[Ulasan Film] Pinocchio: Kisah Tulus Cinta Anak-Ayah dan Project Personal Sang Sutradara

December 11, 2022

Poster film by Netflix.com
Score: 8,5/10.

Sejak kecil, barangkali minimal sekali saja kita pernah menonton animasi boneka kayu ini di televisi, atau paling tidak pernah mendengar dan membaca dongengnya. Ada banyak sekali versi filmnya yang sudah tayang, dan barusan saya menonton animasi Pinocchio dalam versi stop-motion di Netflix—lain lagi dengan versi Disney+, kebetulan keduanya tayang bersamaan di tahun ini. 

Versi Pinocchio di Netflix ini disutradarai oleh Guillermo del Toro's. Cukup banyak film yang sudah ditanganinya seperti Hell Boy (2004) dan The Shape of Water (2007) yang berhasil memenangkan nominasi Best Picture di Academy Oscar 2018. Selain itu ia juga dibantu oleh Mark Gustafson yang paham dengan film animasi stop-motion. 

Ia cukup melakukan banyak improvisasi pada karakter yang diadaptasi dari buku "Petualangan Pinocchio" karangan Carlo Collodi, penulis asal Italia itu. 

Dalam versi Guillermo ini kisah hidup Kakek Geppetto (David Bradley) si tukang kayu, digambarkan sedemikian tragis dan nelangsa hidupnya ketika ditinggal mati Carlo, anak semata wayangnya—saya mulai bertanya-tanya kakek-kakek kenapa punya anak masih usia belia, apakah Carlo anak angkat? Sayangnya tidak dijelaskan dalam film. 

Film Pinocchio versi ini ceritanya terasa lebih gelap dan sendu. Banyak tokoh-tokoh yang di versi lainnya tidak ada, semisal Sebastian J. Cricket (Ewan McGregor) jangkrik cerdas yang tinggal di dada Pinocchio (Gregory Mann) merangkap sebagai narator cerita, Count Volpe (Christoph Waltz) pemilik sirkus keliling, Spazzatura (Cate Blanchett) si monyet sirkus, pemimpin Perang Dunia II dan tokoh lainnya. 

Official Poster by Netflix.com
Selain itu banyak dialog filosofis yang mengajak penonton untuk merenunginya. Semisal ketika Kakek Geppetto sedang memperbaiki patung kayu Yesus di Gereja yang terkena bom, dengan polosnya Pinocchio bertanya:

"Ayah, ada hal yang tidak kumengerti. Kenapa semua orang menyukai dia?" tanya Pinocchio sambil menunjuk ke arah patung kayu Yesus yang dibuat ayahnya. "Mereka semua bernyanyi untuknya. Padahal dia terbuat dari kayu juga. Kenapa dia disukai, tetapi aku tidak?"

Kutukan hidung panjangnya jika berbohong pun tetap ada, karena itu yang membuat ceritanya hidup sampai sekarang. Bahkan akan ada satu momen Kakek Geppetto memperbolehkan Pinocchio berbohong demi kebaikan. 

Film ini konon dikerjakan sejak tahun 2013 dan berhenti di tahun 2014 karena biaya dan tidak ada perkembangan. Barulah di tahun 2018 setelah bekerja sama dengan Netflix, proyek personal Guillermo ini  kembali dikerjakan.

Saya dibuat terkagum-kagum dengan dedikasi semua cast dan crew-nya setelah menonton behind the scene-nya yang juga tayang di Netflix berjudul: Pinocchio - Handcarved Cinema (2022). 

Barangkali, dugaan saya film ini bakal menyabet banyak sekali penghargaan di banyak festival dan terutama di Academy Award atau piala Oscar di tahun depan.

Cilegon, 11 Desember 2022

You Might Also Like

0 komentar