[Ulasan Film] Autobiography: Merawat Kengerian dan Pertanyaan yang Tak Usai

January 20, 2023

Official poster by Kawan-Kawan Media
Score: 7/10.

Setelah melanglang buana ke festival-festival film dunia, akhirnya kemarin saya berkesempatan untuk menonton film panjang pertama karya Makbul Mubarak ini di hari pertama penayangannya di bioskop. 

Usai menonton saya dibuat melompong untuk beberapa saat. Entah seperti ada hal yang mengganggu tetapi saya belum tahu pasti apa itu. 

Film ini menawarkan kengerian seorang pensiunan Jendral, Pak Purna (Arswendy Bening Swara) dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang menimpanya. Film ini dibuka dengan adegan ketika Rakib (Kevin Ardilova) anak si penjaga rumah, untuk pertama kalinya berjumpa dengan sang pensiunan Jendral, setelah bertahun-tahun ia tinggal di sana dengan bapaknya yang sekarang mendekam di penjara.

Cerita mulai berjalan ketika Pak Purna mencalonkan diri sebagai bupati di daerahnya. Lalu ada Agus (Yusuf Mahardika) si anak petani yang menyampaikan pesan ibunya untuk tidak menggusur sawahnya demi pembangunan PLTA. 

Berlatar tahun 2017, namun gambar yang ditawarkan seperti berada jauh dari masa kini. Saya seperti dibawa ke zaman Orde Baru yang setiap pergerakannya dibatasi. 

Film ini mengingatkan saya pada tone film "The Power of The Dog" dan "Istirahatlah Kata-Kata" yang mencekam, intimidatif, dan menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan. Bedanya, Autobiography seperti "malu-malu" menunjukkan kekejian dan ke-anomali-an sang pensiunan jendral. 

Maksud dari judulnya sendiri baru saya pahami setelah pertengahan film. Bahwa Rakib adalah pion yang sedang "disekolahkan" untuk menjadi sosok seperti si jenderal, hebatnya si Rakib melawan dan menolak cerita hidupnya "dituliskan" oleh orang lain. Seperti yang dimunculkan dalam poster. 

Official poster by Kawan-Kawan Media
Saya dibuat kagum dengan intensitas yang dihadirkan para aktor. Bagaimana mereka mengembangkan karakter yang dimainkannya, perubahan kecil dari setiap adegan, dan respons karakter ketika menghadapi masalah semua berhasil disampaikan dengan baik. Selain itu saya ingin apresiasi untuk music scoringnya yang bikin tahan napas cukup lama, ditambah shaking camera yang mempertebal ketakutan si karakter. 

Perubahan perilaku, psikologis, cara berpikir, dan tindakan setiap karakternya memiliki motif yang kuat—walaupun di beberapa bagian terkesan berlebihan. Semisal kenapa sang calon bupati melakukan "hal itu" pada Agus hanya karena perbuatannya yang bagi saya sepele. 

Durasi filmnya tak terlalu panjang, bahkan saya merasa seperti baru saja selesai menonton film pendek. Karena tokohnya yang sedikit dan alur ceritanya tidak begitu melebar, fokus ke kehidupan dua tokoh utama saja: Rakib dan Purna. 

Yang jelas, dari pengamatan saya, film ini ingin bicara bahwa di masa apa pun, penguasa selalu punya pilihan untuk semena-mena pada rakyat dan menindas sesuka hatinya. 

Cilegon, 20 Januari 2023

You Might Also Like

0 komentar