[Ulasan Film] Srimulat: Ketika Kehidupan Pemain Lebih Komedi daripada di Panggung Pertunjukan

May 13, 2022


Score: 8/10

Sebelum menonton film ini, pastikan kalian tahu dulu atau minimal pernah menonton pertunjukan komedi Srimulat di televisi. 

Kemarin, (12/05) saat saya menghadiri undangan Gala Premiere film Srimulat, sejujurnya alasan saya datang karena ingin melihat teaser film Balada Si Roy. Saya sempat under-estimated soal film Srimulat garapan mas Fajar Nugros ini. "Palingan tidak lebih lucu dari Srimulat aslinya," gumam saya. 

Pukul 19.00 saya dan bang Elfa Miko sampai di bioskop Epicentrum XXI Jakarta Selatan. Kami melihat beberapa sineas Indonesia yang hadir, lalu setelah menukar tiket kami gegas menuju Studio 1.

Sebelum film tayang, satu per satu pemain di perkenalkan. Singkat cerita, film segera diputar. Namun sebelum itu rupanya teaser Balada Si Roy ditayangkan di awal sebelum film Srimulat. Saya begitu menggebu-gebu menyaksikannya. Siapa kira ternyata itu baru permulaan. Ketika film Srimulat tayang, apa yang saya pikirkan di awal keliru semuanya. 

Film Srimulat ini semacam biopik yang berkisah tentang para tokoh di kehidupan aslinya saat memperjuangkan diri "menghibur" Ibu kota. Assembly setiap pemain benar-benar terbangun dengan ciamik. Saya tak pernah meragukan sentuhan Rukman Rosadi sebagai Teguh Slamet Rahardjo sekaligus selaku pelatih akting para pemain. Setiap gerak, gimmick, tek-tokan dialog antar tokoh betul-betul saling dukung dan mengalir begitu saja. Begitu meyakinkan. 


Angkat topi untuk Bio One yang memerankan Almarhum Gepeng. Ia begitu menyatu dengan karakter yang dibawakan, saya nyaris tak mengenali dirinya di dunia nyata. Ia bahkan rela menurunkan berat badannya. 

Komedi yang disuguhkan oleh Fajar Nugros sangat Srimulat banget. Ajaibnya Srimulat itu, kita tahu akan ke mana patahan komedinya, tetapi kita tetap tertawa—di sanalah letak keberhasilan film ini. Semua aktor bermain sesuai porsinya. 

Banyak sekali nilai yang coba ingin ditunjukkan ke penonton. Salah satunya tentang kedisiplinan dalam meraih mimpi dan cita-cita. Film ini baru "Babak Pertama" sesuai judulnya. Kita hanya akan mengintip perjuangan Tarzan (Ibnu Jamil) menemukan seragam tentara, Tessy (Erick Estrada) dengan cincinnya, Asmuni (Teuku Rifnu) dengan kumisnya dan lainnya dengan adegan yang komikal dan memorable.

Film ini benar-benar membawa kita ke memori masa kecil saat sering menonton Srimulat di televisi. Munculnya Rano Karno (Babe Makmur) pun menambah keseruan film ini. Jujur, saya bahkan nyaris kesulitan mencari celah kelemahannya. 

Babak Pertama ini barulah kisah penemuan jati diri mereka di atas panggung seperti yang kita kenal sekarang. Saya malah tak sabar ingin menonton Babak Kedua dan berikutnya. Sungguh, hil yang mustahal!

Selamat menonton 19 Mei 2022 besok! 

You Might Also Like

0 komentar