT. Dari 7 RT, dibagi ke beberapa panitia pelaksana. Pada kesempatan ini, saya menyaksikan keseruan dari RT. 7 RW.1. Berbagai lomba berjalan mulus dan lancar. Hanya ada satu perlombaan yang sampai detik ini belum rampung. Yakni lomba yang paling ditunggu-tunggu, panjat pinang.



    Usai perlombaan tarik tambang, diselang azan asar, para panitia mulai kembali dengan perlombaan panjat pinang. Meski per-RT, tetapi peserta yang daftar boleh dari RT mana saja selama masih tinggal di lingkungan Cibeber, Cilegon. Terbagi ke dalam 3 kelompok, yang berisi empat orang. Di awal-awal cukup semangat dan bertenaga. Lomba tersebut diadakan di luar wilayah tanah pekuburan Cibeber, karena hanya di sana saja bisa ditemui tanah yang cukup lapang.


    Penonton riuh menyemangati para peserta lomba panjat pinang. Namun, sampai tiba waktu magrib, belum juga ada yang mencapai pucuk pinang tersebut. Padahal, panitia sudah mengiming-imingi uang berjumlah sekitar 500 ribuan, itu pun belum dengan hadiah lainnya seperti kaos, teko, sandal dan masih banyak lagi. Ditambah lagi ada kejutan yang tersimpan di dalam sebuah celengan yang menggantung di atas pinang itu. konon berisi uang yang berjumlah cukup besar.





    Tersebab semangat yang tidak bisa dibendung lagi, para peserta pun belum menampakkan wajah menyerahnya--menggambarkan para pejuang yang pantang menyerah sebelum menang dan mengusir penjajah. Mereka masih bersikeras untuk menaklukkan pohon pinang yang konon tingginya lebih dari 8 meter itu. Walhasil, perlombaan ditunda lebih dulu oleh panitia dan akan dilanjutkan usai waktu magrib—petang ini. Bagi yang masih penasaran, silakan saja bertandang ke desa Cibeber di gang 10 atau RT.7 yang masih dipadati oleh suara-suara para pemandu sorak. Sekalipun berada di kompleks pemakaman.(*) [ade/red]

    foto pemenang/image by: areret

    berita ini juga dimuat di: koranrumahdunia.com
    Continue Reading


    Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan 4 lomba untuk konten (isi) laman Anggun Pendidikan Anak Usia Dini yaitu http://www.anggunpaud.kemdikbud.go.id atau http://www.paud.kemdikbud.go.id. Salah satu lomba tersebut adalah Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Tema Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Kali ini Lomba Konten Anggun PAUD adalah “Penumbuhan Budi Pekerti Pada Anak Usia Dini”

    Ketentuan Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    • Cerita rakyat fokus pada pengembangan Nilai Agama dan Moral dan Bahasa.
    • Sasaran pengguna cerita rakyat adalah Guru PAUD, Pengelola PAUD.
    • Cerita rakyat dapat berbentuk;
    (1)  Fable (cerita binatang)
    (2)  Legenda (asal-usul terjadinya suatu tempat)
    (3)  Sage (unsur sebuah sejarah)
    (4)  Epos (kepahlawanan)
    (5)  Cerita jenaka.
    • Cerita disampaikan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
    • Panjang naskah berada pada kisaran 400 – 600 kata.

    Hadiah Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    • 1 orang pemenang pertama dengan hadiah Rp. 15.000.000,-
    • 1 orang pemenang kedua dengan hadiah   Rp. 10.000.000,-
    • 1 orang pemenang ketiga dengan hadiah   Rp. 7.500.000,-
    • 10 hadiah hiburan dengan hadiah @Rp. 5.000.000

    Persyaratan Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    1. Peserta terbuka untuk umum, kecuali peserta Direktorat Pembinaan PAUD..
    2. Naslah Orisinalitas mutlak (maknanya, naskah harus karangan kita sendiri)
    3. Tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi, suku, agama, ras, antar golongan, pelecehan fisik, simbol dan radikalisme.
    4. Penerima manfaat cerita rakyat adalah anak PAUD usia di bawah bimbingan orang tua dan guru.
    5. Peserta dapat mengirimkan lebih dari satu naskah.
    6. Semua karya yang masuk akan menjadi hak milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan u.p. Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini.


    Pengiriman Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Pengiriman hasil karya dimulai tanggal 15 Juni 2016, dan dikirimkan ke alamat :
    Direktorat Pembinaan PAUD,
    Kompleks Kemdikbud, Gedung E Lt. 7
    Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta
    Kode Pos 10270
    Batas waktu pengiriman paling lambat tanggal 31 Agustus 2016 cap pos.
    Semua kontributor dalam penyusunan dan pengembangan produk dicantumkan secara lengkap.

    Penilaian Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Penilaian dilakukan oleh Tim Juri yang berkompeten di bidangnya berdasarkan kriteria berikut ini :
    • Orisinalitas karya
    • Kesesuaian dengan tema dan fokus aspek perkembangan
    • Kesesuaian karya dengan sasaran (pendidik atau anak didik usia 4-6 tahun)
    • Kejelasan pesan yang disampaikan
    • Kesantunan bahasa
    • Keutuhan cerita/karya
    • Keserasian karya: syair dan notasi, teks dengan ilustrasi, dst.

    Pengumuman Pemenang Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Pemenang diumumkan melalui web http://www.anggunpaud.kemdikbud.go.id  atau  http://www.paud.kemdikbud.go.id tanggal 13 – 15 September 2016.

    Penyerahan Hadiah Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Hadiah lomba akan diserahkan bersamaan dengan Hari Anak Universal bulan September 2016.

    Pemanfaatan Naskah Lomba Penyusunan Cerita Rakyat

    Naskah yang masuk ke Panitia dan dinyatakan menang menjadi hak Panitia dan akan di upload ke laman http://www.anggunpaud.kemdikbud.go.id atau  http://www.paud.kemdikbud.go.id

    Naskah yang tidak menang tetap menjadi hak penyusun kecuali apabila diserahkan ke Dit. Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

    Reblog from: www.koko-nata.net
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Perangkap Pikiran Beni Kahar

    (AG Publishing | 204 halaman | Rp75.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telat Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: SAHUT KABUT

    (Indonesia Tera | 160 halaman | Rp. 60.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PESAN SEKARANG]

    Pengunjung

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Pre-Order Perangkap Pikiran Beni Kahar

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ▼  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ▼  August (5)
        • LOMBA PENYUSUNAN CERITA RAKYAT KEMENDIKBUD 2016
        • ANEKA LOMBA AGUSTUSAN: MEMINANG PINANG YANG SULIT ...
        • [ESAI] RIDWAN KAMIL: STANDARDISASI PEMIMPIN INDONE...
        • LOMBA MENULIS CERPEN KEMENTERIAN AGAMA HADIAH RP.2...
        • [RESENSI] NOVEL: JALAN TAK ADA UJUNG KARYA MOCHTAR...
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ►  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (38)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (9)
      • ►  November (15)
      • ►  December (4)
    • ►  2024 (3)
      • ►  January (1)
      • ►  March (2)
    • ►  2025 (1)
      • ►  January (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top