[Ulasan Film] Yowis Ben 2: Pecahnya Berantakan!

March 15, 2019

Image by: Starvision
Salah satu hal yang bisa menyatukan banyak orang adalah komedi. Itu yang berhasil dilakukan oleh Fajar Nugros dan Bayu Skak lewat sekuel film Yowis Ben 2 yang tayang perdana kemarin, 14 Maret 2019.

Berbeda dengan Yowis Ben 1 yang bercerita tentang perjalanan terbentuknya sebuah Band anak SMA, di film keduanya ini jalinan kisah dan konfliknya lebih kompleks. Fajar Nugros mengembangkan cerita lewat karakter-karakter yang muncul. Kalau di film pertama mereka hanya berada di lingkungan Jawa (Malang), kali ini dihadirkan banyak tokoh berlogat Sunda dan Bali. Bahkan sampai menggunakan setting lokasi di Kota Bandung.

Cobaan orang-orang yang sedang berusaha adalah menghadapi kegagalan. Bagaimana cara kita merespons keadaan terburuk dalam hidup kita? Itulah yang dialami Bayu dan kawan-kawan band-nya. Ia harus mengorbankan banyak hal demi meraih cita-citanya. Yang menarik, ketika Yowis Band mendapatkan label dan bertemu seorang produser musik, lalu mereka ditawari rekaman, Doni (Joshua Suherman), Nando (Brandon Salim) dan Yayan (Tutus Thomson) dibuat geram. Lantaran, lagu andalan mereka diubah menjadi lebih buruk ketika harus berduet dengan rapper cum youtuber, yang diperankan oleh  duo Skinnyindonesian24.

Doni menggugat, kalau urusan yang terkait dengan hal prinsipil, mereka tidak bisa menerima begitu saja, sekalipun dibayar mahal. Akhirnya Bayu di hadapkan pada dilema antara mempertahankan kerjasamanya dengan label rekaman atau mementingkan keutuhan band-nya. “Keluarga itu nggak kayak gini, Bay!”—sekalimat menohok dari Nando yang terus terngiang sampai film usai.

Salah satu pemain yang patut diacungi jempol adalah Cak Jon alias Arif Didu. Pembawaannya yang natural, berhasil membuat penonton (saya) bersimpati pada kondisi hidupnya. Kalian akan menemukan satu scene paling haru antara Cak Jon dan Bayu dkk. Dan film yang berhasil menurut saya salah satunya adalah ketika lo dibuat ketawa sekaligus nangis dalam waktu yang nyaris bersamaan. (Gimana dah, tuh!). Saya sarankan sebelum menonton siapkan beberapa lembar tisu untuk mengelap ingusmu. Hahaha!

Buat kamu yang belum menonton Yowis Ben 1, tenang saja. Meski sekuel, film kedua ini tetap bisa berdiri sendiri dan tidak akan membuat penonton bingung. Selain itu juga, sepanjang film diputar kita akan dibuat tertawa tiada henti. Laugh per Minute (LPM)-nya rapat dan padat sekali. Bahkan, dalam satu set bukan hanya satu punchline, tetapi double dan triple punchline. Salut untuk Joshua Suherman selaku comedy consultant film ini—padahal kalau nonton doi stenap sungguh garing sekali. (piss, bro!)

Meski 80% menggunakan bahasa daerah, tenang saja, sepanjang dialog selalu disertakan subtitle. Hanya, ada esensi tersendiri bagi kalian yang mengerti bahasa daerah. Untuk beberapa jokes, misal, ada yang work kalau dibawakan dalam bahasa daerah, kalau baca terjemahannya komedinya jadi kurang nendang—beruntunglah saya yang dilahirkan dari Ibu Sunda (Pandeglang) dan Bapak Jawa (Cilegon).

Entah bisa disebut kekurangan atau tidak, scene yang muncul bahkan benang merah film banyak dipengaruhi oleh film Thailand. Buat kamu yang udah nonton film Suckseed pasti paham. Ada beberapa adegan yang akan mengingatkanmu pada film Thailand tersebut, karena memang berkisah tentang band remaja di sekolahnya. Bisa jadi sutradara dan penulis naskahnya terinspirasi dari film tersebut.

Terlepas dari itu semua, saya tidak kecewa dengan film ini. Hampir 3-5 lagu yang nyelip di scene penempatannya cukup cocok dan mendukung cerita, tidak terkesan tempelan dan paksaan. Selain enak didengarkan, rupanya Bayu dan kawan-kawan menggarap lagu berbahasa Jawa ini lumayan serius. Musikalitas mereka di beberapa lagu cukup bagus. Saya cukup enjoy dan bahkan ikut bernyanyi karena lirik lagunya pun disediakan di layar.

Saya menduga—dan berharap—akan ada series-nya tersendiri dari film ini nantinya. Seperti film Cek Toko Sebelah yang dibuat series-nya dan tayang di Hooq.id. Semoga saja. Dan sebelum itu terwujud, pastikan kamu segera menonton film ini selagi masih hangat diputar di seluruh bioskop-bioskop Indonesia.

Salam Jiancuk!

Score:
8.5/10.


Cilegon, 15 Maret 2019

You Might Also Like

1 komentar

  1. This review could not interest me normally, because what you told about this film does not seem interesting to me.

    ReplyDelete