Pages

  • Home
  • Privacy
  • Sitemaps
  • Contact
  • About Me
facebook instagram twitter youtube

Quadraterz.com

    • My Book
    • Cerpen
    • Novel
    • Esai
    • Puisi
    • Buku Antologi
    • Ulasan
    • Media
    • [Self-Depression]
    • Rumah Baca Garuda
    dokumentasi pribadi

    Di suatu hari, seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “apa itu artinya berbohong demi kebaikan, Yah?”
    Lalu seorang bapak dengan senyum bersahajanya berkata, “mari duduklah di sebelah ayah, Nak. Biar ayah ceritakan sebuah kisah dari perkotaan.” Si gadis kecil manut dan wajah lugunya tampak antusias untuk mendengarkan.

    Pada siang yang cerah, ada dua perempuan berjalan beriringan. Mereka bersahabat baik sejak kecil. Kau boleh menyapa mereka dengan nama Darmi dan Ara.

    Saat itu mereka hendak menuju bioskop. Katanya sedang ada film drama korea yang bagus dan mereka nantikan sejak satu tahun lalu. Tetapi, siapa nyana, ketika baru turun dari kereta, pandangan mereka seperti hanya tertuju pada satu sosok kakek yang bersila di emperan stasiun. Di belakangnya ada potongan kardus bertuliskan, “Peramal Telapak Tangan” .
    Awalnya Ara ragu, sebab ia tak suka mengubah rencana. Namun, Darmi si jago merayu berhasil meluluhkan keraguan Ara.
    “Film bakal tayang satu jam lagi, kok, masih ada waktu.”
    “Iya, tapi aku nggak mau diramal.”
    “Kok, begitu? Buat seru-seruan, aja, Ra....” Ara belum merespons lagi. “Aku dulu, deh, yang diramal. Baru setelah itu kamu. Bagaimana?” bujuk Darmi.
    Ara akhirnya mengangguk kecil. Lalu keduanya menghampiri si kakek.

    “Kalian dua sahabat yang beruntung,” puji si kakek berjanggut putih lebat itu. Ara dan Darmi dibuat takjub. Bagaimana bisa si kakek tahu kalau kami bersahabat? pikir keduanya.

    “Silakan duduk. Apa yang ingin kalian tanyakan dan ketahui?”
    Darmi belum tahu ingin bertanya apa. Ia malah terkesan dengan iket totopong khas Sunda yang dipakai kakek tua itu di kepalanya. Ukiran batik di bahan iket miliknya tampak menawan.
    Sementara Darmi melamun, Ara menyenggol siku Darmi. “Katanya kamu dulu. Itu julurin tangannya,” rupanya si kakek peramal meminta satu di antara mereka menunjukkan telapak tangannya. Dengan sedikit kaget Darmi lekas menyodorkan tangan kanannya.

    “Bagaimana persahabatan kita ke depannya, Mbah? Apakah kita akan selalu bersama?” Akhirnya Darmi mengajukan pertanyaan.

    Si kakek berpikir sesaat, lalu berujar, “kalau itu pertanyaannya, aku perlu melihat garis tangan sahabatmu juga,” Darmi lekas melirik ke Ara. Ia mengedikkan sedikit kepalanya sebagai kode agar Ara menjulurkan salah satu tangannya juga.
    “Tangan yang kiri,” tambah si kakek. Ini di luar rencana, pikir Ara. Tetapi, apa boleh bikin, mereka sudah terlanjur terjebak dalam sebuah labirin si kakek.

    Kini, telapak tangan kanan Darmi di atas telapak tangan kiri si kakek dan telapak tangan kiri Ara ada di atas telapak tangan kanan si kakek peramal. Ia memejamkan matanya. Pikirannya mulai bekerja. Jiwa si kakek terbang sesaat dari raganya, ia melesap ke masa depan, untuk mengintip apa yang bakal terjadi di antara dua sahabat itu.

    Lima menit berlalu, Darmi dan Ara bertukar tatap. Keduanya melihat ekspresi wajah aneh dari si kakek. Kerut di antara kedua alisnya bertambah. Seperti orang yang tengah kebingungan. Setelah itu, ia membuka kedua matanya lebar-lebar. Dua orang di hadapannya berhasil dibuat terkejut.

    “Aku melihat, di masa depan kalian akan tetap menjadi sahabat baik. Bahkan ketika sudah berumah tangga, kalian tinggal di satu kompleks yang sama dan hidup berdampingan. Anak-anak kalian akan meneruskan kisah persahabatan kalian....”

    Darmi dan Ara tersenyum lega. Mereka saling memeluk penuh kehangatan. Sementara si kakek berusaha menyembunyikan keraguan di dalam senyumannya.

    “Ada lagi yang ingin kalian ketahui?” Lalu Darmi dan Ara mulai menikmati ramalan si kakek. Mereka bergantian bertanya tentang jodoh, rezeki dan pekerjaan. Mereka sampai lupa menunaikan janji menonton bioskop dengan satu orang lelaki yang mungkin sedang menantinya. Ia juga bagian dari sahabat mereka.
    Setelah puas dengan jawaban-jawaban si kakek, mereka diminta membayar jasa meramalnya. Barulah kemudian mereka pergi melanjutkan perjalanannya. Selesai.

    “Sudah?”
    “Iya.”
    “Lalu siapa yang berbohong di antara dua sahabat itu?”
    “Besok lagi ayah ceritakan kelanjutannya, ya.”
    Si gadis kecil kesal. Ia merasa belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya di awal. Tetapi, ketika ia hendak meluapkan amarahnya, dari luar rumah terdengar suara temannya memanggil. Ia ingin mengajak pergi sekolah bersama.
    “Tuh, teman kamu sudah datang. Ini jajan kamu. Ayah juga mau siap-siap pergi kerja. Belajar yang tekun, ya.”

    Akhirnya si gadis kecil mengalah. Ia berangkat ke sekolah dengan perasaan gelisah. Sedangkan ayahnya, lekas menuju kamar. Ia mengambil satu setel pakaian, ikat kepala, jenggot palsu dan alat rias di atas lemari pakaiannya—sengaja ia taruh di sana agar tak ditemukan anaknya. Satu lagi yang tak boleh terlupa, potongan kardus yang sudah lusuh dengan tulisan yang hampir memudar. Setelah itu, ia pergi ke sebuah stasiun untuk bekerja.[]

    Cilegon, 23 Juli 2018
    Continue Reading

    Buku antologi puisi dan makalah simposium FSM 2018

    Ketika Engkau Bertanya

    ketika awan mendung engkau bertanya:
    “inikah indonesia?”
    setelahnya hujan berjatuhan
    dari segala penjuru
    basah menggenangi sudut matamu

    ini kali pertama aku menjumpaimu
    dengan kesedihan yang mendalam

    lalu engkau bercerita
    tentang petani kopi di masa silam

    tapi, katamu, masa ini melampaui
    tanam paksa
    ketimpangan menggurita

    wajahwajah cemas tentang esok
    kembali merampas harimu yang elok

    pulanglah lagi, multatuli
    cukup max havelaar yang membaca kami;
    merawat pikiran dari rongrongan
    penguasa negeri

    Cilegon, 01 Agustus 2018



    *********


    Di Museum Ini

    di museum ini berisi kemarahan
    amuk badai satu kehidupan

    bukubuku banyak bercerita
    tentang kekejaman kolonial belanda

    kekuasaan diduduki
    perdagangan dimonopoli
    hingga zaman melahirkan multatuli

    tubuh dalamnya penuh luka
    besar dari derita atas derita

    di tanah jawa pemberontakan tercipta
    di tanah banten perlawanan menggema

    di museum ini terekam jejak kemerdekaan
    di museum ini pula kita tersadar bahwa
    kebebasan tak beranjak ke mana-mana

    Cilegon, 02 Agustus 2018


    *********


    Aku Menulis...

    aku menulis ketika keadilan dianggap ilusi
    tawa busuk kompeni mengangkangi janji
    mengingkari pribumi, mengoyak hati kami!

    aku menulis karena aku tak bisa diam
    menyaksikan penduduk dibungkam
    bayonet yang saban hari mengancam

    aku menulis untuk melawan
    mengabarkan tentang kejahatan
    yang tak mampu menyekap kebenaran

    aku menulis untuk menunjukkan
    bahwa katakata lebih tajam dari belati
    maupun ganasnya senjata api

    Cilegon, 02 Agustus 2018





    ______________________________________
    *) Puisi berjudul, "Di Museum Ini" dimuat dalam buku antologi puisi Kepada Toean Dekker yang di-launching pada acara Festival Seni Multatuli (FSM) 2018 di Museum Multatuli, Rangkasbitung, Banten.





    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Novel Adaptasi: YUNI

    (GPU | 174 halaman | Rp. 63.000)

    [PRE-ORDER]

    Pengunjung

    About me

    Photo Profile
    Ade Ubaidil, Pengarang, Cilegon-Banten.

    Pria ambivert, random dan moody. Gemar membaca buku dan berpetualang. Bermimpi bisa selfie bareng helikopter pribadinya. Read More

    Telah Terbit!


    Photo Profile

    Kumpulan Cerpen: Apa yang Kita Bicarakan di Usia 26?

    (Epigraf | 164 halaman | Rp. 50.000)

    [PESAN]

    Bedah Buku Dee Lestari

    Bedah Buku Dee Lestari

    bedah buku #sbtml

    bedah buku #sbtml
    Bedah Buku di SMK Wikrama, Bogor pada: 23 April 2018

    Workshop & Seminar

    Workshop & Seminar

    Popular Posts

    • [RESENSI] NOVEL: HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (GPU, 2015)
    • Musim Layang-Layang (Pasanggarahan.com, 30 Oktober 2015)
    • [MY PROFILE] Terjerembap di Dunia Literasi: Lahan untuk Memerdekakan Pikiran (Utusan Borneo-Malaysia, 13 Desember 2015)

    Blog Archive

    • ►  2012 (5)
      • ►  October (3)
      • ►  December (2)
    • ►  2013 (41)
      • ►  January (1)
      • ►  March (5)
      • ►  April (4)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  August (1)
      • ►  September (3)
      • ►  October (3)
      • ►  November (16)
      • ►  December (5)
    • ►  2014 (20)
      • ►  January (2)
      • ►  April (3)
      • ►  May (1)
      • ►  June (2)
      • ►  July (1)
      • ►  September (1)
      • ►  November (6)
      • ►  December (4)
    • ►  2015 (21)
      • ►  February (5)
      • ►  March (2)
      • ►  April (3)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (5)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
      • ►  December (1)
    • ►  2016 (31)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  April (2)
      • ►  May (4)
      • ►  June (1)
      • ►  July (2)
      • ►  August (5)
      • ►  September (4)
      • ►  October (5)
      • ►  November (2)
      • ►  December (3)
    • ►  2017 (41)
      • ►  January (4)
      • ►  February (3)
      • ►  March (8)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  June (8)
      • ►  July (1)
      • ►  August (2)
      • ►  September (3)
      • ►  November (4)
      • ►  December (3)
    • ▼  2018 (24)
      • ►  January (3)
      • ►  February (2)
      • ►  March (3)
      • ►  April (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ▼  October (2)
        • [Puisi] 3 Puisi untuk Multatuli (FSM, 2018)
        • [Cerpen] Peramal Telapak Tangan
      • ►  November (4)
      • ►  December (2)
    • ►  2019 (16)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  May (2)
      • ►  July (3)
      • ►  August (2)
      • ►  September (2)
      • ►  October (2)
      • ►  November (1)
    • ►  2020 (14)
      • ►  January (1)
      • ►  February (1)
      • ►  March (2)
      • ►  April (1)
      • ►  May (2)
      • ►  June (1)
      • ►  August (1)
      • ►  September (1)
      • ►  October (1)
      • ►  November (1)
      • ►  December (2)
    • ►  2021 (15)
      • ►  February (1)
      • ►  March (3)
      • ►  April (1)
      • ►  May (1)
      • ►  June (1)
      • ►  July (1)
      • ►  August (3)
      • ►  September (1)
      • ►  October (2)
      • ►  December (1)
    • ►  2022 (30)
      • ►  January (2)
      • ►  February (1)
      • ►  May (3)
      • ►  June (5)
      • ►  July (1)
      • ►  August (4)
      • ►  September (3)
      • ►  October (2)
      • ►  November (2)
      • ►  December (7)
    • ►  2023 (5)
      • ►  January (4)
      • ►  February (1)

    Followers

    youtube facebook Twitter instagram google plus linkedIn

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top