Posts

Showing posts from November, 2014

Aku, Percaya Keajaiban!

Image
image by: www.google.com Pintu kaca berderak. Terlihat pria dewasa yang aku taksir berusia tak kurang dari tiga puluh, memasuki sebuah ruangan tempat kami berdiam. Hanya ada aku dan temanku satu saja di dalam sini. Tak ada yang menghiraukan kami. Semua menuju ke penghuni baru. Ya, penghuni baru, sedang aku dan temanku hanya ibarat barang bekas yang tak rela dibuang begitu saja dengan pemiliknya. “Semoga ia mendekat,” bisikku kepada Ve, temanku yang menatap sendu. Sepertinya semangat dalam dirinya tengah meredup, ia sudah pasrah menggantungkan harapan kepada orang-orang yang selalu berlalu lalang di hadapan kami, namun lebih sering tak menyentuh tubuh kami, bahkan menoleh pun tak sempat. Ah, entah sampai kapan kita di sini, dilumat butiran debu yang kian menebal, tak diperhatikan dengan pengoleksiku yang padahal dahulu aku ingat sekali, ia memuji-mujiku di hadapan mitra kerjanya. “Ve, kenapa diam? Tenang saja, pada waktunya tentu harapan kita akan terpenuhi.” Ia meno...

Kisah Pemenggal Kepala (Kumcer: Mayat dalam Lumbung, FAM Publishing 2014)

Image
illustration by: www.google.com Tubuhnya bergetar hebat. Di sela-sela banyaknya orang yang berkerumun, kakinya perlahan melangkah pergi. Satu... dua... tiga... seketika ia sudah berada di tempat yang berbeda. Ia bertamu di rumah Tuhan. *** Dunia tak ubahnya hanya sekumpulan budak dan raja. Begitu aku menganalogikannya. Kenapa tidak? Untuk bergerak saja, harus diatur sedemikian rupa. Siapa pun jangan bicara keadilan denganku. Aku takut belatiku semakin tumpul bila terlalu banyak bersimbah darah segar. Tiga orang yang pernah memimpin negeri ini, baru saja menjadi buah bibir di seantero pelosok nusantara karena dibunuh dengan sangat tragis. Salah satu organ vital ketiganya hilang, hingga saat aku duduk di sini, kepala mereka yang terpenggal belum juga ditemukan. Tunggu dulu, jangan terburu-buru menuduhku. Aku paling tidak suka berteman dengan orang yang tergesa-gesa. Apalagi mereka yang senang mempergunjing kehidupan orang lain tanpa di dasari data dan fak...

ROSSY

Image
Illustration by: www.google.com Seluruh tubuh gadis itu telah terkepung jutaan kubik air laut. Ia merasakan tubuhnya berat untuk kembali ke atas. Hanya jeritan tertahan di kerongkongannya yang percuma, lalu perlahan terisi air asin. Seketika gelap tak ada suara. *** Sejak semester awal aku tinggal di tempat ini bersama Lia. Sahabatku di kampung yang mulai berubah. Kenapa aku katakan berubah? Ya, karena ia sudah tidak lagi seperti dahulu. Lia yang aku kenal telah menjelma menjadi ‘orang kota baru’ begitu aku menjulukinya. Aku senang Lia sudah tidak lugu lagi, tetapi ada satu hal yang membuatku sangat membencinya. Ketika dia sedang bersama Rossy. Pertama kali aku mengenal Rossy tentu melalui Lia. Ketika bapaknya dari kampung memberikan Rossy sebagai kado ulang tahunnya. Aku selalu merespons cerita dari Lia layaknya seorang sahabat. Aku senang ketika dia senang. Namun, lama kelamaan aku mulai muak dengannya. Rossy-lah dalang dari semua kemuakanku ini. Kedatangannya ...

Saksi Bisu Beribu Kematian (Banten Raya, 26 April 2014)

Tambun . Mungkin itu yang akan banyak diucapkan saat melihat sosok tua berusia lanjut dengan kumis daplang , tebal menutupi sebagian bibirnya yang maju. Ya, tak aneh jika ia dijuluki Pak Gemblong oleh warga di sekitar tempat tinggalnya, karena perutnya yang besar dan benyai yang serupa penganan berbahan dasar ketan, dan tak jauh beda kulitnya serupa kulit cicak. Siang itu, langkahnya beringas mengais pangan, entah apa yang ada dalam pikirannya. Kusti anak semata wayangnya yang masih belia, dipaksa untuk berjalan cepat. Sang istri pun geleng-geleng melihat tingkah lakunya, namun ia selalu menuruti apa yang dituturkan kepadanya. Kusti terkulai lemah saat melalui tempat yang gelap dan sedikit becek, meski baginya itu hal yang lumrah dilewati sepulang sekolah. Pak Gemblong tidak mau tahu, salah sendiri Kusti ingin ikut bersamanya mencari tambahan lauk, gerutunya dengan penuh emosi. “Cepat! Sepertinya, di depan kita banyak makanan.” “Sabar, Pak. Kusti ‘kan masih kecil, kasian d...

PIGURA (Majalah UMMI, 30 Agustus 2014)

Image
Majalah UMMI (Juara 1 Milad UMMI ke-25 Tahun) Tubuh Misni masih meringkuk seusia salat Tahajud. Ia terlelap di atas sajadah panjangnya dengan kedua tangan yang merangkul sesuatu. Keringat mengucur deras di keningnya yang keriput. Ia merasakan kobaran api tengah menguliti tubuhnya yang masih berbalut mukena. Seketika ia terjaga dari tidur. Hanya terdengar jeritan dari mulutnya yang kering. Lalu gulita, tak lagi ada suara. *** Apa yang bisa dilakukan seorang anak untuk membahagiakan kedua orang tuanya? Pertanyaan seperti itu yang kerap kali memenuhi pikiranku. Jika ditanya tentang kebahagiaan, aku selalu kesulitan menggali benakku untuk mencari jawabannya yang cocok. Sebab, sebelum membahagiakan orang lain, aku selalu mencoba menciptakan kebahagiaan untuk diriku sendiri terlebih dahulu. Beberapa bulan terakhir ini aku selalu resah dengan keinginan ibu dan abah. Aku tahu mereka tidak mengatakannya langsung kepadaku. Tetapi dari raut wajahnya terlukis harapan yang begitu b...

Jantung (Radar Banten, 31 Agustus 2014)

Image
Harian Radar Banten Berbuatlah seperti jantung. Meski tak terlihat, ia tetap berdegup dan degupannya dirasakan oleh tubuh. Siapa yang tak tergetar mendengarkan kalimat semacam itu? Terlebih bagi orang sepertiku, kalimat itu benar-benar membantu. Kau tahu? Dari kalimat itu aku bisa bertahan sampai sejauh ini. Kau tak percaya?! Mari aku ceritakan segelintir perjalanan hidupku. Duduklah dengan tenang, dan dengarkan kata demi kata yang akan aku sampaikan padamu. Bukannya aku ingin mengguruimu, aku hanya ingin berbagi pengalaman, semoga saja berguna untukmu. Bagaimana, kau siap? Bagus! Anggukanmu sudah cukup mewakili ucapanmu yang terkunci. Cilegon, 1993 Ketika itu ayam jago belum mengumandangkan kokok-nya. Pagi buta, aku sudah terjaga. Menyusuri sebuah jalanan yang dipadati dengan ruko-ruko para pedagang. Indera penciumanku disambut dengan aroma anyir ikan segar bercampur entah bau apalagi. Yang jelas lalat-lalat berseliweran ke sana kemari. Kau tahu pasar baru d...